Saat Qin Wentian melayangkan pandangannya kepada Chu Tianjiao, ia bisa merasakan bahwa orang ini adalah naga dan phoenix di tengah-tengah massa. Ia tidak pernah menyangka bahwa Pangeran Ketiga akan menjadi seseorang yang begitu menonjol dan luar biasa.
"Hadirin semua, silakan duduk. Tidak perlu merasa sungkan," Chu Tianjiao perlahan melangkah maju dan tersenyum ke arah para tamu undangan. Setelah itu, ia dengan ramah mengundang Qin Yao dan rombongannya untuk duduk sebelum dia sendiri mengambil tempat duduk. Para hadirin mengikutinya setelah itu.
"Hari ini, semua yang saya undang adalah bakat dan pahlawan dari kalangan generasi muda. Dengan begitu, pasti akan ada topik yang menarik." Chu Tianjiao tertawa. "Baiklah saya akan memperkenalkan kepada Anda semua Qin Yao dari Negara Awan Salju. Dan orang yang berada di sebelah kiriku, dia adalah sahabat saya, Luo Qianqiu. Saya yakin Anda semua telah mendengar tentang dia."
Kursi Mu Rou cukup jauh dari kursi utama. Di sebelahnya, tatapan Qin Wentian terpaku pada Qin Yao. Qin Yao telah melihatnya juga, tetapi karena alasan tertentu, matanya mengandung jejak kepahitan yang tersembunyi, seolah-olah ia menyalahkannya karena muncul di sini hari ini.
Sebenarnya, alasan mengapa Qin Yao sengaja mengabaikan Qin Wentian adalah karena ia tidak ingin melibatkan Qin Wentian dengan masalah balas dendam atas Klan Qin. Tak disangka ternyata Qin Wentian malah berani datang jauh-jauh ke sini hari ini.
Qin Wentian, seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Qin Yao, tanpa sadar menghela nafas dan membatin di dalam hatinya, "Kakak Qin Yao tidak ingin melibatkanku, ini adalah juga tujuan dari paman kedua dan ketiga sebelumnya. Tentu saja aku mengerti maksudnya ini. Tetapi tak disangka bahwa ia muncul di Negeri Chu, bagaimana aku bisa menonton dari jauh dan mengabaikan akan masalah ini, dan tidak menanyakan alasan sebenarnya di balik kunjungannya ini."
"Luo Qianqiu, jenius Perguruan Bintang Kekaisaran. Bagaimana mungkin ada orang yang tidak tahu tentang dia?" Sebuah suara hangat terdengar ketika beberapa siluet muncul di kejauhan, dan berjalan mendekat. Orang yang memimpin menggenggamkan tangannya dan membungkuk sedikit sambil tersenyum kepada Chu Tianjiao. Ia memberi salam, "Maafkan atas keterlambatan ini. Saya Yanaro memohon pengampunan Yang Mulia."
"Yanaro, cepat masuk dan duduklah." Chu Tianjiao tidak menunjukkan ketinggian statusnya saat ia sungguh-sungguh melambaikan tangan kepada Yanaro. "Kau dan Luo Qianqiu sama-sama jenius dari Perguruan Bintang Kekaisaran. Kalian semua bisa saling mengobrol nanti."
"Ada terlalu banyak jenius yang berasal dari Perguruan Bintang Kekaisaran. Dalam perjamuan ini, ada satu orang di sini yang berada dalam sorotan, yang berani mencuri Buah Bara Darah milik Tuan Muda Luo. Dia tidak menghargai siapapun dan sangat arogan." Yanaro tersenyum dingin ketika berjalan menuju Qin Wentian. Ia lalu berhenti tepat di depannya, dan menambahkan. "Qin Wentian, apakah aku benar?"
Tatapan Luo Qianqiu beredar dan mendarat pada Qin Wentian. Namun, itu hanya berlangsung sesaat, menunjukkan bahwa ia sudah tidak terlalu peduli tentang hal itu.
Di matanya, Qin Wentian tidak layak diperhatikan.
Dirinya dan Qin Wentian berasal dari dunia yang berbeda. Ia ingat bahwa sebelumnya, kalau bukan karena kemunculan pemimpin Perkumpulan Awan Hijau, Qin Wentian pasti sudah mati di tangannya.
Tapi sekarang, karena masalah itu telah berlalu dan ia sudah memberikan kesempatan hidup untuk Qin Wentian sekali, ia tidak akan terlalu peduli jika Qin Wentian mati hari ini.
Mata Qin Wentian tertuju kepada Yanaro. Seperti yang dikatakan Luo Huan, di sini di jamuan makan, ia akan bertemu banyak orang yang tidak ingin ia temui. Tapi karena ia sudah berada di sini, ia tidak ingin menyesal atau mundur sedikitpun.
"Berdasarkan statusmu, kau seharusnya tidak muncul di tempat seperti ini." Yanaro, memperhatikan keheningan Qin Wentian, lalu melanjutkan provokasi.
"Ia mengikuti Chu Ling dengan status pelayan." Ye Zhan menyela sambil tertawa, membuat Yanaro dengan ringan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada Mu Rou, yang berada di samping Qin Wentian, dan tersenyum. "Mu Rou, mengapa kau duduk bersama dengan orang seperti itu?"
"Dia adalah temanku." Mu Rou tersenyum dingin kepada Yanaro. "Karena dia adalah temanku, wajar saja kalau kami duduk bersama."
"Teman? Orang ini adalah orang yang membunuh Ye Lang dan Orfon. Mu Rou, apakah kau yakin dia adalah temanmu?" Senyum Yanaro berubah lebih dingin, membuat wajah Mu Rou menjadi sangat keruh. Yanaro ini terlalu kejam. Jika ia terus mengklaim bahwa Qin Wentian adalah temannya, bukankah ia akan menyinggung Klan Ye dan Klan Ou?
Perjuangan terlihat jelas di wajah Mu Rou sebelum akhirnya ia bicara, "Seorang teman berarti seorang teman, tidak peduli latar belakang atau statusnya. Itu masalahku sendiri."
"Dan bagaimana jika aku memberitahumu bahwa Makino juga mati oleh tangannya?" Ye Zhan tertawa dingin. Mendengar akan hal ini, mata Mu Rou bergetar saat ia balas menatap Qin Wentian.
"Selama ajang pelatihan di Hutan Kegelapan, Orfon membawa seorang pendekar yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan kawanan makhluk buas untuk membunuhku. Aku membunuh orang itu sebagai reaksi." Qin Wentian membenarkan ketika ia melihat Mu Rou menatapnya. Meskipun Makino telah dibunuh oleh Fan Le, pada dasarnya, sama saja dengan ia yang membunuh Makino. Meski begitu, ia tidak takut mengakuinya, meskipun ia masih menghela nafas di dalam hati. Ia tidak berharap bahwa Mu Rou, seseorang yang bersedia membantunya, ternyata berasal dari klan yang sama dengan Makino.
"Kalau itu masalahnya, kita hanya bisa menyalahkan fakta bahwa Makino tidak cukup kuat untuk bahkan melindungi dirinya sendiri," Mu Rou menghela nafas. Meskipun ia dan Makino tidak terlalu dekat, tidak dapat disangkal bahwa mereka berasal dari klan yang sama. Dan dengan demikian, Mu Rou merasa sedikit tidak nyaman akan masalah ini.
"Tetapi jika itu masalahnya, apa hubungannya dengan aku berteman dengan Qin Wentian?" Tiba-tiba, Mu Rou tersenyum. "Dia menjadi temanku tidak ada hubungannya dengan urusan klanku."
"Hehe." Yanaro tersenyum dingin sebelum duduk di kursinya.
Tinju Qin Wentian mengepal erat. Ia sekarang hampir menginjak usia 17 tahun. Selama setahun terakhir ini, ia telah mengalami banyak hal, jadi berkaitan dengan keadaan saat ini, ia tidak lagi memiliki rasa kuatir yang biasa dimiliki anak-anak. Dengan senyum yang bebas dari kekuatiran, ia menuangkan secangkir anggur dan mengangkat cangkir itu ke arah Mu Rou.
"Jika ada kesempatan, aku pasti akan membayar hutang bantuan ini di masa depan." Qin Wentian minum secangkir anggur.
Dengan menempatkan pandangannya di sekitar kerumunan, Qin Wentian memperhatikan bahwa Liu Yan sengaja menghindari tatapannya ketika beradu pandang.
Qin Wentian masih tenang, tidak merasa marah atau kecewa. Reaksinya satu-satunya adalah tersenyum ringan.
"Qin Wentian." Liu Yan tiba-tiba memanggil dan mengangkat cangkirnya. "Terima kasih karena telah menyelamatkan hidupku hari itu di Hutan Kegelapan. Jika kau membutuhkan bantuan di masa depan…."
"Kau tidak perlu mengatakan apa-apa lagi." Qin Wentian menyela. Ia mengangkat cangkirnya sebagai balasan, mengeringkan cangkir itu dalam satu tegukan. "Semua orang berhak memilih. Aku tidak memiliki kualifikasi atau kekuatan untuk mengarahkan pilihanmu. Pada saat yang sama, terima kasih atas niatmu, tetapi aku tidak membutuhkan bantuanmu. Mulai saat ini dan seterusnya, perlakukan saja seolah-olah kami adalah orang asing yang tak pernah saling kenal."
Liu Yan masih ingin berbicara, namun Liu Yue berbicara terlebih dahulu. "Akan lebih baik seperti ini."
Saat Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arah Liu Yue, tatapan yang tajam terpancar dari matanya. Ia sudah lama tahu bahwa Liu Yue adalah tipe orang seperti ini, dan tidak punya keinginan untuk mengganggu dirinya sendiri dengan Liu Yue. Bagaimanapun, mereka tidak akan memiliki interaksi lebih lanjut di masa depan.
Qin Wentian berjalan ke tengah kerumunan dan menatap Chu Tianjiao.
Ia sangat jelas dalam hatinya bahwa pada hari ketika Klan Ye memimpin orang untuk memadamkan Klan Qin-nya, orang di depannya adalah salah satu dalang yang berada di balik serangan selain Klan Ye.
"Yang mulia. Alasan kemunculan saya di sini hari ini adalah untuk berbicara dengan saudara perempuan saya, Qin Yao. Bisakah Yang Mulia mengizinkan saya waktu berduaan dengannya?" Qin Wentian langsung mengatakannya sambil memandangi Pangeran Ketiga.
Ekspresi Chu Tianjiao tetap diam, tapi ia akhirnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Aku tidak akan ikut campur jika ia setuju."
"Terima kasih, Yang Mulia." Setelah Qin Wentian berbicara, ia tidak berjalan ke arah Qin Yao. Sebagai gantinya, ia berjalan ke arah kerumunan saat ia menoleh ke belakang dan memerintahkan, "Kakak, ikut aku."
Mendengar nada tegas Qin Wentian, Qin Yao menyiratkan sedikit rasa malu di wajahnya namun ia tetap berdiri dan mengikuti Qin Wentian. Adegan itu membuat banyak orang merasa lucu. Meskipun Qin Wentian adalah adik laki-lakinya, mengapa rasanya seolah-olah Qin Yao adalah adik dan Qin Wentian adalah kakak?
Qin Wentian berjalan cukup jauh sebelum tiba di lokasi terpencil di taman. Melihat Qin Yao mendekat di belakangnya, wajahnya berkerut kuatir lalu ia bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Kau ... orang ini ... kau tahu bahwa aku kakakmu kan!" Qin Yao menatap Qin Wentian tanpa daya.
"Aku senang kau tahu itu." Qin Wentian melangkah maju dan menangkupkan tangan di wajah Qin Yao. Tatapan matanya menjadi lembut dan hangat.
"Kakak, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa kau mau menjadi salah satu calon istri putra mahkota Negeri Awan Salju? Apakah memang ini yang kau inginkan? Atau kau dipaksa melakukannya?"
"Wentian, jangan merepotkan dirimu dengan masalah ini. Kau hanya harus fokus pada pelatihanmu di Perguruan Bintang Kekaisaran. Untuk masalah di luar perguruan, serahkan padaku." Hati Qin Yao melunak setelah melihat tatapan lembut Qin Wentian. Nada suaranya dipenuhi dengan permohonan, berharap Qin Wentian mau keluar dari masalah menyangkut Klan Qin.
Ia terus mengawasi Qin Wentian saat berada di Negeri Awan Salju. Saat mendengar bahwa adiknya sangat dihormati oleh Perguruan Bintang Kekaisaran, ia tidak ingin melihatnya terlibat dengan masalah Klan Qin.
"Bagaimana aku bisa hanya berdiri menonton dan tidak memusingkan diri dengan masalahmu? Bahkan jika ini yang kau inginkan, Kau harus membiarkan aku terlebih dahulu melihat putra mahkota Negeri Awan Salju untuk melihat apakah ia cocok untukmu. Jika ini bertentangan dengan keinginanmu, selama aku, Qin Wentian, masih hidup, aku bersumpah kepada langit bahwa aku tidak akan membiarkan siapapun memaksamu melakukan apa pun yang bertentangan dengan keinginanmu."
Tatapan Qin Wentian dipenuhi dengan keteguhan hati. Ini janjinya kepada Qin Yao. Mereka telah tumbuh dan bergantung satu sama lain selama bertahun-tahun, dan karena itu, kedekatan yang mereka miliki bersama telah lama melampaui saudara kandung sedarah biasa. Tidak hanya itu, seringkali ia telah bersikap seperti seorang kakak laki-laki, bukan sebagai adik laki-laki. Bagaimana ia bisa membiarkan Qin Yao menderita?
Qin Yao menatap Qin Wentian saat berbisik. "Ketika aku berkultivasi di Perguruan Awan Salju, aku berkenalan dengan putra mahkota Negeri Awan Salju. Ia sangat baik kepadaku dan bahkan akan mengirim pengawal untuk memastikan keselamatanku. Tidak hanya itu, ia bersedia membantuku menyelamatkan Kakek dan juga Ayah. Jadi, aku sudah berjanji padanya. Jika Kakek dan Ayah benar-benar bisa diselamatkan, aku bersedia menjadi istrinya."
"Kakak, mengapa kau begitu bodoh?" Qin Wentian menghela nafas. Tampaknya Qin Yao melakukan pengorbanan semata-mata demi Qin Chuan dan Qin Wu, dan berharap dapat meminjam kekuatan Negeri Awan Salju.
"Paman Kedua saat ini menemui jalan buntu. Jika Negeri Chu mengirim pasukan untuk menekannya, cepat atau lambat, ia akan dikalahkan. Aku tidak bisa menunggu sampai hal itu terjadi." Hati Qin Yao dipenuhi dengan kesedihan ….
"Mengapa kau kembali ke Negeri Chu?" Qin Wentian terus bertanya.
"Aku ingin bertemu dengan Kakek dan Ayah untuk melihat apakah ada kemungkinan untuk membahas persyaratan dari Negeri Chu. Namun, hari ini juga pertama kalinya aku bertemu dengan Pangeran Ketiga," kata Qin Yao.
"Nona Qin." Pada saat ini, beberapa siluet muncul. Mereka tidak lain adalah penjaga Qin Yao. Qin Wentian bisa merasakan ketajaman dari tekanan yang dipancarkan saat mereka melemparkan pandangan.
"Wentian, mari kita kembali. Kau harus menjauh dari masalah ini, mengerti?" Qin Yao menunduk dan mengatakan ini padanya. Mendengar akan hal ini, Qin Wentian merasa hatinya bertambah berat.
"Masalah ini seharusnya tidak sesederhana yang dijelaskan Kakak Yao," kata Qin Wentian di dalam hati. Ketika mereka berdua kembali ke perjamuan, mereka mendapati bahwa mayoritas tamu sedang membahas tentang dirinya.
Qin Wentian tidak keberatan. Bagaimanapun jua, ia akan meninggalkan perjamuan. Namun, saat ini, dua siluet berjalan ke arahnya dari kejauhan. Orang-orang menghentikan obrolannya ketika tatapan mereka beralih kepada dua siluet itu.
Alasan mereka tiba-tiba terdiam adalah karena kecantikan salah satu figur itu terlalu sensasional.
Saat ia muncul, seolah-olah semua yang ada di sekitarnya kehilangan kemegahan. Ia adalah pemeran utama, dan penampilannya menyebabkan beberapa bangsawan kehilangan tata krama mereka. Mereka menatap mereka, tersesat dalam kecantikannya yang menggetarkan jiwa.
"Ke mana dia pergi?" Orang-orang di kerumunan melihat bahwa Mo Qingcheng berjalan ke arah mereka dan tidak bisa menahan detak jantung mereka menjadi lebih cepat.
"Betapa cantiknya." Liu Yan tanpa sadar merasakan cemburu di hatinya setelah melihat wajah Liu Yue dan Ye Zhan yang terpana.