Jauh di dalam Hutan Kegelapan, ada suatu wilayah berbukit di mana hanya sangat sedikit pendekar yang pernah berkelana hingga kesana.
Di situ, tidak ada tanda-tanda kehadiran qi siluman, dan bisa disebut sebagai tanah sakral.
Di atas lempengan batu raksasa di puncak bukit, ada sesosok tubuh terbaring di sana. Sosok itu tidak lain adalah Qin Wentian.
Qin Wentian tidak tahu di mana ia berada. Ia hanya memikirkan untuk tetap menjaga agar secercah kesadarannya tidak berakhir padam.
Ke-12 Teknik Penghubung Seni Jarum Kehidupan yang pernah diajarkan oleh Paman Keling seharusnya tidak digunakan jika ia belum melangkah ke tingkat Yuanfu. Ledakan kekuatan yang diperolehnya tiba-tiba dengan meletusnya Bakat Garis Darahnya bukanlah sesuatu yang dapat ia tahan. Kalau dulu, waktu di Perguruan Bintang Kekaisaran, untungnya ada orang yang merawatnya, dan memastikan keselamatannya. Tapi kali ini, tidak hanya dia mengeksekusi teknik jarum khusus itu lagi, ia juga menderita luka parah yang membuat hidupnya sangat dekat dengan kematian.
Seluruh tubuh Qin Wentian benar-benar lunglai tanpa kekuatan; ia hanya bisa bergantung pada keinginan yang tidak pernah mati untuk bertahan, dan menjaga nyala api hidupnya.
"Aku bisa berkultivasi dalam mimpiku."
Qin Wentian sangat jelas bahwa bagi mereka yang memilih menapaki jalur beladiri, menyerap energi akan membuat kekuatan hidup mereka terus berkembang. Jika ia ingin tetap hidup, pertama-tama ia harus memulihkan energi di tubuhnya agar memiliki kesempatan untuk bertahan hidup. Namun, ia segera menyadari bahwa tanah sakral ini tampaknya merupakan tempat yang benar-benar terpisah dari langit dan bumi. Ia sama sekali tidak bisa merasakan rasi bintang astral, jadi tidak mungking menyerap energi astral ke dalam tubuhnya.
Situasi ini membuat Qin Wentian sangat tertekan. Jika tidak ada energi di tubuhnya, ia akan segera mati kelaparan dalam beberapa hari.
"Apakah tempat ini menjadi tanah kuburanku?" Sangat berat bagi Qin Wentian. Ia tidak mau mati di sini.
Ia berharap bisa memecahkan kungkungan ruang ini, niat bertahan hidupnya yang kuat membuat kehendak mimpinya terlahirkan, ketika ia mencoba untuk melihat sekilas ke dalam ruang itu.
Di sini, di tanah yang luas ini, ia adalah satu-satunya sosok yang terbaring tanpa daya di atas lempengan batu raksasa. Namun, pada saat ini di dalam mimpinya, ia melihat sebuah puncak gunung yang berkilauan dan samar-samar terlihat di jarak dekat, berdiri menjulang, menembus kubah langit.
"Ruang ini ... bukanlah mimpiku," hati Qin Wentian bergetar. Saat itu, puncak gunung yang berkilauan itu muncul lagi, diikuti dengan tiba-tiba oleh delapan gunung lagi. Sebanyak sembilan puncak gunung seperti itu muncul dan mengelilingi wilayah berbukit itu, membuat kejutan besar di dalam hati Qin Wentian.
Sembilan puncak gunung itu tampaknya memiliki aura dunia lain, mengerdip di dalam dan di luar keberadaannya. Apakah ini semua hanya mimpi? Atau apakah ini kenyataan?
Qin Wentian bertanya pada dirinya sendiri, ia tidak dapat membedakan perbedaan antara keduanya.
Saat kehendak mimpinya akan melayang, Qin Wentian melihat adegan yang terjadi di depannya. Sosok setengah baya dengan jubah berwarna hijau melintasi dunia dan akhirnya tiba di wilayah berbukit ini. Pemandangan yang terlihat olehnya sangat indah, ketika sosok setengah baya itu berbaring di atas lempengan batu raksasa itu dan tertidur.
Saat ia tidur, sembilan puncak gunung yang menjulang tiba-tiba muncul, mengelilingi seluruh wilayah berbukit itu. Dan di tengah-tengah sembilan puncak gunung itu, gambar yang tak terhitung jumlahnya, yang menjadi rekaman pemandangan, terwujud.
Setiap rekaman yang muncul terbuka terus menerus. Terlalu banyak yang bisa diperhatikan Qin Wentian. Saat rekaman itu melintas, ia hanya melihat sosok setengah baya itu dengan santai menggunakan tangan untuk mengambil bintang dari langit. Dengan menggunakan pedang, ia menggarisbawahi gunung dan sungai dengan tebasan biasa. Tidak hanya itu, dengan tusukan jari-jarinya, pria paruh baya itu membuat sebuah lubang di kubah langit.
Namun, semuanya tampak seperti mimpi.
Setelah ia terbangun, pria itu mengibaskan debu di tubuhnya dan menunjukkan senyum yang tanpa beban, sebelum ia berdiri dan perlahan melangkah pergi.
Tak lama kemudian, sembilan puncak gunung yang menjulang itu secara perlahan menghilang.
"Mimpi dapat membuat seseorang melintasi seluruh langit dan bumi, mimpi dapat mengorek masa lalu dan masa kini, mimpi dapat memungkinkan aku untuk meraih bintang-bintang dan mencuri rembulan. Karena aku dapat melakukan apa pun yang kuinginkan di dalam mimpi, mengapa tidak menjadikan diri seperti jiwa yang bebas, dan memimpikan sesuatu yang luhur dan tidak realistis, memanjakan diriku di dalam fantasi!"
Pria itu mengeluarkan tawa panjang, riang, dan tidak terkendali, ketika ia meninggalkan jejak mimpi yang tinggi dan tidak realistis di atas lempengan batu raksasa di wilayah berbukit.
"Memimpikan sesuatu yang tinggi dan tidak realistis."
Qin Wentian sedikit bergetar. Mimpinya akan melayang ke salah satu puncak gunung, di mana rekaman berlanjut tanpa jeda. Seketika, Qin Wentian merasakan arus tarikan yang kuat, karena kehendaknya terserap ke dalam adegan.
Dia menyadari bahwa di sini, di puncak gunung yang menjulang tinggi ini, ada mimpi yang direkam.
Sosok setengah baya berjubah hijau itu berubah menjadi elang raksasa dan melayang di antara langit dan bumi. Tiba-tiba, mata elang raksasa yang besar itu berkedip, ketika sinar cahaya tampak melaju ke arah Qin Wentian. Qin Wentian hanya merasakan gelombang arus energi yang menakutkan, bahkan lebih tajam dari pedang, menusuk tubuhnya, dan dia berteriak dengan darah yang mengental.
"Tidak....." Qin Wentian diam-diam meraung marah. Dia ingin hidup. Dia tidak boleh mati di sini.
"Karena ini hanya mimpi, mengapa aku harus takut padanya?"
Dengan pemahaman yang secepat kilat, Qin Wentian memaksa matanya untuk menatap ke arah mata elang raksasa itu. Seolah puluhan ribu filamen sinar menembus tubuhnya, namun, ia tidak merasakan ketakutan di hatinya.
Elang raksasa itu melayang di antara langit dan bumi, menempuh jarak 10.000 mil jauhnya dengan dukungan angin, dengan kecepatan yang tak tertandingi.
Hati Qin Wentian mulai berdebar kencang, ketika kehendak mimpinya akan ditarik dari rekaman itu. Kehendaknya kemudian memasuki puncak gunung kedua, di mana sosok paruh baya berjubah hijau itu berubah menjadi Dewa Kuno, dengan mudah mengambil bintang dari langit, menghancurkan langit dan bumi. Qin Wentian tidak tahu berapa kali ia "mati" di dalam mimpinya itu. Ia hanya bertahan terhadap gelombang kehendak yang dipenuhi dengan kehancuran silih berganti dan dengan gigih berjuang untuk mencegah kehendak kesadarannya yang berkedip-kedip menjadi padam.
Di puncak gunung ketiga, sosok paruh baya berjubah hijau itu menebas gunung itu dengan satu pukulan, menghancurkan langit dengan serangan satu jari, dan memusnahkan segalanya.
Di puncak gunung keempat, sosok paruh baya berjubah hijau itu menghancurkan gunung-gunung itu dan menjungkirbalikkan lautan dengan hanya satu raungan.
...
Di puncak gunung kesembilan, sosok setengah baya berjubah hijau itu mengarahkan pandangannya ke masa lalu dan sekarang. Setiap dan semua makhluk hidup yang terkena tatapannya mati dan berubah menjadi debu.
Tidak diketahui berapa kali Qin Wentian mengalami rasa sakit dan penderitaan 'sekarat'. Di bawah serangan tekanan yang dahsyat itu, ia seperti partikel pasir di padang pasir yang luas, sangat kecil dan tidak penting. Namun, nyala lilin yang berkelap-kelip yang mewakili kekuatan hidupnya tidak pernah padam.
Sembilan puncak gunung yang menjulang tinggi itu, sembilan jenis kehendak yang menentang langit. Setiap kehendak itu memiliki potensi untuk menghancurkan langit dan memusnahkan bumi.
Kehendak Mimpi Qin Wentian memudar, dan ia menghela nafas. Sungguh mimpi yang agung dan megah.
Jejak yang dicatat oleh mimpi-mimpi itu memiliki kekuatan dan daya luar biasa di dalamnya. Namun, Qin Wentian tidak percaya bahwa sembilan puncak gunung yang menjulang itu nyata.
Seperti yang dikatakan oleh tokoh setengah baya itu: kehidupan hanyalah mimpi. Mengapa tidak berjiwa bebas dan tanpa beban, memanjakan diri sendiri di dalam fantasi?
"Sembilan puncak gunung, sembilan mimpi yang berbeda," gumam Qin Wentian. Setiap mimpi memiliki kekuatan untuk menghancurkan langit dan memusnahkan bumi. Apakah itu karena sosok setengah baya berjubah hijau itu telah memperbesar ruang lingkup dan skala kekuatannya ke tingkat maksimal dan berani sepenuhnya menikmati khayalannya?
"Jenius yang luar biasa."
Qin Wentian berseru. Sosok setengah baya berjubah hijau itu pasti adalah seorang jenius yang mengerikan.
Ia pernah berpikir bahwa jiwa astral jenis mimpi ini akan membutuhkan teknik alami khusus sebelum seseorang dapat berkultivasi dan melepaskan kekuatan mereka. Namun, sosok setengah baya itu membuktikan bahwa itu salah, membuatnya mendapatkan wawasan pencerahan yang langka itu.
Mimpi sendiri adalah jenis energi yang hadir di mana-mana.
Qin Wentian merenungkan secara mendalam wawasan yang diperolehnya. Sekarang, setelah ia tenang, ia tidak lagi takut bahwa nyala api dari kekuatan hidupnya akan padam. Sebaliknya, ia tahu bahwa ia tidak akan pernah mati. Keyakinan ini tumbuh lebih kuat dan semakin kuat.
"Manjakan diriku dalam fantasi." Qin Wentian bergumam, ketika mimpinya akan merenungkan wawasan yang baru saja diperolehnya.
Waktu mengalir perlahan. Kembali ke puncak gunung pertama, pemandangan yang terjadi memancarkan cahaya yang berseri-seri. Saat itu, banyak makhluk siluman di Hutan Kegelapan, mendekati sumber cahaya itu dan melihat puncak gunung yang berkilauan, berkelap-kelip ke dalam dan keluar dari keberadaannya.
Setelah beberapa waktu, ketika makhluk-makhluk siluman itu melihat ke arah situ, puncak gunung kedua yang berkilauan muncul. Untuk sesaat, gelombang energi yang menutupi jalan dan menakutkan itu memancar keluar, membuat ketakutan dan kejutan di hati para makhluk siluman itu.
Makhluk-makhluk siluman ini tahu bahwa tanah sakral memiliki kekuatan untuk menutup diri dari segala sesuatu dari dunia luar. Tidak ada qi alami, tidak ada qi siluman. Jika mereka memasuki tempat itu, mereka juga akan tenggelam dalam mimpi tanpa akhir.
Namun, saat itu, di atas tanah yang sakral itu, puncak-puncak gunung yang menjulang muncul satu demi satu, semakin cemerlang.
Setelah sembilan puncak gunung terbentuk sepenuhnya, gelombang energi yang menakjubkan memancar keluar. Fluktuasi tekanan yang mengerikan itu menjalar ke Hutan Kegelapan, menutupi semua yang disentuhnya. Ketakutan muncul di hati makhluk-makhluk siluman itu, ketika mereka dengan terbirit-birit berlari menjauh, mencoba menyelamatkan diri.
Di tengah-tengah udara, Burung Hering Hitam menatap ke arah itu dengan tajam. Pemuda yang mampu menciptakan mimpi ... apakah ia sumber keributan ini?
Cahaya yang menyilaukan dari sembilan puncak gunung itu berkumpul di udara sebelum bergabung menjadi layar cahaya yang bersinar, mengurung semua yang ada di dalamnya.
Di sisi lain kurungan itu, bayangan hitam muncul di dalam mimpi Qin Wentian. Ini tidak lain adalah sosok paruh baya berjubah hijau yang tadi. Tentu saja, penampilan sosok paruh baya berjubah hijau itu juga hanya dapat dilihat oleh Qin Wentian.
Pria itu tersenyum ketika berdiri di udara, menyapa Qin Wentian.
"Qin Wentian memberi hormat kepada senior. Apakah kita berada di alam mimpi?"
Setelah melihat pria paruh baya itu, Qin Wentian tidak bisa tidak menunjukkan hormat.
"Ini adalah kehendak mimpiku. Kau memasuki mimpiku dan membuatkan kehendak mimpiku terwujud. Untuk itu, aku akan menganugerahimu nasib baik. Katakan, apa yang kau inginkan?" Pria paruh baya itu tersenyum.
Qin Wentian menatap layar cahaya yang mengurung itu lalu menjawab. "Senior akan menggunakan energi penutup untuk mengurung tanah sakral ini dari lingkungan luar. Aku tidak ingin kurungan ini menghalangi kultivasiku."
"Itu sederhana." Pria paruh baya itu dengan ringan menghentakkan kakinya, membuat kurungan itu bergetar. "Mulai sekarang dan seterusnya, penutup ini tidak akan menghalangi kultivasimu. Apa lagi yang kau inginkan?"
"Aku ingin menyerap semua qi siluman di Hutan Kegelapan agar dapat sepenuhnya membentuk tanda Garudaku." Qin Wentian berbicara lagi, hanya untuk melihat sosok setengah baya itu membelah angkasa hingga robek. Sejumlah besar qi Siluman memancar, membentuk spiral mengerikan yang tanpa henti diserap ke dalam tubuh Qin Wentian.
"Kau tidak akan bisa mencerna semuanya. Ini juga tidak dianggap sebagai nasib baik. Apalagi yang kau inginkan?" Pria paruh baya itu bertanya lagi.
Tatapan Qin Wentian tajam, begitu tajam hingga mirip dengan pedang tajam yang tak tertandingi yang terbang keluar dari sarungnya, menusuk langit. Ia hampir mati karena Pangeran Ketiga dan Luo Qianqiu. Ia tentu harus 'membalas budi' kepada mereka akan hal itu.
"Aku ingin Negara Chu tidak menghalangi jalur kultivasiku," seru Qin Wentian. Tanpa diduga, pria paruh baya itu tertawa lagi. "Itu harus kau selesaikan sendiri dan tidak bisa dianggap sebagai permintaan."
"Hanya bertemu senior saja sudah bisa dianggap nasib baik. Aku tidak berani meminta terlalu banyak. Di masa depan, jika aku berkesempatan bertemu dengan senior, aku akan secara pribadi dan penuh hormat mengucapkan terima kasih." Qin Wentian membungkuk sebagai jawaban.
"Karena kau bisa mewujudkan kehendak mimpiku, ini bisa juga dianggap sebagai bentuk karma. Bahkan jika kau tidak menginginkan nasib baik, aku masih harus memberikan kepada kau beberapa. Ini adalah dunia kultivasiku dan tidak ada hubungannya dengan kau." Pria paruh baya itu tertawa. Dengan kedipan matanya, aksara yang memancarkan cahaya menyilaukan dipindahkan ke lautan kesadaran Qin Wentian.
Lautan kesadaran Qin Wentian bergetar, dan ia tiba-tiba terbangun dari mimpi. Pada saat yang sama, kehendak mimpi sosok paruh baya itu pun hilang.
Di atas wilayah berbukit terpencil itu, Qin Wentian tetap bertahan di sana, diam-diam berbaring di lempengan batu raksasa. Tidak ada sosok setengah baya itu, tidak ada layar isolasi yang bersinar. Bahkan sembilan puncak gunung yang menjulang tinggi itu tidak terlihat di mana pun.