Chapter 15 - Kakek

Jika ia bisa kembali ke medan perang, bahkan jika mereka menghadapi Klan Qing Yun, Yang Mulia tak akan sekejam ini terhadap Istana Lin.

Setelah bertahun-tahun, Jun Xian menyadari kekuatan pasukan prajuritnya berlebihan maka ia pun terus mengurangi jumlah pasukan Prajurit Rui Lin. Siapa yang menyangka ini akan membuka jalan menuju situasi sekarang ini.

"Aku akan melindungi Jun Wu Xie hingga napas terakhirku. Tidak akan ada seorang pun yang bahkan berani berpikir untuk menyentuh cucu perempuanku!" Ia menyerukan dengan matanya yang berkilat.

Aku sudah kehilangan putraku. Aku tak sanggup kehilangan anak perempuannya juga. Ia adalah satu-satunya cucu perempuan Lin Wang yang begitu berharga!

Di dalam kegelapan malam, sepasang ayah dan anak ini berada di ruang kerja sambil berdiskusi dengan suara pelan mengenai situasi genting yang dihadapi keluarga saat ini. Berdiri di dekat pintu, ada bayangan dua sosok manusia.

Jun Wu Xie mendengarkan diam-diam seraya menatap pintu itu.

Kakek ….

Di dunia sebelumnya, 'Kakek' nya membuat dirinya menghabiskan hidupnya selama lebih dari sepuluh tahun di kegelapan yang suram. Apa yang membuatnya menderita, putus asa - ia sangat memahami semua itu.

Namun, 'Kakek' tubuh ini bagaikan cahaya matahari yang menembus kegelapan. Ketika ia pertama kali bertemu dengan kakek ini, pria tua itu telah menyiraminya dengan cinta dan perhatian yang membuatnya bingung tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Ini adalah sesuatu yang tak pernah dialaminya sebelumnya. Setiap kali kakeknya menemukan sesuatu yang yang menarik, hal pertama yang dilakukannya adalah mengirimkannya ke kamarnya. Jika Wun Xie memiliki sedikit saja kerutan di wajahnya, ia akan mencoba segala cara untuk menghiburnya.

Tanpa sadar, Wun Xie mulai menghindari untuk bertemu dengannya karena ia tidak tahu bagaimana merespon kakek ini dan ingatannya mengenai 'kakeknya' benar-benar berbeda.

Tetapi ia tak menyangka bahwa pria tua itu akan melakukan sesuatu seperti ini untuk dirinya.

Juga Istana Lin sudah menaruh rasa curiga terhadap taktik keluarga kerajaan namun menutup mata karena ia telah bersumpah untuk setia dan percaya bahwa tahun-tahun pengabdiannya tidak akan diabaikan begitu saja. Tetapi kali ini, dengan mata tombak mengarah ke cucu perempuannya, kesetiaan buta itu mulai goyah.

Untuk cucu perempuannya, ia sanggup memberikan segalanya.

Dengan jantung lemahnya yang masih berdenyut kencang, Wun Xie meremas roknya erat-erat.

"Apakah semua 'kakek' seharusnya seperti ini?" ia bertanya dengan kening mengerut.

Berdiri di sebelahnya adalah Jun Wu Yao yang menatap wajah kecilnya yang pucat dan ia tak mengetahui mengapa wajah gadis ini tiba-tiba merona dengan kebahagiaan.

"Apakah kau masih mau masuk?" Wu Yao bertanya seraya menatap penasaran padanya.

"Tidak." Wu Xie menggelengkan kepalanya dan wajahnya terlihat tenang seperti biasa yang memberikan kesan hangat. Ia awalnya ingin berdiskusi dengan kakeknya untuk merawat dirinya sendiri namun tidak menyangka akan mendengar semua ini dari luar pintu.

Ia berbalik dan meninggalkan ruang kerja, ia membutuhkan suasana tenang dan damai untuk memikirkan semua ini.

Ketika Wu Xie kembali, mata hitam Wu Yao memperlihatkan kilatan ungu gelap. Ia merasa bahwa manusia-manusia pemimpin kerajaan ini bersikap konyol. Ia hanya ingin membunuh mereka semua.

Api berbahaya dari kedalaman matanya yang bersemangat menyala. Namun jika dilakukan dengan cara ini, juga akan membuat Wu Xie berada dalam masalah. Keinginan untuk membunuh pun perlahan menghilang.

Kita tunggu dan lihat ….