Di lokasi Sembilan Lonceng Abadi, suhu terasa sangat panas ketika berbagai jenis tungku senjata muncul satu per satu dan mengambang di udara, lalu memancarkan cahayanya sendiri-sendiri ketika masing-masing ahli mulai mempersiapkan proses penempaan mereka.
Tentu, ada sosok yang terpilih yang tidak memilih untuk menempa senjata dewa. Orang-orang ini fasih dalam aksara dewa dan telah membentuk seuntai tautan dengan lonceng kuno. Saat ini, mereka duduk dalam diam di depan lonceng itu melakukan perenungan dan berusaha berkomunikasi dengannya.
Di antara orang-orang itu, ada banyak yang berasal dari kekuatan-kekuatan utama Provinsi Yun.
"Sungguh nyala yang kuat, banyak dari mereka adalah jenis nyala api yang tidak biasa. Bahkan, ada orang yang menggunakan api abadi untuk menempa senjata." Di tengah-tengah udara, mata para ahli beladiri abadi itu sesekali menyorot dengan tajam ketika mengamati para jenius yang mencoba untuk menempa senjata dewa mereka.
Pei Tianyuan, Ji Kong, dan Penguasa Kota Salju Bergerak berdiri bersisian. Di samping mereka, ada anggota dari berbagai kekuatan Provinsi Yun juga.
"Kali ini, tampaknya Klan Jiang mengikuti acara ini dengan lebih serius dibandingkan dengan Istana Abadi Gerbang Ajaib, mereka mengirim lebih banyak ahli ke acara ini." Pei Tianyuan melirik ke samping. Orang-orang dari Klan Jiang berdiri dalam barisan ketika tatapan mereka terfokus pada Jiang Yan dan sosok terpilih lainnya dari generasi muda Klan Jiang mereka. Saat ini, api yang dikendalikan Jiang Yan tidak diragukan lagi adalah sebuah pusaka. Sulur dari qi es bisa terlihat berkilauan keluar masuk dan ada komponen dingin di dalam nyala api itu. Jenis api ini dikenal sebagai Api Neraka Es dan memiliki sifat penghancur yang sangat kuat. Menyentuh sedikit saja akan bisa menyebabkan cedera yang hebat.
"Ada beberapa murid dan tetua dari Istana Abadi Gerbang Ajaib, tetapi jumlah orang mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Klan Jiang."
Pei Tianyuan kemudian mengalihkan pandangannya kepada Cheron. Nyala api Cheron berwarna keemasan, bintik-bintik emas juga bisa terlihat di matanya. Api menyelimuti material yang ditempa dan tampaknya ada sebuah teratai api emas yang mekar silih berganti saat proses penempaan itu berlanjut.
"Sungguh pengendalian yang sangat teliti, sepertinya metode penempaan para jenius ini semuanya jauh di atas normal dan dapat dianggap luar biasa." Ji Kong bergumam. Selain ada dua kekuatan yang berfokus pada penempaan senjata, yakni Klan Jiang dan Istana Abadi Gerbang Ajaib, ada juga banyak elit ahli senjata lainnya dari kalangan generasi muda yang hadir.
Qin Wentian masih berada di depan lonceng abadi yang kedelapan. Dia duduk di sana dengan mata terpejam ketika cahaya rahasia dari langit dan bumi mengalir ke dalam kegelapan, berkumpul menjadi suatu energi yang tak berbentuk yang tetap tersembunyi dari pandangan dan mengalir tanpa henti di atas Sembilan Lonceng Abadi sebelum secara langsung berubah menjadi energi hukum yang langsung mengalir ke dalam energi Sembilan Lonceng Abadi. Tepat pada saat itu, Qin Wentian menenggelamkan persepsinya ke dalamnya ketika sebuah kota muncul di depan matanya.
Kali ini, Qin Wentian melihat Penginapan Salju Bergerak. Penginapan itu di jaman dahulu jauh lebih indah dibandingkan dengan penginapan saat ini. Meskipun pemandangannya sama, suasananya berbeda dan lebih mirip sebuah surga yang ada di bumi. Keheningan suasananya menyebabkan seseorang merasakan gumpalan kepedihan di hati mereka, dan hal yang membuatnya tercekat adalah bahwa di atas penginapan, ada sesosok wanita dengan kecantikan yang tak tertandingi terbaring dengan tenang di sana. Ia mengenakan gaun panjang yang elegan dan kecantikannya menyerupai sekuntum bunga yang baru mekar, membuat terlihat lebih menonjol di tengah semua kepingan salju.
Keping-keping salju mendarat di tubuhnya lalu mencair dengan cepat. Sosok yang cantik itu tersenyum dengan sedikit kesedihan di dalamnya dan mulai mengukir sederetan kata-kata di sebuah gunung buatan manusia yang ada di sampingnya.
"Membangun sebuah kota sampai kita berdua mati karena usia tua. Sang suami tidak rela, istri kesayanganmu mencoba sebaik-baiknya tetapi langit tidak mau mengabulkan permintaannya. Di tempat di mana kita jatuh cinta, di puncak Penginapan Salju Bergerak, aku berbaring di sini menunggu sang suami untuk melihat keindahan konstruksi yang terbuat dari cinta kita."
Kata-kata anggun itu dipenuhi dengan gejolak emosi yang dalam. Pada saat itu, gunung-gunung bergetar, bahkan ruang pun beguncang. Kepingan salju yang sedang jatuh juga terhenti jatuh ketika waktu itu sendiri terhenti.
Tiba-tiba terlihat bahwa saat ini di tangga menuju ke atas penginapan, seorang pemuda yang tampak sangat tampan sedang berjalan dengan langkah-langkah yang gemetar, langkah demi langkah ia mendaki lalu menuju pada sebuah sosok yang terbaring di salju. Kedua tangan dan kakinya gemetar, wajahnya yang tampan dipenuhi dengan kekuatiran dan ketakutan seolah-olah dia sedang mengalami penderitaan yang luar biasa.
Akhirnya, ia sampai di sisi wanita itu. Dengan suara berdebar, kakinya menyerah lalu ia jatuh berlutut. Tangannya yang gemetar ingin mengulur namun ia tidak berani karena takut pada apa yang mungkin akan ia temukan. Sedetik terasa seperti selamanya, matanya mengeluarkan darah, rasa sakit seperti itu terlalu kejam baginya.
"Dewi Giok, mengapa kau harus begitu kejam?" Suara pemuda itu bergetar, dan ketika suaranya terdengar salju di tanah mencair dan gunung-gunung bergetar lebih keras.
"Kau bilang kau ingin membuat senjata dewa yang belum pernah ada sebelumnya dalam bentuk sebuah kota, aku menemanimu sepanjang perjalanan yang panjang dan sulit ini, mengumpulkan bahan dan pusaka yang sangat berharga untuk memenuhi keinginanmu. Aku hanya ingin menikmati keindahan dunia selamanya bersamamu, namun obsesimu untuk membuat senjata jauh melebihi cinta yang kau miliki untukku dan kau menolak untuk ikut denganku." Darah menetes dari matanya, ketika tubuh pemuda itu bergetar tak terkendali, "Dan hanya demi sebuah alasan, mengapa kau harus melakukan hal ini, mengapa kau harus menghukumku dengan begitu kejam?"
Tuan Salju Bergerak akhirnya mengulurkan tangannya, lalu membelai wajah kekasihnya dengan lembut. Tetapi pada saat ia menyentuhnya, sosok tubuh yang indah itu tiba-tiba berubah menjadi cahaya putih dan menjadi sebuah tubuh ilusi.
Tubuh Tuan Salju Bergerak bergetar semakin kuat. Wanita ilusi itu menatap lurus ke arah Tuan Salju Bergerak dan merekahkan sebuah senyum lembut nan manis, seolah-olah menunjukkan keteguhan atas tindakannya dan ia akan melakukan hal itu tanpa penyesalan bahkan jika waktu bisa berbalik. Sesaat kemudian, tubuh ilusi itu berubah menjadi gumpalan asap yang menghilang dalam udara tipis.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dengan sia-sia, ia gagal meraih apa pun. Wajahnya berubah menjadi lebih pucat, sama sekali tanpa warna sedikit pun.
"Arghhhhhhhhhhhhhhhhh!" Pemuda itu melemparkan kepalanya ke belakang dan meraung. Seluruh ruang mulai bergetar seolah-olah berada di ambang kehancuran, dan seluruh pemandangan itu tampaknya akan pecah.
"Kau benar-benar menggunakan otot dan darahmu untuk membangunnya, menginginkannya untuk mencapai kesempurnaan. Tapi mengapa kau harus begitu kejam padaku?" Pemuda itu tidak lain adalah Tuan Salju Bergerak. Ia meraung sepenuh hatinya, dan menahan penderitaan yang tak terbatas. Tatapannya kemudian berbalik ke arah kota yang telah ia bangun bersama dengan Dewi Giok.
Angin dingin berhembus, keping-keping salju itu kembali jatuh. Rambut Tuan Salju Bergerak berubah dari hitam menjadi putih ketika ia berdiri di sana dalam kesendirian dan menatap kota yang kosong, tempat wanita yang dicintainya dimakamkan.
Adegan itu kemudian memudar, secara berangsur menjadi kabur saat Qin Wentian membuka matanya sambil menghela napas dalam diam setelah persepsinya ditarik dari lonceng abadi.
"Sepertinya kenyataan masih sedikit berbeda dari legenda yang diceritakan." Qin Wentian bergumam. Dewi Giok ingin menggunakan nyawanya untuk membangun sebuah kota yang sempurna. Bukan karena obsesinya terhadap penempaan senjata, tetapi karena cintanya pada Tuan Salju Bergerak begitu dalam sehingga bisa diukir di dalam tulang dan terpatri di dalam hati. Dia ingin mereka menua dan mati bersama, menempa sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya di puncak kesempurnaan yang bisa bertahan selamanya, ketika mereka menghabiskan hidup mereka bersama selamanya dalam keindahan ciptaan mereka.
Kedua cita-cita mereka berbenturan, yang mengarah pada sebuah pertengkaran. Untuk menunjukkan kepada Tuan Salju Bergerak, dia benar-benar mengorbankan esensi hidupnya untuk membangun kota ini. Pada akhirnya, Tuan Salju Bergerak hanya berhasil melihatnya untuk terakhir kalinya sebelum ia berubah menjadi asap dan menghilang di dalam udara tipis.
Sembilan Lonceng Abadi, telah menunjukkan adegan itu kepadanya, satu demi satu. Di dalam lonceng itu, kisah nyata antara Tuan Salju Bergerak dan Dewi Giok terekam.
"Masih ada satu lonceng yang tersisa." Qin Wentian merenung dalam hati. Dia berdiri dan menuju ke arah lonceng kuno yang terakhir.
Pada saat yang sama, banyak jenius telah terbenam dalam dunianya sendiri ketika mereka mengerahkan segala kemampuan mereka dalam proses penempaan senjata. Sejumlah bakal senjata dewa berangsur terbentuk ketika suhu di sekitar kawasan itu terus meningkat.
"Menempa senjata dewa, dengan menggunakan kekuatan simbol-simbol rahasia untuk membantu dalam proses penempaan, dengan harapan bisa menanamkan untaian keabadian ke dalam senjata buatan seseorang." Salah satu ahli beladiri yang berdiri di udara berbicara, mengingatkan para jenius di bawahnya. Tapi tentu saja, alasan sebenarnya adalah karena mereka ingin mendapatkan rahasia yang tersembunyi di dalam lonceng itu, baik itu metode penempaan kuno atau apa pun. Jika tidak, mengapa mereka harus datang ke sini hanya untuk menempa senjata dewa. Akan lebih mudah bagi mereka untuk menempa senjata dewa itu di tempat mereka sendiri.
Begitu banyak nyala api yang berpijar dan menjadi semakin kuat ketika cahayanya menerangi ruang ini dan menimbulkan desah kekaguman dari kerumunan yang menyaksikan.
"Jiang Yan dan Cheron benar-benar hebat. Senjata yang mereka tempa dengan cepat mendekati peringkat abadi." Banyak orang berkomentar saat menyaksikannya.
"Selain mereka, anggota lain dari sekte dan klan mereka, serta Istana Dewa Perang Abadi, Perguruan Mahakarya Cendekia, Kastil Abadi Sembilan Puncak, semuanya sangat mengagumkan." Pandangan orang banyak beralih ke arah para jenius lainnya. Kecakapan mereka dalam penempaan senjata benar-benar menakutkan.
Berbagai pemandangan indah dan luar biasa muncul sepanjang proses pembuatan senjata dewa, tetapi Qin Wentian tidak punya waktu untuk memedulikan semua itu. Saat ini, ia telah tiba di lonceng abadi terakhir dan duduk berdiam di sana, ia tenggelam ke dalam perenungannya. Ia mulai membentuk tautan dengan aksara rahasia yang terpancar dari lonceng terakhir, dan merenungkan energi hukum yang unik yang tersembunyi di dalamnya.
Aksara rahasia mengalir tanpa batas di sekelilingnya tetapi di mata Qin Wentian, ini bukan suatu entitas tunggal tetapi merupakan bagian dari sebuah keseluruhan yang lengkap.
Cahaya aksara rahasia itu menyorot, saat aksara-aksara rahasia itu mulai menyatu. Garis-garis aksara rahasia itu menggeliat, ketika energi inti diaktifkan. Pemahaman Qin Wentian tenggelam ke dalam lonceng yang terakhir dalam Sembilan Lonceng Abadi.
Tuan Salju Bergerak masih duduk di atas Penginapan Salju Bergerak. Matanya tertuju dengan sedih pada sebuah kota di depannya saat ia tenggelam ke dalam jurang rasa bersalah dan penderitaan.
"Karena kau telah menunjukkan kepadaku dalamnya kegigihanmu, aku rela menggunakan otot dan darahku untuk membangun kota ini, untuk tinggal bersamamu di sini selamanya." Tuan Salju Bergerak bergumam, menatap pada butir-butir salju. "Aku awalnya ingin berkelana di dunia, mengejar puncak yang lebih tinggi. Tetapi karena dirimu, aku bersedia untuk tetap tinggal di sini dan menyerahkan nyawaku. Ribuan tahun kelak, apakah masih ada orang yang akan mengingatku, seorang Tuan Salju Bergerak?"
Setelah menyelesaikan ucapannya, tubuh Tuan Salju Bergerak tiba-tiba membesar dan berubah menjadi seorang raksasa purba dengan ketinggian lebih dari 30.000 meter. Bahkan kota yang dibangunnya bersama Dewi Giok, tak lagi jauh lebih besar dibandingkan dirinya.
"Dewi Giok, karena tempat ini adalah tanah pemakamanmu ... aku akan bergabung denganmu dan menggunakan ototku untuk membangun kota ini." Tuan Salju Bergerak menghela nafas dengan murung. Dia mengulurkan telapak tangannya, membiarkan kepingan salju yang tak terhitung jumlahnya untuk mendarat di dalamnya dan memancarkan kesepian yang tak tertandingi.
"Aaarrrghhhh!!!!!" Tubuh Tuan Salju Bergerak membesar sekali lagi, begitu tinggi sehingga sepertinya ia bisa mencapai langit.
"Dewi Giok, mengapa kau harus melakukan hal ini untuk menghukum dirimu sendiri dan aku?" Tuan Salju Bergerak terus meraung, tubuhnya terus menjadi lebih besar dan semakin besar dibandingkan sebelumnya. Setiap tetes air mata yang dicurahkannya menjadi sebuah sungai. Air matanya menguap ke langit, menguap menjadi embun lalu berubah menjadi serpihan salju yang melayang dan menari bersama angin.
"Aku akan menggunakan otot dan darahku dan bergabung denganmu untuk menyempurnakan ciptaan kita." Cahaya simbol-simbol rahasia yang mengerikan beredar mengelilingi setiap bagian tubuh Tuan Salju Bergerak, sepertinya saat ini, dia sendiri adalah sebuah senjata dewa yang menakutkan. Cahaya dewa memancar, cahaya itu tidak mengenal batas. Ia membesar sekali lagi dan setelah beberapa saat, sebuah suara ledakan terdengar menggelegar ketika tubuhnya meledak menjadi gumpalan-gumpalan awan darah dan serpihan-serpihan daging, jatuh dari langit dan menyatu dengan inti kota kuno itu yang terhubungkan oleh aksara rahasia magis yang bersinar menyilaukan.
"Pergilah!" Tuan Salju Bergerak memanggil sembilan lonceng kuno yang menjulang dengan kehendak terakhirnya dan melemparkannya ke dalam kota lalu duduk di sembilan lokasi berbeda. "Suara lonceng ini akan melindungi tempat ini. Setiap kali aku memikirkanmu, lonceng itu akan bergema sebagai bukti kerinduanku untukmu."
Saat suaranya terdengar, jiwa Tuan Salju Bergerak masuk ke dalam sembilan lonceng yang menjulang tinggi. Seluruh kota bergetar hebat, tetapi dari sembilan lokasi di mana lonceng itu berdiri, cahaya yang tak terbatas terpancar dari sana dan menerangi seluruh kawasan itu!