Chereads / Kaisar Dewa / Chapter 44 - Tak Terkalahkan

Chapter 44 - Tak Terkalahkan

Lawan pertama dari Zhang Ruochen adalah seorang ksatria Alam Kuning. Ia sepertinya berusia sekitar 20 tahunan dan telah mencapai Tingkatan Medium dari Alam Kuning.

Ia dapat dikategorikan sebagai seorang jenius Seni Bela Diri karena telah mencapai Tingkatan Medium di usia yang cukup belia.

Ksatria muda yang menggunakan baju kuning itu menggenggam sebuah pedang raksasa, ia berteriak dengan nada tinggi, "Hao Shiqi dari Keluarga Hao, aku adalah ksatria pertama yang akan menantangmu. Keluarkan pedangmu!"

Zhang Ruochen menggenggam Pedang Berkilau dengan tangan kanannya, ia menggelengkan kepala dan berkata, "Aku tidak butuh pedang untuk mengalahkanmu. Jika sampai aku melepaskan sarung pedang ini, maka kau akan terluka."

"Arogan!"

Ksatria muda yang berbaju kuning itu mulai mengalirkan Tenaga Chi miliknya ke pedang panjang untuk mengaktifkan dua inskripsi Seri Kekuatan. Berat pedang itu meningkat menjadi 143.5 kg.

Ia mengenggam pedang panjang dengan kedua tangannya, lalu ia mulai menghunuskan pedang itu ke arah Zhang Ruochen.

Pada saat itu, bahkan seorang ksatria Tingkatan Akhir dari Alam Kuning akan dengan segera menghindari serangannya.

"Boom!"

Zhang Ruochen tidak beranjak kemana-mana. Ia hanya mengayunkan sarung pedang dan membelah leher ksatria muda itu.

"Ding!"

Pedang panjang milik ksatria itu terjatuh di tanah.

Ksatria muda yang mengenakan baju kuning itu berteriak dan terlempar ke tanah, ia kehilangan kendali.

Ksatria itu memegangi lehernya, ia berdiri dan mengambil pedang panjang miliknya. Ia menatap Zhang Ruochen dengan hormat, lalu berkata, "Terima kasih karena tidak membunuh saya."

Ia sungguh sangat beruntung karena Zhang Ruochen tidak melepaskan pedang dari sarungnya. Jika sampai Zhang Ruochen melakukan itu, maka bisa dipastikan bahwa kepala ksatria muda itu akan terpenggal.

Ronde dua, menang!

Ronde tiga, menang!

Ronde empat, menang!

Zhang Ruochen telah memenangkan empat kali pertandingan berturut-turut.

Ia hanya berdiri di tengah-tengah Lapangan seperti sebongkah batu, ia belum menggerakkan kakinya sama sekali.

Siapapun yang menantang Zhang Ruochen di Lapangan akan dipukul mundur dengan gerakan yang sama, tidak peduli seberapa tinggi tingkat pengolahan milik mereka.

"Bagaimana mungkin bocah lelaki itu begitu kuat? Bahkan Luo Tian, seorang ksatria yang telah mencapai Tingkatan Akhir dari Alam Kuning, tidak bisa menghindari serangan dari sarung pedang Zhang Ruochen." seorang gadis dari keluarga terhormat, ia berusia 16 tahun dan sedang menatap Zhang Ruochen.

Zhang Ruochen benar-benar terlalu muda dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Para ksatria Tingkatan Akhir dari Alam Kuning tidak ada yang sanggup membuat Zhang Ruochen mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Ia pasti telah berlatih Pemahaman Pedang dan mencapai tingkat 'Pedang Pengikut Pikiran'. Kecuali para lawannya mampu mengimbangi Pemahaman Pedang miliknya, maka mereka memiliki kesempatan untuk membuat Zhang Ruochen menggerakkan kakinya."

Xue Bingsheng mengibaskan kipas di tangannya, ia tersenyum lalu berkata, "Haha! Kau tidak tahu siapa dia?"

"Apa kau tahu?" orang-orang balik bertanya.

Xue Bingsheng menjawab, "Ia adalah Pangeran Kesembilan Yunwu Commandery. Ia mampu mengalahkan para jenius di Tingkatan Akhir saat ia masih berada di Tingkatan Fajar pada Penilaian Akhir Tahunan. Jika mengamati progres latihannya, ia pasti sedang berada di Tingkatan Medium saat ini. Tidak ada ksatria yang mampu mengalahkan Zhang Ruochen kecuali mereka telah mencapai tingkatan Puncak dari Alam Kuning."

"Haha! Jadi itu adalah Pangeran Kesembilan, seorang jenius terkenal Seni Bela Diri. Biarkan aku menantangnya."

Seorang ksatria botak menggenggam dua buah palu, lalu menendang kursi penonton dan membuat itu terlempar sejauh 10 meter, kursi itu mengarah dan jatuh di Lapangan.

"Pangeran Kesembilan, saya adalah Guo Sihai, saya akan menantang Anda untuk ronde lima. Anda harus berhati-hati. Palu saya memiliki berat 400 kg. Bahkan seseorang yang memiliki tubuh seperti besi pun akan hancur jika terkena palu ini." kata Guo Sihai

Para ksatria yang pernah mendapatkan rekor menang lima kali berturut-turut di Istana Kuning Pertarungan adalah mereka yang telah mencapai tingkatan Puncak dari Alam Kuning. Hanya sedikit ksatria jenius yang masih mencapai Tingkatan Akhir dari Alam Kuning.

Guo Sihai adalah seorang ksatria tingkatan Puncak dari Alam Kuning. Ia memiliki tinggi 1.85m dan memiliki ukuran tangan yang lebih besar dari Zhang Ruochen. Tubuh Guo Sihai benar-benar padat dan berotot.

"Guo Sihai dilahirkan dengan kekuatan yang luar biasa. Ia mampu melepaskan kekuatan 30 banteng saat mencapai Puncak dari Alam Kuning. Mungkin Pangeran Kesembilan akan kalah!"

Mendengar percakapan-percakapan yang ada di bangku penonton, Putri Kesembilan Komandan menjadi khawatir. Sebab, lawan yang akan dihadapi oleh Zhang Ruochen adalah seorang ksatria tingkatan Puncak.

Seorang ksatria tingkatan Puncak dan seorang ksatria Tingkatan Akhir adalah tidak sama, ada jurang menganga yang menjadi pemisah kekuatan mereka.

"Ow!"

Guo Sihai mengerang, dan otot-ototnya terlihat menyembul keluar. Ia mengayunkan kedua palunya seperti kincir angin dan menciptakan pusaran angin.

"Palu Liar!"

Guo Sihai menyerang dengan kekuatan penuh, ia menggunakan teknik bela diri Kelas Rendah Tingkatan Manusia. Ia mengayunkan kedua palunya ke arah Zhang Ruochen.

Satu palu menarget kepala Zhang Ruochen, satu lagi adalah kakinya.

Dengan serangan seperti itu, Zhang Ruochen terpaksa harus mundur meski tingkat pengolahan miliknya cukup kuat.

Sesaat setelah Zhang Ruochen melangkah mundur, Guo Sihai semakin bersemangat dan terus memberikan tekanan kepada Zhang Ruochen. Ia ingin mengalahkan Zhang Ruochen dengan teknik pusaran palu seperti itu.

"Bang!"

Zhang Ruochen mengayunkan sarung pedangnya seperti sebelumnya, ia berhasil mengenai satu palu milik Guo Sihai.

Tiba-tiba putaran palu itu tidak seimbang, lalu mengenai dada dari Guo Sihai.

"Boom!"

Guo Sihai terjatuh di tanah dengan dua palu miliknya.

"Bagaimana… bagaimana mungkin?"

Guo Sihai mengusap dadanya yang berdarah, ia tertatih-tatih mencoba untuk bangkit dan berdiri. Ia menatap Zhang Ruochen yang sedang berdiri di tengah-tengah Lapangan. Ia tidak bisa melihat atau bahkan menyadari bahwa Zhang Ruochen telah menggerakkan sarung pedangnya.

Ia hanya tahu bahwa ia terjatuh di Lapangan karena ulah dari palunya sendiri.

"Bahkan Guo Sihai tidak mampu membuat Zhang Ruochen melepaskan pedang dari sarungnya! Bagaimana mungkin lelaki muda itu begitu kuat?"

Xue Binsheng menjadi lebih serius, dan berkata, "Pemahaman Pedang milik Pangeran Kesembilan setidaknya berada di Tingkatan Menengah dari 'Pedang Pengikut Pikiran', mungkin juga teknik pedangnya sudah berada di Tingkatan Lanjutan."

"Mustahil! Bahkan untuk para ksatria Alam Hitam, hanya sedikit dari mereka yang mampu menguasai Tingkatan Lanjutan dari Pedang Pengikut Pikiran"

Xue Bingsheng tersenyum tipis dan berkata, "Mari kita lihat! Ini masih ronde lima. Maka para ksatria selanjutnya pasti lebih kuat. Lagipula, seseorang pasti dapat menemukan kelemahannya. Jika ia mampu bertahan sampai ronde delapan, maka aku sendiri yang akan mengalahkan dia."

Pada saat ini, Putri Kesembilan Komandan dan Shan Xiangling menjadi sangat terkejut. Mereka tidak menyangkan bahwa Zhang Ruochen bisa begitu kuat.

"Ia mampu mengalahkan seorang ksatria tingkatan Puncak dari Alam Kuning hanya dengan satu kali gerakan! Apakah mungkin tingkat pengolahan saudara kesembilan telah menembus Tingkatan Akhir dari Alam Kuning?" kata Putri Kesembilan Komandan.

"Ia pasti berada di Tingkatan Akhir dari Alam Kuning!"

"Berapa lama ini sejak Penilaian Akhir Tahunan? Dan Pangeran Kesembilan telah berhasil menembus dua tingkatan pengolahan. Ia benar-benar luar biasa." kata Shan Xiangling.

Ia tidak bisa percaya bahwa ternyata ia harus menyaksikan talenta daribseorang ksatria yang luar biasa seperti itu.

Seorang ksatria lain yang berada di tingkatan Puncak dari Alam Kuning mulai memasuki Lapangan. Ia adalah seorang wanita berusia dua puluh tahunan yang mengenakan gaun berwarna nila. Ia terlihat menggenggam sebuah pedang.

Seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna nila itu berdiri di depan Zhang Ruochen, ia mengamati gerak-gerik Zhang Ruochen. Ia berusaha mencari titik kelemahan lawannya.

"Tidak ada satu kelemahan sama sekali! Aku harus memaksanya untuk menunjukkan itu."

"Crash!"

Geraka seorang wanita yang mengenakan gaun berwarna nila itu sangat cepat seperti cahaya. Ia menyerang kaki Zhang Ruochen dengan pedang miliknya.

Bahkan jika saja ia tetap tidak mampu mengalahkan Zhang Ruochen, namun, untuk dapat membuat Zhang Ruochen beranjak dari tempat berdirinya adalah suatu pencapaian yang tinggi.

Sekali saja Zhang Ruochen bergerak, maka ia akan menunjukkan kelemahan dirinya. Maka untuk mengalahkan Zhang Ruochen akan lebih mudah.

Zhang Ruochen akhirnya mulai serius. Seorang wanita yang mengenakan gaun nila itu memiliki teknik pedang yang unggul. Ia telah mencapai tingkatan "Pedang Pengikut Pikiran". Meskipun wanita itu masih berada di Kelas Awal, namun ia tetaplah lebih kuat daripada para ksatria lain yang berada di tingkatan Puncak dari Alam Kuning.

Zhang Ruochen menutup matanya, ia menggunakan ketajaman telinganya untuk mendengar gerakan pedang yang diayunkan oleh wanita itu.

"Ding!"

Zhang Ruochen mengayunkan sarung pedangnya, ia menangkis pedang itu. Ia berhasil menghentikan serangan ksatria wanita yang sedang mengincar kakinya.

Wanita itu sedikit tercengang, tapi ia dengan segera mengubah gerakannya. Ia menggunakan tiga teknik pedang dalam satu waktu, dan setiap teknik itu lagi-lagi dapat dihentikan oleh Zhang Ruochen.

Ada sebuah suara "Bugg" ketika wanita itu ingin menggunakan teknik keempatnya. Tiba-tiba dada wanita itu terasa sakit dan tulang di dalamnya seperti patah.

Zhang Ruochen menunjuk wanita itu dengan sarung pedangnya, lalu berkata santai, "Kau kalah!"

Sarung pedang sekali lagi mampu menyelamatkan sebuah nyawa. Karena jika pedang itu keluar dari sarung, maka jantung milik wanita itu pasti sudah tidak bisa berdetak kembali.

Wanita muda itu mengambil pedang miliknya, ia membungkuk ke Zhang Ruochen sambil satu tangan miliknya menekan dadanya sendiri, ia berkata, "Tidak diragukan lagi bahwa Pangeran Kesembilan adalah seorang Jenius Seni Bela Diri. Saya mengakui begitu superiornya Anda!"

Satu lagi ksatria tingkatan Puncak dari Alam Kuning kalah dan gagal memaksa Zhang Ruochen menggerakkan kaki.

"Hum! Brengsek! Ia masih berusia 16 tahun, tapi tingkat pengolahan miliknya benar-benar kuat. Aku tidak akan membiarkannya hidup, tidak sama sekali."

Liu Chengfeng menjadi sangat marah. Ia berkata pada penjaga yang berdiri di sampingnya, "Panggilkan Han Fu. Katakan padanya bahwa ini saat yang tepat."

"Siap!" kata penjaga sebelum bergegas pergi.

Liu Chengfeng menatap Shan Xiangling, gadis itu berada di bangku penonton bagian bawah. Sebuah senyum jahat tersungging dari bibir Liu Chengfeng, "Shan Xiangling, mari kita lihat siapa yang bisa menyelamatkanmu setelah Zhang Ruochen mati di Lapangan. Haha!"

Setelah menyaksikan kualitas bertarung dari Zhang Ruochen, seluruh Istana Kuning Pertarungan menjadi riuh oleh sorak sorai.

Akhirnya, Zhang Ruochen bertemu dengan lawan ketujuhnya.

Hong Tao, ia memiliki tingkat pengolahan Puncak dari Alam Kuning, ia juga mendapatkan Tanda Suci Es. Ia memiliki rekor tujuh kali menang berturut-turut selama empat kali pertandingan di Istana Kuning Pertarungan.

Sebagai catatan, ia juga telah mencapai tingkatan Pedang Pengikut Pikiran kelas awal.

Tetapi ia tidak menggunakan pedang melainkan sebuah cambuk. Maka itu dinamakan Cambuk Pengikut Pikiran.

"Saya adalah Hong Tao, salam Pangeran Kesembilan. Saya berharap Pangeran Kesembilan dapat mengampuni, jika saya menjadi kurang ajar nanti." Hong Tao terlihat sangat sopan dan rendah hati. Ia selalu terlihat senyum, namun pandangan matanya selalu waspada.

Hong Tao menyentuh pinggangnya lembut, lalu ia mengeluarkan sebuah cambuk panjang emas.

Cambuk panjang emas miliknya memiliki panjang 13 meter, dan lebarnya hanya setebal jari. Itu seperti sebuah Senjata Suci Bela Diri yang terbuat dari binatang buas.

Orang-orang normal bahkan tidak akan mampu mengayunkan cambuk itu dengan sempurna.

"Plarr!"

Hong Tao mengayunkan lengannya. Ia membuat cambuk itu bergerak dengan lentur hingga akhirnya cambuk itu mengitari tubuhnya sendiri. Cambuk itu terlihat seperti ular, benda itu memancarkan cahaya keemasan.