"Ruoyun, kamu selalu bersamaku saat kita berkelana di dunia ini… Apakah kamu pernah menyesali keputusanmu?" Rasa bersalah muncul pada tatapan Huang Xingyun – dari awal sampai akhir – itu adalah ambisi liarnya yang membawa segala sesuatunya hingga ke titik ini.
"Kau dan aku adalah satu. Kenapa kamu harus bertanya seperti itu padaku?" Yun Ruoyun terkekeh pelan saat dia tertawa pelan bagaikan hembusan awan dan angin.
Huang Xingyun tertawa, "Ruoyun, aku ingin menciummu… Apakah itu boleh?"
Yun Ruoyun tertawa lagi dan perlahan mengangkat kepalanya. Bibir merahnya bertemu bibirnya, saat dia bergumam, "Aku masih ingat bagaimana tampangmu saat pertama kali menciumku. Aku mencintaimu, Xingyun."