Chereads / Mahakarya Sang Pemenang / Chapter 535 - Empat Puluh Lima Detik

Chapter 535 - Empat Puluh Lima Detik

"Chelsea! Chelsea! Whoa, whoa!" Penggemar Chelsea meneriakkan nama tim mereka di tribun dan pub-pub di London, memuji timnya karena berhasil unggul lebih dulu.

"Chelsea berhasil unggul dan mereka akhirnya imbang dalam skor total. Dengan satu gol lagi, mereka akan bisa membalikkan keadaan dan mengungguli dua gol tandang tim Forest. Mungkin bahkan Mourinho tidak mengira bahwa pertandingan ini akan memiliki awal yang bagus!" kata komentator televisi sambil mengarahkan pandangan ke Mourinho, yang sedang bersorak dan merayakan gol di pinggir lapangan. 

"Pergilah ke neraka Nottingham Forest! Kamilah yang akan pergi ke Athena!"

※※※

"Taktik tekanan-tinggi dari Chelsea akhirnya berhasil. Dorongan mereka yang menggila di lini depan menyebabkan tim Forest tidak bisa beradaptasi. Sesungguhnya, kebobolan gol ini bukanlah hal yang mengejutkan. Kalau manajer Twain tidak membuat penyesuaian, tim Forest akan terus kebobolan gol! Aku hanya ingin mengingatkannya."

Para pemain Chelsea akhirnya selesai merayakan gol mereka. Mereka kembali ke posisi mereka di lapangan, siap untuk kembali memulai pertandingan. 

Dari pinggir lapangan, Albertini berteriak ke arah rekan setimnya di lapangan, "jangan kecewa, kita masih punya banyak waktu! Tunjukkan pada mereka apa yang bisa kita lakukan!"

Eastwood memberinya acungan jempol untuk menunjukkan bahwa dia tidak perlu cemas. Tim Forest sekarang dalam kondisi yang bagus. 

※※※

Para fans Chelsea di tribun masih bernyanyi dan bersorak untuk gol barusan. Suara mereka membuat para fans Nottingham Forest jengkel. 

Berdiri di barisan depan, Big John berbalik dan berteriak kepada komunitas fans yang dipimpinnya, "Ini adalah stadion kandang kita, guys! Jangan biarkan orang London sialan itu mengacau disini! Kita akan tunjukkan pada mereka siapa bosnya. Nyanyikan lagu kita!!"

Tiba-tiba saja, tribun utama menyanyikan lagu tim Forest. Suara nyanyian itu segera menyebar dan mencapai tiga tribun yang lain. Suara fans Chelsea tidak lagi bisa didengar di stadion City Ground. 

"Kami adalah tim terbaik di Inggris! Kami tak terkalahkan dan tak tergoyahkan! Kami tak kenal takut! Karena kami adalah tim terbaik – karena kami memiliki dunia di tangan kami!!"

Ditengah suara nyanyian itu, wasit meniup peluitnya sebagai tanda kickoff. 

Van Nistelrooy menendang bola dengan ringan dan Eastwood melanjutkannya dengan mengoper bola ke van der Vaart di belakangnya. 

Van der Vaart membuat isyarat agar kedua sayap bergerak maju sebelum dia menerima bola. Lalu bola bergulir di bawah kakinya. Alih-alih segera mengoper bola, dia menguasai bola. Sambil mencari rute yang lebih sesuai untuk bola, dia menunggu rekan setimnya menyelaraskan posisi serang mereka. 

Kali ini dia tidak perlu cemas bola di bawah kakinya akan direbut lawan karena dia memiliki bayangan di belakangnya. 

Segera setelah bola itu ditendang, para pemain Chelsea langsung menekan lawan sesuai dengan layout pra-pertandingan yang diberikan oleh Mourinho. Makalele langsung menuju lingkaran tengah dari posisinya sebagai gelandang bertahan, bermaksud untuk merebut bola di sisi lapangan tim Forest. 

Melihat Makalele berlari dengan ganas ke arahnya, van der Vaart mengalihkan bola ke George Wood di belakangnya dengan tumitnya dan kemudian berlari tanpa bola. Dia mendongak untuk menemukan rute passing terbaik. 

Makalele membeku sejenak saat dia melihat bola berpindah dengan cepat ke kaki Wood dan dia mengubah targetnya untuk mendekati Wood. 

Wood kembali mengirim bola ke van der Vaart dan berlari ke depan sendirian. 

Para pemain Chelsea masih ingat dengan penampilan Wood di pertandingan leg pertama. Partisipasinya yang aktif dalam menyerang menyebabkan Chelsea menderita. Kalau dia melakukan hal yang sama di pertandingan ini... 

Makalele tidak ragu untuk berbalik dan mengikuti Wood. 

Twain memberitahu Wood bahwa tugasnya di pertandingan ini adalah bertahan, untuk melindungi van der Vaart, untuk memberikan waktu dan ruang bagi van der Vaart dalam menguasai bola dan tidak terlibat dalam serangan tim. Wood, yang telah dilatih dengan seksama oleh Albertini selama satu musim, memiliki gagasannya sendiri. 

Di awal karirnya dulu, Twain selalu menginstruksikan dirinya untuk melindungi pemain lain dan hanya membiarkannya merebut bola yang dihilangkan rekan setimnya menggunakan kemampuan bertahannya yang tangguh. Cakupan Wood saat ini sudah berbeda. Dia menganggap gaya bertahan seperti itu tidaklah konstruktif, dan hal itu tidak selalu efektif saat menghadapi lawan yang kuat. 

Untuk melindungi, memberikan waktu dan ruang bagi rekan setimnya tidak selalu harus mengandalkan pertahanan. Membantu dengan bergerak maju juga bisa dilakukan!

Wood menggunakan aksinya untuk membuktikan gagasan yang ada di kepalanya. Makalele terpancing keluar dari posisinya dan Essien juga mengawasi dengan waspada masuknya "karakter yang berbahaya". Selama sesaat, tidak ada pemain Chelsea di sekeliling van der Vaart, yang memiliki bola. 

Van der Vaart melihat situasi di depan dan tahu bahwa dia tidak punya banyak waktu. Kepura-puraan Wood yang menusuk masuk akan segera diketahui oleh Makalele yang sudah berpengalaman. Kalau dia tidak mengoper bola, dia akan segera dikepung. 

Kiri atau kanan? Atau tengah?

Matanya mengamati lapangan dengan cepat. Dari empat titik yang ada, Lennon, Ribery, van Nistelrooy dan Eastwood, siapa yang berada dalam posisi terbaik untuk menerima operan?

Pertimbangan itu hanya berlangsung sesaat. Situasi di lapangan sepakbola berubah dengan sangat cepat. Mustahil baginya untuk memikirkan tentang semua hal sebelum mengoper bolanya. 

Van der Vaart mengayunkan kakinya dan menggunakan umpan panjang untuk mengirim bola ke Franck Ribery, yang sedang berlari kencang di sayap kiri. 

Terobosan, umpan, tembakan... semuanya milikmu, Franck!

Ribery sekilas memandang ke belakang dan menemukan bola yang terbang ke arahnya. Dia sedikit memperlambat kecepatannya dan siap untuk menerima bola. 

Boulahrouz jelas tidak akan membiarkan umpan semacam ini melewati zona pertahanannya. Dia melompat di udara dan menyundul bola untuk memotong operan itu... 

"Pertahanan Boulahrouz dilakukan tepat waktu. Serangan tim Forest kali ini adalah... Eastwood!"

Gipsy Romani itu mendapatkan bola dari sundulan Boulahrouz dan dia tidak lagi ragu. Dia melihat Ribery berlari di belakang bek Belanda dan segera menendang bola ke arah kotak penalti. 

Ribery merasa kecewa saat melihat Boulahrouz melompat di udara dan menyundul bola itu ke belakang, tapi momentum membuatnya tidak bisa melambat. Saat dia mengira serangan sudah berakhir, dia melihat bola muncul lagi secara diagonal di depannya!

Ini adalah kejutan besar!

Boulahrouz telah memutar ke depan untuk bertahan, meninggalkan celah besar untuk Ribery. 

Menerobos dengan kecepatan adalah hal favoritnya, jadi dia tidak lagi ragu dan segera mempercepat lajunya untuk mengejar bola. 

"Sebuah celah muncul di pertahanan Chelsea. Sebuah peluang untuk Nottingham Forest!"

Setelah Ribery menerima bola, dia langsung menuju ke arah kotak penalti. Carvalho, yang bergegas maju untuk menghadangnya, tidak berani terburu-buru dalam beraksi. Dia hanya bisa mengikuti Ribery dan berlari bersamanya hingga garis gawang. Dia ingin memaksanya untuk keluar dari garis batas lapangan. 

Menggiring bola di dalam area penalti, Ribery melambat dan membuatnya terlihat seolah akan menembak. Dia mengayunkan kakinya dan menurunkannya lagi. Carvalho juga melakukan pose defensif, tapi dia tidak tertipu hingga kehilangan keseimbangannya. 

Semakin dekat dengan garis gawang, pertahanan Carvalho bisa dikatakan berhasil. 

Sebuah senyuman muncul di hati Carvalho dan tempo di kakinya sedikit melambat. Kalau Ribery sadar bahwa dia tidak punya harapan untuk menembak dan mengoper bola, dan sengaja menendang bola ke arahnya untuk membiarkannnya keluar garis batas, dia tidak ingin memberikan tendangan sudut bagi lawan. 

Ribery bisa merasakan kalau Carvalho tidak mengikutinya seketat tadi. Dia bahkan bisa melihat gawang dan kipernya, Cech. Ini adalah peluang terakhir!

Ribery kembali mengayunkan kakinya, dan Carvalho mengira kalau dia akan melakukan tendangan sudut. Dia sengaja condong ke belakang, dan kakinya yang digunakan untuk bertahan, tidak sepenuhnya menghalangi bola. 

Ini bukan tipuan. Ribery benar-benar menembak langsung ke arah gawang! 

Bola itu melewati Carvalho dan melayang terus, dekat dengan kepala Cech. Bola itu mengenai tepi bawah mistar dibelakang Cech dan memantul masuk ke dalam gawang. 

Apa bolanya masuk?

Bola itu benar-benar masuk!

"Benar-benar gol yang luar biasa! Sudut nol derajat! Gol Franck Ribery memadamkan percikan harapan Chelsea menjadi abu!"

Sorakan di stadion City Ground mencapai puncaknya. 

Setelah gol, Ribery mengangkat bahu dan memandang sekilas ke arah Carvalho yang tampak frustasi. Dia sama sekali tidak percaya bahwa tembakannya yang dilakukan pada sudut sempit benar-benar bisa masuk. Aksi perayaannya atas gol itu merupakan penghinaan yang besar di mata Carvalho. 

Memang, dia tidak mengira kalau Ribery akan menembak dibawah situasi itu dan bisa mencetak gol. 

※※※

"Sial!" Mourinho bergegas bangkit dari kursinya dan mengacungkan tinjunya dengan marah. Dia benar-benar tidak siap untuk kebobolan gol. Siapa yang siap untuk itu?

Timnya masih merasa senang karena gol yang berhasil menyamakan kedudukan dan sekarang hal yang tak terduga telah terjadi. 

"Empat puluh lima detik." Twain, yang baru saja merayakan gol, mendongak ke arah waktu yang ditampilkan di layar besar. Hanya empat puluh lima detik berlalu antara kebobolan gol yang pertama terjadi dan timnya yang berhasil mencetak gol lagi. Dia tertawa. "Empat puluh lima detik untuk menyamakan kedudukan. Chelsea-lah yang menerima pukulan berat. Bukan kita."

"Kita berhasil unggul selama empat puluh lima detik! Apa yang dilakukan Carvalho? Bagaimana mungkin dia membiarkan Ribery melakukan tembakan itu dan mencetak gol dari sudut itu!" Mourinho menggeram marah. Semua orang di sekelilingnya tampak takut untuk bernafas dan hanya melihat boss mereka marah. "Ini adalah penghinaan bagi pertahanan Chelsea! **!**!"

Serangkaian kata-kata kotor meluncur keluar, yang menunjukkan betapa marahnya Mourinho. Dia tampak menjulang tinggi karena marah. 

Seberkas sinar harapan untuk lolos dari babak ini baru saja muncul di hadapannya dan kembali menghilang. Ini adalah pukulan yang buruk bagi semua orang, dan hanya sedikit orang yang bisa tetap tenang dalam menghadapi situasi semacam ini. 

Di sisi lain, di dalam area teknis tim Forest, semua orang sedang beradu tos dalam merayakan gol itu. 

"Bagus sekali, Franck!"

"Aku akan membelikanmu makan malam usai pertandingan!"

"Ayo kita lakukan lagi!"

※※※

Di dalam boks VIP, saat dia melihat adegan ini, Edward Doughty teringat dengan apa yang dikatakan Twain saat dia berkunjung ke rumahnya untuk berdiskusi tempo hari. 

Ini memang benar-benar tiga bagian skill dan tujuh bagian keberuntungan. 

Keberuntungan Tony benar-benar bagus. 

※※※ 

"Nottingham Forest segera menyamakan skor setelah sempat tertinggal. Hal itu mengejutkan Chelsea. Melihat tembakan itu dari jarak dekat, kebingungan terlihat di mata mereka... Sangat menyedihkan mereka hanya sempat memimpin selama empat puluh lima detik."

Fans Chelsea di City Ground benar-benar terdiam. Pukulan itu datang terlalu cepat dan terlalu keras. Banyak orang masih tidak bisa menerima kenyataan. 

Di sisi lain, fans Forest benar-benar menggila. Mereka meneriakkan nama pencetak gol, Ribery, dan mengembalikan rasa frustasi mereka atas kebobolan gol tadi kepada para fans Chelsea. 

※※※

Mungkin orang yang paling frustasi setelah kebobolan gol ini adalah Cech. Dia mempercayai rekan setimnya, tapi dia tidak menduga kalau Carvalho akan membiarkan bola itu melewatinya. Dia tidak bisa menyelamatkan gawang di jarak yang terlalu dekat meski dia ingin melakukannya. Dia hanya bisa melihat bola masuk ke gawang. Sebagai seorang kiper kelas-dunia, tidak ada yang bisa dikatakan tentang kebobolan gol ini... 

Dia bangkit dan mengambil bola dari dalam jaring gawang. Dia memegangnya selama sesaat dan kemudian menendangnya dengan keras ke lingkaran tengah. Dia hanya bisa menggunakan aksi untuk mengekspresikan kekesalannya. Dia tidak bisa berteriak marah pada Carvalho. 

Carvalho sendiri tahu kalau itu adalah kesalahannya. Dia menundukkan kepala dan tidak mengatakan apa-apa. Semua orang tadinya berniat untuk menggandakan upaya mereka setelah menyamakan kedudukan skor total kedua tim. Ada peluang yang bagus mereka bisa memenangkan pertandingan ini dan maju ke babak final. 

Dia sama sekali tidak mengira kalau kecerobohannya telah membuat semua upaya itu menjadi sia-sia. 

Terry juga merasa kecewa karena kebobolan gol. Tapi, dia adalah kapten tim dan harus mempertimbangkan banyak hal. Dia menghampiri Carvalho untuk menepuk bahunya. 

"Jangan terlalu kecewa. Masih ada waktu di pertandingan ini. Siapa yang tahu bagaimana hasilnya nanti setelah pertandingan mencapai menit terakhir?"

Carvalho mengangguk. 

"Jangan memberi mereka secuilpun kesempatan. Cobalah untuk lebih berhati-hati khususnya saat menghadapi kelompok orang-orang itu." Terry melihat ke arah para pemain Forest yang masih merayakan gol. "Meski kurasa aneh kenapa kita tidak bisa menang melawan mereka selama beberapa musim, aku harus mengakui kalau mereka memang kuat. Well... saat boss mengatakan kalau dia ingin pergi ke Athena, tidak ada pemain yang akan ditinggal. Tapi kurasa kalau kita tidak berusaha keras dalam pertandingan ini, kita tidak akan menang."

Terry tersenyum pada Carvalho. 

※※※

Bola kembali ditendang dari lingkaran tengah. Suasana di stadion perlahan mulai memanas. Dua gol itu telah memicu semangat di dalam dan di luar lapangan. 

Chelsea terus menggunakan taktik tekanan-tinggi mereka, yang harus mereka pertahankan. Kalau mereka tidak melakukannya, mereka akan kalah. Di sisi lain, tim Forest memberikan respon dengan koordinasi give-and-go dalam rentang jarak yang sempit di lini tengah. 

Kedua tim bertarung dengan ganas di lini tengah. Bola berpindah kaki berkali-kali. Tidak ada yang ingin menyerahkan kendali lini tengah dengan mudah. 

Babak pertama berakhir ditengah kebuntuan yang kacau. 

Chelsea tidak terima dengan skor ini dan mereka ingin segera mencetak gol lagi. Pertahanan tim Forest bahkan lebih waspada daripada sebelum mereka menjebol gawang lawan. Sulit bagi Chelsea untuk mengancam gawang yang dijaga oleh Edwin van der Sar meskipun mereka berhasil memotong bola di lini depan. 

Di sisi lain, Nottingham Forest memfokuskan lebih banyak energi dalam berkutat dengan Chelsea di lini tengah. Serangan mereka juga tidak efektif. Meskipun George Wood ada disana untuk melindungi dan berbagi tanggungjawab, gerbang besi lini tengah yang terdiri atas Makalele dan Essien masih membuat van der Vaart sulit menembusnya. 

Tidak ada yang berhasil mendapatkan peluang. Skornya masih 1:1 di akhir babak pertama. 

Tapi, saat mereka meninggalkan lapangan, para pemain Forest tampak lebih rileks daripada para pemain Chelsea. Skor ini tidak buruk bagi mereka. Meski mereka mempertahankan skor ini hingga akhir, mereka masih akan menjadi tim yang melaju ke babak final. Para pemain Chelsea berbeda. Hampir semuanya mengerutkan kening, kepala mereka menunduk sambil berjalan cepat ke arah terowongan pemain. 

※※※

Di dalam ruang ganti tim tamu, Mourinho menatap Carvalho dengan tatapan suram. Bek Portugis itu, yang telah mengikuti pelatihnya dari Porto ke Chelsea, takut untuk menarik nafas dengan kepala tertunduk. 

Berkat Terry, tidak ada yang mengekspresikan ketidakpuasan mereka dengan kebobolan gol tadi, tapi banyak orang masih merasa tidak senang. Mourinho menatap tajam Carvalho dan tidak ada yang berani maju untuk berbicara atas namanya. 

Taktik boss adalah menggunakan kelebihan kekuatan fisik mereka untuk mendapatkan keunggulan dalam skor. Mereka hampir berhasil melakukannya tapi sama sekali tidak menduga bahwa kecerobohan Carvalho saat bertahan setelah empat puluh lima detik akan memberikan peluang bagi lawan untuk menyamakan skor. Pada akhirnya mereka telah menyia-nyiakan kekuatan fisik selama empat puluh lima menit tanpa mendapatkan hasil apa-apa. 

Tidak ada orang yang merasa senang saat menghadapi hal semacam ini. 

Buah dari kerja keras kami kau berikan kepada lawan dengan begitu mudah... Apa yang kau berikan tidak hanya sebuah gol, tapi juga tiket masuk ke babak final Liga Champions UEFA! Menatap Carvalho selama sesaat, Mourinho berkata dengan muram, "Aku tidak mau melihat kesalahan lain dari lini pertahanan belakang di babak kedua nanti." Meski dia berbicara pada seluruh tim, dia masih memandang Carvalho dan melanjutkan, "Aku ingin kalian semua paham bahwa mungkin lini pertahanan belakang Nottingham Forest bisa melakukan satu atau dua kesalahan, tapi kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama! Kita tidak punya hak untuk membuat kesalahan. Tidak ada ruang untuk kecerobohan dan kita tidak bisa menganggap kemenangan sudah dekat! Kuatkan diri! Kalian tidak boleh bersantai sampai kalian mendengar peluit akhir yang ditiup wasit!"

Setelah dia memarahi Carvalho, dia menoleh ke arah kapten, Terry. "John, kau juga sebaiknya mulai fokus. Kau mendapatkan kartu kuning di babak pertama, jadi kau harus berhati-hati di babak kedua."

Terry mengangguk. "Aku akan waspada, boss. Tapi..." dia sedikit ragu. 

"Tapi apa?"

"Tapi boss, kau tahu, ada beberapa hal dalam pertandingan yang tidak bisa dipastikan atau diprediksikan. Seandainya aku perlu melakukan pelanggaran, aku tidak akan ragu untuk melakukannya." Terry berdiri dari bangkunya. 

Mourinho memandang kapten timnya dan tidak mengatakan apa-apa. Setelah beberapa saat, dia berbalik. "Kalau begitu kau sebaiknya berdoa hal itu tidak terjadi sebelum pertandingan berakhir. Twain melaju ke final, tapi dia tidak membawa Wood saat itu. Mereka berakhir kalah. Aku tidak ingin hal yang sama terulang pada timku."

Terry kembali duduk dalam diam. 

Carvalho, yang masih menunduk, menoleh untuk menatapnya dan tidak mengatakan apa-apa.