Chereads / Just you / Chapter 48 - chapter 11 [Part 1]

Chapter 48 - chapter 11 [Part 1]

Chapter 11 [Part 1]

1 minggu kemudian, Julio bercermin dan merapikan seragamnya, ia menghela nafas. Terdengar suara ketukan pintu lalu tersengar suara yang memanggil dirinya "Kaak! Cepat!"

Julio langsung mengambil tasnya, lalu membuka pintunya. Chelsea terlihat sangat senang, ia tersenyum lebar melihat Julio kembali mengenakan seragam sekolahnya. Hari ini, adalah hari dimana Julio kembali ke sekolahnya, setelah ia melewati banyak hal yang membuatnya tidak bisa pergi ke sekolah, akhirnya ia kembali.

Chelsea pun mendahului Julio keluar rumah. "Chelsea, tunggu!"

Julio pun cepat-cepat menguci pintu rumahnya dan mengejar Chelsea, tapi ia tidak bisa berlari. Meskipun ia sudah tidak menggunakan tongkat, tapi ia tetap di larang untuk berlari, karena takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Begitulah kata dokter ketika ia di periksa.

Di jalan, Herry tiba-tiba datang dari belakang mereka menggunakan sepeda. Herry menyapa mereka "Yo, selamat ya Julio, akhirnya kamu kembali."

"Ya, terima kasih." ucap Julio singkat

Herry pun berkata pada mereka ia duluan pergi, sebelum pergi, ia menepuk pundak kiri Julio.

"Aaaaaa! Herry sialan kau!"

Julio langsung terduduk dan memegani pundaknya. Chelsea langsung terlihat panik melihat Kakaknya yang merasa kesakitan, ia pun melemparkan tatapan tajamnya ke arah Herry yang sudah jauh dari mereka sambil berkata "Tidak akan ku maafkan orang itu."

Namun, Julio mencoba menahannya dengan berkata "T-Tidak usah, Chelsea. Lagipula, pundak ku sudah tidak terlalu parah, ya meskipun masih terasa sih sakitnya."

Chelsea lansung menurutinya dan berkata "Yah sudahlah, ayo. Nanti kita terlambat."

Mereka pun berjalan kembali ke sekolah mereka. Di jalan, Chelsea terus berbicara tentang apa yang sudah terjadi beberapa pekan ini, Mendengar pembicaraan Chelsea yang perlahan membuat Chelsea sedih. Julio menjitaknya dan berkata "Sudah, aku sudah bilang untuk jangan memikirkan itu lagi. Yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang, kita harus jalani sebaik mungkin, oke." lalu tersenyum.

Chelsea hanya mengangguk, dan membalas senyumnya. Setelah itu akhirnya mereka sampai di depan gerbang sekolah, Julio menatap sebentar sekolahnya itu. Sangat luas, luas sekali, Julio berfikir entah apa yang akan terjadi lagi di sekolah yang luas ini. Ia pun berjalan kembali, Chelsea pun harus berpisah dengan Kakaknya karena mereka berada di gedung yang berbeda. Meskipun sebenarnya Chelsea ingin mengantarnya ke kelas, tapi Julio melarangnya, karena Julio tau pasti akan terjadi sesuatu yang merepotkan bila ia bersama dengan adiknya di lingkungan sekolah.

Sampai di depan kelas, Julio bisa mendengar suara murid-murid lain, Julio menarik nafas panjang dan membuangnya. Ia perlahan membuka pintunya, suara pintu terbuka berhasil menarik perhatian semua murid di kelas, Julio terdiam sebentar dan menatap ke murid-murid itu. Julio menghela nafas nya, lalu berjalan menuju tempat duduk yang pernah ia tempati sebelumnya, suara-suara bisikan murid mulai terdengar, mereka membicarakan sang manusia es yang sudah kembali lagi ke sekolah, tentu saja mereka juga bertanya-tanya kemana dia sebelumnya. Tapi, Julio mengabaikan mereka semua, Herry yang ada di belakang hanya tertawa kecil melihat Julio. Ia pun berkata "Sepertinya kamu sangat populer ya."

"Berisik." ucap Julio lalu duduk di kursinya.

Seperti yang biasa dilakukannya di sekolah sebelumnya, ia selalu melihat kearah luar jendela. Jessica yang berada di samping tempat duduknya, hanya bisa melihatnya, ia tidak menegur sama sekali, ia teringat kembali kata-kata Herry tentang Chelsea yang menjadi ketua osis. Perkataan Herry membuat Jessica canggung dengan Julio, ia merasa ada pembatas yang begitu besar diantara mereka.

"Ehem!"

Mendengar suara yang tidak asing di sampingnya, Julio pun menoleh. Ia bisa melihat seorang gadis berkacamata yang menatapnya, dia adalah Tian, sang ketua kelas.

"Apa?" tanya Julio.

"Kamu itu kemana? Sudah hampir 1 bulan loh kamu tidak masuk sekolah." jawab Tian yang sedikit emosi.

"Bukan urusanmu kan."

"Itu urusanku, Aku ketua kelas disini! Aku tidak mau ada rumor yang aneh yang membuat kelas kita tercoreng."

Julio berbalik, lalu menatapnya dengan tatapan khasnya, Tian sedikit mundur kebelakang. Julio pun berkata "Tapi, nyatanya tidak ada rumor apapun kan? "

Tian mengambil langkah berani, ia sedikit mendekat kembali, lalu berkata "Memang benar tidak ada rumor apapun tentangmu Julio. Tapi…"

Ia pun berbisik pada Julio "Tapi, aku hanya penasaran, selama hampir 1 bulan. Tidak ada satupun guru yang menanyai keberadaan mu. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Julio menghela nafas dan berkata "Sekali lagi ku katakan, itu bukan urusanmu ataupun kelas ini. Itu hanya urusan pribadi, berhentilah mencari tau."

Bell berbunyi, Tian masih menyimpan rasa penasarannya. Entah apapun yang Tian lakukan, Julio tidak peduli, ia tidak mau mengingat lagi apa yang sudah terjadi antara dirinya dan sekolah ini. Yang pasti, ia sudah melupakan semua yang terjadi beberapa pekan lalu.

Sementara itu di ruang osis SMP 1, Chelsea terlihat lebih semangat dari biasanya, melihat Chelsea yang sangat semangat, Luna pun menanyakan keadaanya. Chelsea menjawab "Hari ini, Kakak kembali ke sekolah, aku sangat senang."

"Ohh begitu." ucap Luna singkat.

Chelsea meregangkan tubuhnya, ia merasa sedikit lelah di pagi hari. Bagaimana tidak, ia harus merapikan dokumen-dokumen guru, ia juga harus memeriksa lagi pengeluaran setiap eskul karena pada dasarnya semua eskul setiap bulannya di beri anggaran untuk meningkatkan eskulnya, belum lagi mengurus izin beberapa eskul olahraga yang meminta tanding di sekolah dan semua itu harus ia selesaikan hari ini juga.

Luna pun menawarkan teh untuknya, ia jelas menerima tawaran Luna. Chelsea sedikit mengistirahatkan tubuhnya dan memikirkan kata-kata Herry beberapa hari lalu, ia kepikiran tentang perkataan Herry soal dirinya menjadi ketua Osis. Ia pun bertanya pada Luna "Hey, Luna. Apa kamu suka menjadi sekertaris Osis?"

Sambil membawakan tehnya, Luna pun menjawab "Aku tidak bisa bilang tidak, tapi juga tidak bisa bilang iya. Memang kenapa?"

Chelsea bertanya lagi "Tidak, aku hanya bertanya. Apa kamu lelah menjadi sekertaris?"

"Ya aku akui memang melelahkan, tapi bagaimanapun ini tugas ku. Bukannya lebih lelah Kamu? Kamu ketua Osis."

"Iya mungkin, aku tidak merasakannya, mungkin karena sudah terbiasa."

Luna tertawa kecil, ia pun membantu Chelsea merapikan dokumen-dokumennya. Chelsea bertanya lagi "Luna, kenapa sekolah kita membuat organisasi Osis sebagai organisasi yang sangat penting. Bahkan aku merasa kita hanya satu tingkat di bawah Guru-guru yang ada disini. Menurutmu kenapa?"

Luna terdiam sebentar lalu tersenyum, ia pun menjawab "Aku juga tidak tau, mungkin sekolah kita hanya ingin membuat semua Siswa disini bergerak dalam kegiatan sekolah. Tidak hanya osis, eskul-eskul yang di buat murid juga di dukung oleh sekolah dengan memberi dana untuk eskul mereka. Mungkin memang, Osis menjadi organisasi yang sangat istimewa, tidak sembarang orang bisa menjadi anggota osis, apalagi menjadi ketua osis. Meskipun awalnya terasa sulit mengurus dokumen seperti ini, tapi ini juga akan berguna untuk di masa depan nanti kan? Organisasi osis dibuat untuk membantu sekolah, mengurus kegiatan sekolah, dan juga membantu para guru, agar para guru lebih fokus mengajar para murid-murid. Karena itu, demi mendapat kepercayaan para guru, persyaratan menjadi anggota osis sangat berat, bahkan kita saja hanya punya beberapa anggota. Karena itu, kamu benar, kita memang satu tingkat di bawah guru."

Penjalasan Luna membuat Chelsea terdiam, ia juga sebenarnya sudah tau kenapa osis berada satu tingkat di bawah guru. Meski begitu, Chelsea merasa kalau mereka di pandang bukan sebagai murid oleh murid lain.

Luna berkata "Kamu tidak usah memikirkan pendapat siswa atau siswi lain, bila kita di pandang seperti itu, kita hanya bisa menerima. Karena mereka yang menilai, kita hanya bisa menjalankan tugas kita."

Chelsea tersenyum dan berkata "Sepertinya kamu tau isi pikiran ku ya."

Luna tertawa kecil "Tentu saja, mudah bagiku membaca pikiran orang lain, karena itu lah aku menjadi sekertarismu."

Mereka tertawa, Chelsea berkata lagi "Memangnya ala hubungannya? Ah sudahlah, ayo kita bekerja lagi."

Luna mengangguk dan membantu Chelsea menjalan kan tugas-tugasnya. Chelsea pun berkata "Oh iya, kita tidak punya wakil ketua, apa harus kita cari?"

"Aku rasa itu bukan ide buruk, tapi sepertinya minat untuk menjadi Osis akhir-akhir ini mulai berkurang. Mungkin kita bisa cari itu nanti."

"Sungguh? Kalau aku tidak ada, semua tugas akan beralih padamu loh."

Luna menggelengkan kepalanya "Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa."

"Kamu ini. Oh iya, bendahara kita juga sering menghilang, kemana dia?"

"Biasanya sih dia sering bersembunyi, meskipun begitu dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik."

***

Bell berbunyi, waktunya untuk para murid beristirahat, Julio pun meminta Herry untuk membelikannya roti di kantin, Herry yang sudah terbiasa langsung menerimanya begitu saja. Herry pun mengajak Jessica, tapi sayangnya Jessica sudah tidak ada di tempatnya. Julio bilang kalau Jessica dan temannya terburu-buru meninggalkan kelas.

"Oh begitu, ya sudahlah aku sendiri saja."

"Maaf merepotkanmu."

Herry hanya mengangkat sebelah lengannya laku melambaikannya. Julio membaca buku pelajarannya, saat sedang membaca ia mendengar seseorang memanggil namanya, ia pun langsung menoleh ke arah pintu. Ia melihat Bella yang sedang berdiri di depan pintu sambil menunduk, Sophie dan Lily juga ada di belakangnya. Sophie pun mendorongnya agar masuk ke dalam kelas, Bella pun perlahan mendekati Julio. Ia masih saja diam, akhirnya Sophie yang membuka pembicaraan

"Julio, akhirnya kamu kembali lagi. Kami hanya ingin mengingatkan, kalau hari ini kita ada kegiatan eskul." ucap Sophie dengan datar.

"Oh begitu, ya sudah kalau begitu nanti aku akan kesana. Bersama dengan Herry dan juga Jessica." jawab Julio.

"Bagus kalau begitu, karena hari ini akan ada sesuatu yang penting, jadi kamu harus datang. Iya kan, Bella."

"Ah! I-Iya."

Bella terlihat sangat gugup, ia bahkan mencoba mengalihkan pandangannya beberapa kali. Julio pun bertanya "Kamu kenapa?"

"A-Aku? Ti-Tidak kok, aku tidak apa-apa." jawab Bella yang sangat gugup.

"Oh begitu. Kalau kamu sakit, lebih baik kamu ke UKS saja." kata Julio yang menunjukan sedikit perhatiannya.

"I-Iya." jawab Bella singkat.

Sophie menghela nafas dan berkata. "Baiklah, kami pergi. Jangan lupa, pulang sekolah kita ada kegiatan."

Julio hanya mengangguk, akhirnya mereka pun pergi. Julio kembali lagi ke kebiasaannya, menatap keluar jendela kelasnya, tapi entah kenapa ketika ia menatap keluar, ia memikirkan Bella yang terlihat gugup begitu, tidak biasanya ia seperti itu. Sang ketua osis menunjukan kegugupannya? Itu jelas tidak mungkin. Lalu apa yang terjadi padanya?

Julio baru saja sadar sesuatu, yaitu darimana mereka tau kalau ia sudah masuk sekola hari ini?

Di tempat lain, Herry bertemu dengan Jessica ketika ia mau kembali ke kelas. Herry pun menyapanya "Oh, Jessica! Habis darimana? Tadi langsung menghilang saja."

Ellie yang mau menjawab pertanyaan Herry, langsung di cegah oleh Jessica. Jessica pun menjawab "Kami tidak darimana-mana kok. Kamu sendiri?"

"O-Oh, Aku habis dari kantin, Julio memintaku untuk membelikannya roti, yah kebetulan sih aku juga sedang lapar, Jadi sekalian saja."

"Oh begitu, kalau begitu sudah dulu ya, dah."

Jessica pun langsung menarik Ellie ke kantin. Herry merasa aneh dengan perilaku Jessica, jelas ada yang Jessica sembunyikan, tapi mungkin saja itu hal pribadi. Herry pun akhirnya mencoba untuk tidak memikirkannya dan lanjut berjalan ke kelas.

Di kelas, Julio sudah menidurkan kepalanya di meja, Herry hanya tertawa melihat Julio yang seperti itu. Herry pun bertanya "Kamu kenapa? Kelaparan?"

Julio menggelengkan kepalanya, "Aku hanya bosan, rumus matematika yang tadi di beri baru saja ku kuasai, jadi aku bingung mau melakukan apa lagi di sini." ucap Julio sambil membuka bungkus rotinya.

"Hee, memang hebat kamu ya, aku saja tidak mengerti apa yang baru guru jelaskan, tapi kamu sudah menguasainya. Kalau yang lain tau, pasti bakal jadi pusat perhatian kamu." ucap Herry lalu tertawa.

"Benar, makannya aku selalu diam bila ada sesi tanya jawab."

"Hahaha, kamu jadi kelihatan sombong, Julio."

"Masa sih? Yah terserahlah."

***

Pukul 15.00.

Tanda waktu pulang pun berbunyi, Julio, Herry dan Jessica harus pergi ke ruang eskul sastra. Julio membuka pintunya, ia melihat Adiknya yang tengah berdiri di depan pintu, Chelsea pun menyambutnya dan menyuruhnya untuk masuk. Julio pun bertanya "Kenapa kamu ada disini? Bel pulang baru saja berbunyi loh."

Chelsea menjawab "Aku sudah ada disini sebelum Bel pulang sekolah." Lalu tertawa

Kepala Chelsea pun di jitak oleh Julio, Chelsea langsung memegangi kepalanya dan langsung bertanya "Kenapa kamu menjitaku?!"

"Hanya karena kamu ketua osis, kamu tidak bisa seenaknya begitu." ucap Julio.

"Tapi kan, aku sudah menyelesaikan tugas ku!"

"Tetap saja kamu harus mematuhi peraturan. Kamu ini, harusnya tau soal itu."

Chelsea pun menunduk dan meminta maaf. Julio mengelus kepala Chelsea dan berkata "Jangan di ulangi lagi."

Herry dan Jessica hanya tertawa kecil melihat kedua kakak beradik itu bertengkar dan berbaikan dengan cepat. Herry pun berkata "Sepertinya hubungan mereka memang tidak mudah di rusak, ya."

Mereka pun masuk. Di dalam, sudah ada cupcake di meja dan juga teh. Julio bertanya "Ada apa? Tidak biasanya kalian menyiapkan ini."

"Karena akan ada bahasan yang serius, supaya bisa di cerna bahasannya, kami membuat cupcake untuk kita semua." jawab Sophie.

"Siapa yang buat?" tanya Herry.

Lily dan Sophie pun melirik ke arah Bella. Bella masih gugup seperti sebelumnya, bahkan ia malu dilirik oleh teman-temannya.

"Eeh, begitu ya. Ternyata kamu bisa membuat cupcake." ucap Herry. "Bukannya itu hebat, iya kan, Julio?"

"Iya, itu hebat."

Wajah Bella memerah mendengar pujian itu, Herry hanya cekikikan melihatnya, ia sudah tau apa yang sedang terjadi dengan Bella. Itu terlihat jelas sekali di wajahnya.

Akhirnya mereka pun duduk, begitu juga dengan Chelsea. Sebelum di mulai, Sophie pun bertanya "Apa semuanya sudah hadir?"

Herry menggeleng, ia pun menjawab "Selvia hari ini sedang kurang enak badan, jadi dia tidak ikut."

"Oh begitu. Kalau begitu kita mulai saja."

To be continue

==================