"Aku lapar." Prioritas utama Jun Wu Xie adalah sembuh dengan cepat - semakin lama ia membiarkan dirinya dirawat oleh para dokter gadungan itu … ia merinding hanya dengan memikirkannya.
Jun Wu Yao meninggalkan dirinya dalam perawatan para pelayan dan menghilang tanpa suara.
Setelah pergi dengan amarah dari Istana Lin, wajah Bai Yun Xian penuh kegeraman. Tak peduli bagaimana Mo Xuan Fei berusaha untuk menghiburnya, ia hanya mengabaikannya.
"Jika bukan karena kau yang memintaku, apakah kau pikir aku akan menginjakkan kaki di tempat itu? Siapa dia pikir dirinya?" Bai Yun Xian tersinggung seraya menggigit bibir bawahnya. Sebagai murid Klan Qing Yun, deretan orang yang mencarinya sepanjang seekor naga, namun karena permintaan Mo Xuan Fei, walaupun ia enggan, ia masih berkunjung ke sana. Hasilnya? Ia diusir keluar! Ia tak pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya.
"Yun Xian, mengapa membuang energimu untuk orang buangan?" Mo Xuan Fei menghiburnya.
"Bagaimana pun, kau adalah pangeran sebuah kerajaan! Dengan menundukkan kepalamu di depan orang lain … kau …," seru Bai Yun Xian.
Wajah Mo Xuan Fei memerah karena malu.
"Jangan marah, aku pasti akan membalaskan dendammu." Menyanjung wanita itu adalah kuncinya.
Tentu saja, setelah mendengar perkataannya, ekspresi Bai Yun Xian sedikit lebih baik.
"Jangan melupakan janjimu ini." Ia melirik Mo Xuan Fei.
"Tentu saja, aku tak akan mengingkari janji." Mo Xuan Fei mengembuskan napas lega.
Untuk menghiburnya, Mo Xuan Fei tidak langsung kembali ke istana. Melainkan, mereka berjalan-jalan dengan kereta kuda dengan para penjaga dan pergi ke luar kota untuk menikmati pemandangan. Hanya ketika Yun Xian akhirnya memperlihatkan senyuman setelah melihat matahari terbenam di 'Lautan Bunga' yang terkenal, baru mereka kembali ke kota.
Dalam perjalanan pulang, di dalam kereta, Mo Xuan Fei menggenggam tangan Yun Xian dan mereka pun saling menyandar.
Kereta itu berhenti dengan sentakan. Kereta itu berjalan dengan kecepatan tinggi dan ketika tiba-tiba berhenti, mereka hampir jatuh keluar dari kereta.
"Mengapa kau berhenti!" teriak Mo Xuan Fei.
Namun tak seorang pun menjawabnya.
Ketika ia keluar untuk menegur mereka, ia hanya dapat melihat bayangan seseorang yang berdiri diam di depan rombongan kereta di mana kegelapan malam menyelimutinya. Cahaya dari api obor tak dapat menerangi wajahnya.
"Siapa di situ?" Mo Xuan Fei bertanya dengan ekspresi waspada. Saat ini, Bai Yun Xian juga keluar dari kereta.
Penjaga di depan memperhatikan orang asing itu dengan waspada ketika mereka melihat lelaki itu mengangkat telapak tangannya yang sedikit terbuka dan tiba-tiba membentuk kepalan.
Sekejap saja tubuh para penjaga meledak di saat yang sama, darah terpercik di mana-mana.
"Aaahhhhhhhhh!" Bai Yun Xian berteriak nyaring ketika cipratan darah mengenai roknya yang indah.
Semua obor api jatuh ke tanah, mengubah sekeliling mereka menjadi dinding api. Di tengah-tengahnya dua sosok yang ketakutan saling berpelukan.
Melihat lingkaran api, sebuah sosok melangkah mundur. "Sayangnya, aku tidak memiliki sifat yang bagus." Ia berbisik di bawah cahaya bulan.