Tanduk terompet perang yang muram dan berbagai pembunuhan terjalin bersama-sama saat para manusia berjatuhan bagaikan tanaman-tanaman gandum yang dipotong.
Mo Wuji memperhatikan bahwa para kultivator immortal itu mulai mundur, tetapi lawan mereka tampaknya tidak mengejar mereka. Sebaliknya, lawan mereka bergegas mengumpulkan rampasan perang.
Rampasan perang yang tersisa dikumpulkan dengan sangat cepat, dan semua hal yang tersisa di sini pada dasarnya hanyalah tulang-belulang. Seluruh medan perang ini telah dikosongkan, dan bahkan tidak ada seekorpun burung yang terbang melintasinya.
Mo Wuji menutup kembali mata spiritualnya dan mulai ragu-ragu. Ia tidak tahu apakah ia harus mendekati perkemahan para kultivator immortal itu atau meninggalkan medan perang ini. Hal ini memberinya begitu banyak keraguan.
