Sebelum memiliki keyakinan di kepala untuk memburu dan membunuh Rusa Api-Hijau, Zhang Ruochen telah membuat perhitungan yang hati-hati.
Dengan tingkat pengolahannya saat ini, ia tidak bisa bertarung melawan seekor Rusa Api-Hijau. Di samping itu, ia tidak dapat menggunakan Pedang Suci Bela Diri karena Pedang Berkilau dan Pedang Kuno Abyss miliknya berada di dalam ruangan inti.
Sekali saja ia menggunakannya, maka orang lain akan mengetahui bahwa Jimat Ruang dan Waktu ada padanya.
Beruntungnya, itu adalah seekor Rusa Api-Hijau. Karena jika ia sampai bertemu dengan binatang buas kelas superior tingkat satu yang lainnya, ia sungguh tidak punya kesempatan untuk menang sama sekali.
Tetapi seekor Rusa Api-Hijau ini berbeda. Ia hanya memiliki kecepatan, namun tidak kuat seperti binatang buas kelas superior tingkat satu lainnya. Juga, seekor Rusa Api-Hijau tidak cukup pandai melindungi dirinya sendiri.
Zhang Ruochen yang telah mencapai Penyelesaian dari Alam Surga di kehidupan sebelumnya. Oleh karena itu, kematangan emosional dan pengalamannya yang kaya adalah keuntungan tersendiri. Ia dapat dengan cepat memberi keputusan terhadap apa yang dapat dilakukan oleh seekor Rusa Api-Hijau di depannya. Lalu ia dapat menyesuaikan strategi yang baik guna melawan dan/atau mengalahkannya.
Meskipun seekor Rusa Api-Hijau sangat cepat, tetapi bukan berarti binatang buas itu dapat mengalahkan Zhang Ruochen dengan mudah.
"Haa!"
Zhang Ruochen memberikan kejutan pada seekor Rusa Api-Hijau secara provokatif dan agresif.
"Phhhff!"
Rusa Api-Hijau itu menjadi marah, dan api di kepalanya menjadi lebih besar. Dalam hitungan detik, ia hampir sampai di tempat Zhang Ruochen berdiri. Rusa Api-Hijau itu sangat cepat sampai-sampai itu terlihat seperti bayangan hijau yang melintas. Tentu saja, Rusa Api-Hijau ini berencana untuk menyerang Zhang Ruochen dengan tubuh raksasanya.
Tetapi Zhang Ruochen menekukkan lututnya dan melepaskan kekuatan yang membuatnya meloncat setinggi tujuh meter ketika Rusa Api-Hijau akan menyerangnya.
"Naga di Langit!"
Tenaga Chi miliknya bersirkulasi melalui 11 Jalur Aliran Chi miliknya. Tubuhnya mengeluarkan suara seperti auman seekor naga. Semua otot-otot dan tulang-tulangnya berfungsi secara baik saat melepaskan kekuatan besar dengan tinju miliknya.
Namun, Rusa Api-Hijau itu terlampau cepat. Sehingga Zhang Ruochen tidak meninju Rusa Api-Hijau tetapi tanah yang dilewatinya.
"Phhfff!"
Rusa itu berlari ke arah Zhang Ruochen seperti bayangan hijau. Rusa itu menggunakan tanduk untuk menyeranganya, ia menarget dada Zhang Ruochen.
Zhang Ruochen melepaskan kekuatan dari tinjunya sekali lagi dan mencoba bertarung dengan Rusa Api-Hijau itu.
"Jleebb!"
Sesuatu yang kuat mengenai tinjunya. Tiba-tiba, tangan kanan miliknya mati rasa.
Zhang Ruochen dengan cepat didorong mundur ke belakang. Ia melihat tangannya dan menyadari bahwa tangan kanannya telah terbakar karena api dari kepala rusa. Lengan baju miliknya terbakar tanpa sisa, hingga pergelangan tangannya terlihat.
Tenaga Chi miliknya disalurkan melalui Jalur Aliran Chi, secara bertahap, itu berhasil menjadikan tangannya yang mati rasa kembali normal.
"Whomp, Whomp!"
Rusa Api-Hijau itu berlari menuju Zhang Ruochen lagi. Beberapa detik kemudian, rusa itu sudah berada di depan Zhang Ruochen.
Saat ini, dua Anak Panah Petir dilepaskan oleh Putri Kesembilan Komandan, ia membidik rusa itu dari jarak jauh. Dua anak panah ini mengarah ke kedua mata rusa itu.
"Bzzz!"
"Bzzz!"
Rusa itu memiliki reaksi yang cepat dan berhasil menangkis anak panah yang dilepaskan dengan tanduknya.
"Langkah Gajah!"
Zhang Ruochen membaca adanya kesempatan dan berlari menuju Rusa Api-Hijau. Dengan kekuatan yang ia kumpulkan sebelumnya, Zhang Ruochen melepaskan tinju Kekuatan Enambelas Banteng dari kepalan tangannya. Tinju miliknya akhirnya bersarang di kepala rusa itu.
Rusa Api-Hijau meringis dan kepalanya mengeluarkan darah. Ia terluka parah, darahnya mengalir dari luka di kepalanya, dimana itu membuat pergerakannya menjadi lambat.
"Wuuzz!!"
Sebagaimana saat rusa mulai terdistraksi, Putri Kesembilan Komandan mendapatkan kesempatan untuk melepaskan Anak Panah Petir terakhirnya. Saat ini, anak panah itu mengenai mata kirinya.
"Splasshh!"
Kepala Anak Panah Petir meledak dan menghancurkan mata kirinya. Mata kiri dari Rusa Api-Hijau berubah menjadi genangan darah.
Zhang Ruochen berguling menuju bangkai dari Harimau Merah Smilodon. Ia berencana untuk memotong taring yang memiliki panjang setengah meter dari mulut harimau itu.
Rusa Api-Hijau yang kesakitan itu berbalik arah dan melarikan diri. Api yang meliputinya juga membakar apa-apa yang ada di sekitarnya.
Zhang Ruochen menggenggam taring yang patah dari Harimau Merah Smilodon. Taring itu sama tajamnya dengan sebilah pisau. Ia memanjat batang pohon yang lentur untuk kemudian melompat ke arah Rusa Api-Hijau.
"Jleebb!"
Zhang Ruochen menancapkan taring Harimau Merah Smilodon itu ke kepala Rusa Api-Hijau sampai menembus tulang kepalanya.
"Jleebb!"
Rusa Api-Hijau itu mencoba melawan, ia menggerak-gerakkan tubuhnya. Tetapi akhirnya, rusa itu terjatuh juga, ia sekarat.
Zhang Ruochen menarik keluar taring yang sudah menancap dan menusuk perut Rusa Api-Hijau itu. Apa yang ia lakukan ini benar-benar mengakhiri kelangsungan hidup rusa.
Putri Kesembilan Komandan datang dan melihat bangkai rusa. Ia tidak percaya terhadap apa yang ia saksikan. "Saudara kesembilan… kau baru saja membunuh seekor kelas superior tingkat satu binatang buas."
Zhang Ruochen menatap wanita itu lalu bangkit berdiri. Setelah membersihkan luka terbakar di lengannya, ia berkata, "bukan aku, tapi kita."
Putri Kesembilan Komandan memahami bahwa ia tidak memberikan bantuan yang berarti. Karena jika saja anak panah itu tidak mengenai kepala dan memperlambat gerakan rusa, ia tidak dapat menembak mata kiri rusa itu dengan Anak Panah Petir.
Namun, ia bahagia karena menjadi bagian dari perburuan kelas superior level satu binatang buas. Lebih-lebih, perburuan yang mereka lakukan membuahkan hasil.
Ia sangat senang sampai-sampai tidak tahan dan segera memeluk Zhang Ruochen.
"Saudara kesembilan, kita adalah teman berburu yang ideal. Kita selalu bisa mengisi satu sama lain!"
Ia memeluk leher Zhang Ruochen dengan tangan lembutnya. Payudaranya yang montol ia tempelkan ke arah dada Zhang Ruochen. Ia sangat senang sampai-sampai pelukannya terlalu erat dan hampir membuat Zhang Ruochen terjungkal ke belakang.
Zhang Ruochen memegang tangannya dan pundak Putri Kesembilan Komandan supaya ia dapat menjaga jarak dengan Putri Kesembilan Komandan. Ia berkata lirih, "kita harus kembali!"
Melihat sikap dingin Zhang Ruochen, eskpresinya berubah, ia menghentakkan kakinya dan mengerutkan dahi. "Aku adalah saudara perempuanmu. Aku tidak akan memakanmu. Bisakah kau bersikap lebih hangat?"
Zhang Ruochen meninggalkan Lereng Curam dan kembali mengendarai kuda bertanduk. Ia menatap Putri Kesembilan Komandan, "ayo bergegas!"
Ia memutar bola matanya sejenak, lalu mengambil tangan Zhang Ruochen dan meloncat ke atas kuda bertanduk. Ia duduk dibelakang Zhang dan memeluk pinggulnya. Wajahnya yang cantik ia tempelkan di punggungnya, kemudian ia tertawa lebar. "Yang Mulia, maukah kau membawa saudarimu yang cantik ini ke tempat yang lebih aman tanpa ada lagi perburuan atau pembunuhan?"
Zhang Ruochen menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Ia menarik kuda miliknya untuk keluar dari hutan dan beranjak menuju Lapangan Kerajaan.
…
26 dari 43 ksatria muda yang ikut berpartisipasi telah kembali, dan 17 ksatria lainnya masih belum kembali.
Jika seorang ksatria tidak kembali dari perburuan, ia telah dianggap mati di suatu tempat atau ia tidak berhasil memburu binatang buas.
"Min, bagaimana perburuanmu?" kata Selir Huo, ibu kandung dari Pangeran Kelima, Zhang Min.
Zhang Min tersenyum lebar dan menjawab santai, "Bu, jangan khawatir. Aku percaya bahwa tidak ada seorang pun yang lebih baik dariku dalam hal perburuan di Gunung Raja!"
"Bagus sekali, Min." Selir Huo mengangguk dengan tersenyum.
Lin Fengxian melihat putrinya, Lin Ningshan, dan bertanya, "Shan, ini pertama kalinya bagimu berada di sini. Walau demikian, aku menebak bahwa kau tidak mendapatkan banyak kendala, benar?"
Lin Ningshan menggelengkan kepala dan menjawab dengan yakin, "ini lebih mudah daripada yang aku bayangkan. Tidak ada masalah sama sekali. Aku cukup puas dengan hasilnya, dan aku percaya aku akan masuk dalam 10 besar."
Lin Ningshan menatap Gunung Raja. Ia menyadari bahwa Zhang Ruochen belum kembali, dimana itu membuatnya terlihat lebih bangga. Ia bicara pelan sekali, hingga hanya dia yang mampu mendengarnya, "jadi, ia tidak berburu binatang buas. Baiklah, itu alasan yang cukup kuat. Dengan hanya menggunakan sumber daya latihan memang dapat meningkatkan kekuatannya. Tetapi, itu tidak memperkaya dan meningkatkan pengalamannya."
Sekarang ini, Selir Lin menjadi sedikit khawatir. Ia melihat Gunung Raja dengan penuh pengharapan.
Beberapa waktu kemudian, beberapa ksatria kembali.
Tetapi para ksatria itu terlihat menghawatirkan. Sebab mereka tidak berburu atau tidak mampu membunuh binatang buas di Gunung Raja.
"Di mana Pangeran Kesembilan dan Putri Kesembilan Komandan? Finger Crossed, mereka baik-baik saja."
Beberapa orang menjadi khawatir karena tahun lalu, ada beberapa ksatria yang terbunuh oleh binatang buas saat mereka melakukan perburuan di Gunung Raja.
Komandan Pangeran Yunwu mengerutkan dahi dan akan mengirimkan pasukan penjaga untuk mencari anak-anaknya.
Tiba-tiba, ada seseorang yang berteriak saat melihat kejauhan. "Mereka kembali! Pangeran Kesembilan dan Putri Kesembilan Komandan kembali bersama-sama!"
Selir Lin, Lin Ningshan dan para pangeran juga putri-putri lain melihat ke arah Gunung Raja. Mereka melihat kedua ksatria muda ini datang dari arah yang sama, mereka menunggangi kuda yang sama. Mereka semakin lama semakin mendekat.
Zhang Ruochen dan Putri Kesembilan Komandan turun dari kuda bertanduk milik Zhang setelah sampai di Lapangan Kerajaan. Mereka berjalan ke arah Komandan Pangeran Yunwu.
"Yang Paling Mulia!" kata Zhang Ruochen.
"Yang Paling Mulia. Ayah!" kata Putri Kesembilan Komandan.
Komandan Pangeran tertawa, "Ruochen, mengapa kau menunggangi kuda Yuki?"
Putri Kesembilan Komandan menjawab sebelum Zhang Ruochen sempat berbicara, "Ayah, saudara Ruochen dan saya bertemu dengan seekor Banteng Besi. Kuda milik saya terluka, jadi saya meminta bantuan Zhang Ruochen."
Komandan Pangeran menatap Zhang Ruochen dan bertanya, "apakah itu benar, Ruochen?"
"Benar, Yang Paling Mulia," ia merespon.
Komandan Pangeran menganggukkan kepalanya pelan, ia melihat tangan kanan Zhang Ruochen yang terluka. Ia berkata, "Ruochen, ini pertama kalinya bagimu mengikuti penilaian, dan ini pertama kalinya juga kau berburu binatang buas. Kau baru saja mendapatkan Tanda Suci tiga bulan lalu, jadi, jangan putus asa jika kau belum berhasil dalam memburu binatang buas."
"Aku tahu!"
Zhang Ruochen tidak perlu dan tidak mau untuk menjelaskan. Ia hanya merespon dengan santai.
Putri Kesembilan Komandan ingin berkata sesuatu. Namun, ia tidak bisa berkata apa-apa pada situasi seperti ini.
Pangeran Kelima dan Pangeran Keenam saling berbisik ketika mereka melihat Zhang Ruochen terluka.
Sebuah senyum tersirat dari bibir Lin Ningshan. Selama ronde pertama Penilaian Akhir Tahunan, Zhang Ruochen memang mengagumkan. Namun, ketika itu sudah sampai pada pertarungan yang sesungguhnya, ia sangat jauh dari kata siap.