Chereads / Singgasana Magis Arcana / Chapter 37 - Memilih Alat Musik

Chapter 37 - Memilih Alat Musik

Joel masih belum ada di rumah saat John dan Lucien sedang mengobrol, sedangkan Bibi Alisa sibuk menyiapkan makan malam. Iven, anak bungsu mereka, masih bermain di jalanan dengan teman-temannya.

"Kau pasti tak pernah membayangkan apa yang kami temukan di sana," ujar John dengan serius. "Ada aula iblis!"

"Apa?!" Lucien sangat terkejut, "Mereka membangun aula di saluran pembuangan? Apa Tuan Venn sudah menginterogasi orang-orang soal ajaran sesatnya?"

John menggelengkan kepala dan menghela napas kecewa, "Tidak, Lucien. Tidak ada siapapun di sana. Semuanya sudah pergi saat kami tiba."

"... Tidak mungkin, John. Aku tidak bilang pada siapapun kecuali kau." Lucien mulai merasa khawatir. Bagaimana jika para penyembah iblis tahu dialah yang membongkar tentang ajaran sesat itu dan melaporkan mereka?

"Tuan Venn memberitahuku kalau informasi tentang tindakan kami mungkin sudah dibocorkan oleh seorang kesatria. Kami belum tahu siapa itu. Tapi jika itu benar, kesatria tersebut pasti dari tingkatan yang relatif tinggi."

Lucien memikirkan kemungkinan kalau ajaran sesat itu telah menyusup ke golongan atas. Namun, dia heran membayangkan kalau kekuatan jahat telah merusak beberapa kesatria yang mulia.

"Bagaimana dengan geng Aaron?" tanya Lucien.

"Para pemimpinnya kabur, termasuk Rosan Aaron. Sisanya tak tahu apa-apa tentang ajaran sesat. Mereka tak bisa bohong di depan kekuatan Ilahi dan inkuisisi." John mengerutkan alis, "Walau mereka tidak tahu apa-apa, mereka semua akan dihukum mati oleh hakim."

Jika soal ajaran sesat, gereja tak pernah menunjukkan belas kasih. Lucien juga percaya kalau cara gereja memperlakukan penyihir sama saja.

Salah satu buku di perpustakaan yang Lucien baca baru-baru ini berjudul Berburu Penyihir, ditulis pada tahun 392 kalender Saint, tepatnya 423 tahun lalu. Buku ini merupakan instruksi bagi para pemburu penyihir dan penjaga malam tentang bagaimana mengenali, melacak, dan bahkan menyiksa penyihir. Lucien ingat beberapa paragraf yang terdengar konyol dan keji baginya:

"Jika orang yang kau curigai jarang bersosialisasi dan penampilannya nyentrik, kemungkinan orang itu adalah seorang penyihir tinggi. Bahkan jika dia supel dan bersemangat, kemungkinan bahwa orang itu seorang penyihir masih ada, karena dia mungkin hanya berpura-pura.

"Jika orang yang kau curigai panik saat dia tahu siapa engkau, berarti orang itu adalah penyihir. Tapi jika mereka tidak panik, tetaplah berhati-hati, karena semua penyihir adalah penipu ulung.

"Jika mantra Ilahi tidak dapat membantumu memastikan identitas tersangka, memberinya hukuman suci mungkin bisa membantu. Jika orang itu memutar mata saat dihukum, itu berarti dia sedang mencoba berkomunikasi dengan iblis untuk meminta kekuatan. Jika matanya menatap tanpa rasa takut, itu berarti dia sudah dapat perlindungan dari kekuatan iblis. Karena itu, kau harus menyiksanya lebih kejam lagi. Jika orang itu meninggal, itu karena iblis telah mengambil nyawanya agar rahasia mereka tetap aman.

"Jika kau telah mencoba semua cara itu tapi masih tidak yakin, serahkan tersangka pada Tuhan Yang Maha Kuasa. Bakar dia. Penyihir akan berubah jadi abu, sementara Tuhan akan melindungi orang tersebut dan menjaga dia tetap aman dalam api jika dia memang tak bersalah."

Lucien bersyukur karena masih hidup. Jika Lucien hidup 400 tahun lalu saat buku itu ditulis, dia pasti sudah mati terbakar ribuan kali. Gereja telah mendominasi seluruh benua selama bertahun-tahun, jadi mereka lebih fokus pada ajaran sesat di utara, bukannya mengerahkan seluruh kekuatan untuk berburu penyihir yang keberadaannya ada di sana-sini.

"Lalu, apa kau menemukan sesuatu di aula iblis?" Lucien bertanya penasaran.

Alis John mengerut semakin dalam karena ingatan buruk. "Kami, pengawal kesatria, tidak ke sana. Para kesatria dan pastor dipimpin Tuan Venn, Tuan Verdi, dan kardinal Salvatore untuk menggeledah aula. Tuan Venn tak pernah memberitahuku apa yang dia lihat di dalam, tapi aku lihat wajahnya saat dia keluar ... Dia tampak sangat serius.

"Aku berjaga di luar gerbang." John melihat ke tanah dan Lucien tahu ingatan buruk masih mengganggunya. "Saat mereka membuka gerbang, aku lihat tanahnya penuh dengan darah. Aku lihat jantung ... jantung yang masih berdenyut di tanah. Mereka berkata kalau jantung itu diambil dari dada orang saat mereka masih hidup.

"Lucien, aku sudah mendengar banyak cerita, puisi, dan rumor tentang betapa mengerikan dan kejinya ajaran sesat itu. Tapi hari ini, aku akhirnya menyadari kalau ajaran itu penuh kebencian dan tidak manusiawi." John mengangkat kepalanya dan menatap Lucien. Dia lalu berbicara dengan nada penuh tekad, "Aku benci ajaran sesat. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang kulihat di sana. Aku ingin jadi lebih kuat dan melenyapkan para iblis sepenuhnya."

Lucien melihat wajah seriusnya dan tersenyum, "Ini keadilan yang kaucari, 'kan, John?"

John mengangguk, tapi kemudian menggelengkan kepala. "Aku masih tak tahu pasti keadilan macam apa yang kucari, Lucien. Hal yang kutahu adalah aku tidak hanya ingin melindungi keluarga dan temanku, tapi aku juga ingin melindungi banyak orang dan memerangi kekuatan gelap."

"Aku tahu ada kelas di antara para kesatria yang disebut 'Pemburu Iblis'. Mereka berjalan dalam kegelapan dan rela mati demi memerangi kekuatan iblis. Apa itu impianmu sekarang?" tanya Lucien.

"Aku tidak tahu, Lucien. Aku masih belum bisa membangkitkan kekuatan Berkatku. Tak semua orang bisa jadi kesatria sejati, apalagi jadi pemburu iblis." John menjawab, wajahnya sedikit murung.

"Ayolah! Kau pasti bisa." Lucien menyikut John pelan. "Lihat dengan siapa aku bicara? Pengawal kesatria paling menjanjikan yang disukai Tuan Venn."

Karena merasakan dukungan dari sahabatnya, John menyeringai pada Lucien.

"Omong-omong soal Tuan Venn ..." Lucien bertanya, "Apa dia menyebutkan hadiahmu?"

"Ya, tentu saja!" John tampak gembira dengan topik ini, "Tuan Venn janji akan memberiku pedang kesatria bagus yang terbuat dari besi kualitas baik. Jika dibandingkan dengan apa yang kugunakan sekarang, pedang itu akan jauh lebih tajam dan punya efek sihir di dalamnya!"

Saat berbicara tentang pedang baru, John bahkan tertawa sambil berharap.

Lucien dan John berhenti mengobrol ketika Joel kembali. Pada akhirnya, John mengingatkan Lucien, "Tuan Venn bilang kalau keamanan akan diperketat dan akan ada lebih banyak penyelidikan rahasia di Aalto akhir-akhir ini. Kau sudah diinterogasi karena si penyihir, jadi berhati-hatilah. Kau murid Pak Victor sekarang. Kau tak pernah tau siapa yang akan menjebakmu karena iri."

"Terima kasih, John. Aku akan hati-hati," ucap Lucien dengan penuh rasa terima kasih. Lucien tahu John yang merupakan seorang pengawal kesatria tidak diizinkan membocorkan informasi semacam ini pada orang lain. Lucien tahu dia harus sangat berhati-hati akhir-akhir ini dan berhenti berlatih mantra yang dapat menyebabkan kekacauan. Namun, Lucien juga percaya kalau setelah pencarian besar-besaran ini, saat para kesatria dan bangsawan mulai menurunkan kewaspadaan mereka, situasi akan jadi lebih aman dari sebelumnya.

...

Di hari Minggu pagi, Lucien coba mengatur segala hal di hari liburnya. Walau dia tak banyak latihan merapal selama beberapa hari terakhir, hasil analisisnya dari beberapa mantra sihir berjalan cukup baik. Kekuatan spiritualnya telah pulih sepenuhnya dan jadi semakin kuat dengan meditasinya. Untuk saat ini, Lucien bisa merapal enam mantra dari perguruan Elemen berturut-turut.

Di waktu senggangnya, Lucien juga belajar giat dalam musik. Dia menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku di perpustakaan jiwanya, tapi tak hanya buku musik. Dari berbagai buku, Lucien mulai belajar lebih banyak mengenai benua ini. Dia belajar mengenai negara-negara yang mempercayai God of Truth di selatan, negara-negara zindik di utara, serta hewan-hewan iblis yang tinggal di Pegunungan Kegelapan.

Jaringan otak mutan zombie air dapat diawetkan hingga tiga tahun dengan menggunakan sihir sehari sekali. Sehingga Lucien punya cukup waktu untuk mengumpulkan sisa bahan-bahan yang berkaitan dengan sihir.

….

"Kemajuanmu membuatku terkesan lagi, Lucien." Setelah menguji pengetahuan dasar musik Lucien yang sudah dipelajarinya dalam beberapa kelas, Pak Victor memuji. "Setelah ini, kita bisa lanjut ke praktik yang sebenarnya. Kau akan belajar menyatukan hal-hal yang telah kau pelajari dari buku ke praktik nyata."

Saat Lucien pertama kali membantu dalam mengimprovisasi harpsichord, Victor pikir Lucien mungkin hanya dapat inspirasi di sana. Tapi, Victor sekarang merasa Lucien setidaknya punya bakat dalam musik.

"Lucien, alat musik apa yang ingin kau pelajari?" tanya Victor dengan lembut. "Aku cukup mahir bermain biola, harpsichord, organ pipa, dan seruling. Tapi jika kau ingin belajar yang lain, aku juga bisa membantu."

Lucien tak pernah benar-benar memikirkannya. Dia agak ragu. Lucien dulu menyukai piano, tapi dia tak pernah punya kesempatan belajar memainkannya. Tapi setelah dipikir-pikir, Lucien akan pergi mencari kantor pusat Kongres Sihir Kontinental suatu hari nanti. Tentu saja, dia tak bisa membawa piano bersamanya. Mungkin dia harus memilih sesuatu yang mudah untuk dibawa, seperti biola?

Lott, Felicia, dan Herodotus penasaran mana yang akan dipilih Lucien, tapi Lucien sendiri masih ragu.

"Tidak apa-apa, Lucien." Victor tersenyum, "Jika kau punya pertanyaan, katakan saja padaku. Mungkin aku bisa membantu."

Lucien lalu bertanya dengan hormat, "Pak Victor, bisakah aku belajar harpsichord yang sudah diimprovisasi dan biola?"

Tiga murid lain agak kesal. Mereka merasa Lucien benar-benar serakah mentang-mentang dia belajar secara gratis.

"Tidak masalah," jawab Victor. "Tapi kau harus fokus dalam satu hal dulu. Bagaimana jika kita mulai belajar harpsichord? Aku mungkin bisa dapat ide baru saat mengajar."

"Tentu, terima kasih, Pak Victor." Lucien berterima kasih.