Di sebuah istana batu giok yang berada di alam surgawi yang terletak di atas gunung kuno yang luas dan megah.
Cahaya bintang menerangi langit, melukiskan warna pada istana giok itu. Tepat di depan sebuah paviliun ada dua siluet yang sedang berdiri. Hanya dengan sekali tatap, siluet mereka akan tertanam kedalaman ingatan seseorang, tidak dapat dilupakan, seperti itulah kehadiran mereka.
Dua siluet ini adalah sepasang kekasih. Meskipun pria itu memiliki penampilan yang luar biasa dan tak tertandingi, kejantanannya adalah sesuatu yang jarang terlihat di dunia ini. Dia berdiri di sana dengan tenang, namun dia mampu memancarkan tekanan sebesar gunung, menjulang di atas yang lain. Matanya mengandung garis-garis kelembutan yang menyerupai kedalaman dan kehangatan air.
Di sampingnya, seorang wanita dengan kecantikan tiada tara menyandarkan diri di bahunya. Wanita ini diselimuti lapisan lingkaran cahaya samar yang megah tak tertandingi. Meskipun pakaiannya biasa saja, gaya berpakaiannya tidak bisa menutupi keindahannya yang tak tertandingi.
Mereka berdua benar-benar seperti sebuah pasangan abadi yang tinggal di alam surgawi. Mereka seolah melukiskan gambaran keabadian, yang mengandung keindahan tiada tara.
Suara tangisan bayi mendadak terdengar, wanita itu buru-buru berdiri, melempar senyum tanpa cela kepada pria di sampingnya lalu siluetnya melesat dan menghilang dari pandangan. Sesaat kemudian, dia muncul kembali di samping pria itu dengan seorang bayi di tangannya. Matanya yang indah dipenuhi cahaya cinta seorang ibu.
"Sebenarnya kau bisa menguasai langit, memonopoli matahari dan bulan, tetapi kau justru memilih untuk ikut denganku dan berkeliaran di ujung dunia ini. Maafkan aku." Pria itu menatap wanita yang memeluk bayi itu, matanya yang bisa menopang Langit dan Bumi menyorotkan sedikit rasa malu.
"Mengapa kau berbicara seperti itu? Saat itu ketika kau merangsek tiga belas tingkat Parit Surgawi sendirian hanya karena aku menatapmu sekilas, takdirku sudah diputuskan, aku akan menjadi pendampingmu selamanya." Suara wanita itu jernih dan lembut, dan matanya berbinar karena tawa.
"Jika aku tahu bahwa akan muncul banyak kesulitan karena itu, aku lebih baik tidak pernah melakukan semua hal itu di masa lalu," pria itu menggelengkan kepalanya.
"Ini tidak seperti dirimu di masa lalu. Pria yang ku cintai adalah orang yang dapat berdiri tegak menopang Langit dan Bumi. Dia memiliki semangat yang tak tergoyahkan, memutus semua hubungan dengan Suku Dewa Kuno karena amarah, dan dengan kekuatan seorang diri, dia membunuh dan membantai begitu banyak orang sampai-sampai langit berubah warna, sampai-sampai bahkan dewa dan iblis menangis karena ketakutan, Qin Yuanfeng." Wanita itu tersenyum ringan, matanya yang indah mengandung kehangatan dan kelembutan yang kuat.
Qin Yuanfeng menatap cakrawala, mendesah di dalam hatinya, seolah-olah ketajaman yang dulu pernah ia miliki hilang entah ke mana.
Wanita itu dengan lembut bersandar di pelukannya, menempatkan bayi itu di antara mereka berdua dan tersenyum, "Demi aku dan putra kita, kini kau menjadi seperti ini. Jika berbicara tentang rasa malu, seharusnya aku yang malu. Lihatlah putra kita, di masa depan ia akan berdiri tegap dan menyokong Langit dan Bumi sendirian. Dengan senjata di tangannya, kupinta pada langit, kupinta pada surga, dia akan menjadi penentu nasibnya sendiri, penguasa takdirnya sendiri."
"Meminta pada langit, meminta pada surga." Pria itu bergumam, lalu tersenyum, "Kalau begitu, mari kita beri nama putra kita Wentian*."
Mata wanita itu bersinar dengan cahaya aneh saat dia dengan ringan menganggukkan kepalanya, bermain dengan bayi dalam pelukan mereka lalu balas tersenyum. "Di masa depan jika kau hanya orang yang biasa-biasa saja, aku harap kau akan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja. Jika kau bisa berdiri tegak dan menyokong Langit dan Bumi, ku harap kau bisa membalikkan takdir sembilan langit, meraih matahari dan bulan di tanganmu, melangkah melintasi dunia, menginjak-injak Klan Iblis dan Dewa Abadi."
"Apakah kau benar-benar berpikir begitu?" Pria itu menoleh dan menatapnya sambil bertanya dengan suara lembut.
"Mhm." Wanita itu mengangguk.
"Baik. Dalam hal ini aku akan mewariskan segalanya kepadanya," pria itu berkata tenang. Pada saat itu dia tidak tahu perkataan ini akan menjadi penyebab munculnya gelombang pasang pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tubuh wanita itu sedikit gemetar sebelum kembali tenang. Setetes air mata mengalir di wajahnya, menetes ke wajah bayi itu. Senyum lugu yang polos mengembang di wajah bayi itu ketika dia mengulurkan tangan mungilnya, berusaha menggapai ke atas, sama sekali tidak menyadari bahwa kelahirannya menyebabkan orang tuanya bertekad untuk membuat keputusan seperti itu.
Cahaya gemilang melintas di langit, menerangi seluruh tempat itu. Wanita itu perlahan-lahan mengangkat bayi itu ke atas, tubuhnya bersinar dengan cahaya pelangi tak berujung yang muncul seperti dewi surgawi dari sembilan langit. Kecemerlangan yang dipancarkannya bahkan lebih kuat dibandingkan dengan cahaya matahari dan bulan.
Bermandikan cahaya, pakaiannya yang biasa digantikan oleh pakaian yang indah. Sebuah mahkota muncul di kepalanya, membuat wanita cantik dan lembut itu memiliki keindahan yang mendekati siluman. Keindahan siluman seperti itu menyebabkan orang lain tidak berani beradu pandang dengannya secara langsung.
Pria itu tanpa sadar gemetar hebat melihat pemandangan seperti itu. Tepat ketika dia hendak berbicara, wanita itu tersenyum, "Karena kau sudah membuat keputusan, aku tentu harus memberikan sesuatu yang bernilai sama dan menemanimu. Memangnya kenapa jika kita berdua menderita kutukan untuk selamanya? Aku hanya berharap bahwa anak kita dapat benar-benar bangkit dengan kemampuannya sendiri alih-alih bergantung pada kecemerlangan kita. Yuanfeng, kau bisa melakukan ini, kan?"
Senyum wanita itu mengandung pesona yang tak tertandingi. Saat ini, seolah-olah dia telah berubah kembali menjadi seperti sosok wanita sebelumnya. Qin Yuanfeng menatapnya dengan keraguan di dalam hatinya. Sesaat kemudian, tekadnya memancar di matanya dan tubuhnya juga memancarkan cahaya gemilang luar biasa yang begitu terang hingga seolah-olah seluruh semangat hidupnya terbakar habis.
Nyala api itu ingin membakar hidupnya, membakar darahnya. Cahaya yang dipancarkannya menyatu bersama cahaya wanita itu, menjulang tinggi ke langit, menerobos kubah langit. Keduanya berdiri saling berhadapan, mengunci pandangan mereka pada satu sama lain dan tersenyum. Mereka sangat tenang, berkat dan harapan mereka masing-masing tertuju pada bayi di tengah-tengah mereka.
Saat itu, sebuah bayangan hitam berkelebat datang. Orang ini berpakaian hitam, dan setelah melihat pemandangan di depannya, dia langsung berlutut dengan air mata mengalir dari wajahnya. "Tuan, Nyonya, mengapa kalian berdua harus melakukan ini?"
"Paman Keling, kau pasti sudah mendengar percakapan kami sebelumnya. Jika dia adalah orang biasa, biarkan dia menjalani hidupnya dalam keadaan biasa-biasa saja. Jangan biarkan dia meminjam kekuatan kami untuk naik ke puncak. Putra ku, Qin Wentian, harus bergantung pada kemampuannya sendiri untuk berdiri tegak, menyokong Langit dan Bumi. Saat ini, satu-satunya yang tahu bahwa aku memiliki ahli waris, adalah kalian. Bawa dia pergi, jangan biarkan orang lain tahu bahwa dia adalah anakku."
Pria itu berbicara dengan tenang, dia dan wanita yang cantik tiada tara itu berdiri berhadapan satu sama lain ketika sinar cahaya yang memancar dari tubuh mereka memasuki tubuh bayi itu tanpa henti.
Keduanya saling menatap mata satu sama lain, keduanya memiliki cinta tak terbatas dalam diri mereka. Bayi itu adalah buah cinta mereka. Mereka memberikan segalanya kepadanya, dia akan menjadi perpanjangan hidup mereka.
Saat ini, setetes air mata bisa terlihat menetes dari wajah masing-masing pria dan wanita itu. Demikian pula halnya dengan siluet yang berlutut di sana, air mata mengalir deras membasahi wajahnya. Dia tahu dengan sangat jelas apa yang akan terjadi setelah ini.
Ini adalah titik terakhir dari fragmen memori itu. Setelah ini, kesadaran Qin Wentian secara paksa dikeluarkan dari partikel astral itu.
Gemuruh!
Aura yang terpancar dari Qin Wentian tiba-tiba menjadi kacau. Tenggelam dalam cahaya astral tak terbatas itu, matanya tiba-tiba tersentak terbuka dan secercah air mata bisa terlihat di dalamnya.
Para peserta di dalam Dunia Monumen itu semua mengalihkan perhatian mereka kepada Qin Wentian. Energi astral yang beredar dan aura kacau yang tidak stabil menyebabkan mereka semua menjadi bingung. Apa yang sebenarnya terjadi pada Qin Wentian, mengapa dia bereaksi sedemikian rupa?
"Ayah, Ibu," Qin Wentian bergumam dalam hati. Adegan yang dilihatnya sebelumnya itu tercetak di kedalaman jiwanya, menjadi sebuah tanda permanen yang tidak akan pernah dilupakannya. Dia akhirnya bisa memastikan bahwa ingatan pria dalam partikel astral itu tidak lain adalah ayahnya. Dan juga, dia akhirnya melihat ibunya.
Betapa memesonanya mereka? Betapa luar biasanya mereka? Pria yang memilih untuk memutuskan semua hubungan dengan Klan Dewa Kuno, membantai dan menghabisi begitu banyak orang sampai-sampai makhluk abadi dan siluman berteriak ketakutan, adalah ayahnya. Bidadari surga dari sembilan langit yang memiliki pesona dan keindahan yang tak tertandingi itu adalah ibunya.
Mereka mewariskan semua yang mereka miliki padanya, berharap bahwa ia akan dapat bergantung pada kekuatannya sendiri untuk bangkit dan menginjak-injak berbagai Klan Siluman dan Dewa.
Qin Wentian benar-benar ingin terus menonton, untuk melihat apa yang terjadi pada akhirnya. Apa sebenarnya yang telah dilakukan orang tuanya untuknya? Dia benar-benar ingin tahu kekuatan luar biasa apa yang bisa memaksa orang tuanya berada dalam keadaan yang begitu putus asa, sampai-sampai perlu memerintahkan Paman Keling untuk membawanya pergi.
Hanya dari satu memori, Qin Wentian bisa melihat kisah yang menggetarkan hati dan memilukan yang dialami orang tuanya. Sedihnya, dia hanya bisa melihat sejauh itu.
Saat ini, sisa kecurigaan yang dimiliki Qin Wentian terhadap orang tuanya karena meninggalkannya, benar-benar menghilang seperti asap tipis di udara.
"Apakah kau baik-baik saja?" Sebuah suara merdu terdengar sayup-sayup. Barulah kemudian Qin Wentian tersadar sepenuhnya seiring dengan auranya yang berangsur-angsur stabil. Dia menatap Lou Bingyu yang berada di sampingnya dengan tatapan kosong.
Lou Bingyu tidak bisa membayangkan ternyata ada bekas air mata di wajah Qin Wentian. Seorang pemuda kuat, percaya diri, dan toleran. Apa yang dideritanya hingga meneteskan air mata?
"Tidak apa-apa," jawab Qin Wentian tenang. Setelah itu dia menutup matanya sekali lagi dan melanjutkan kultivasinya, membentuk koneksi dengan cahaya yang berasal dari aksara kuno yang berkilauan dari dinding batu. Dengan sangat cepat, energi astral yang mengerikan melonjak di sekelilingnya sekali lagi.
Lou Bingyu berdiri terpana, jejak kekecewaan melintas di matanya saat dia berjalan pergi. Dia juga duduk bersila dan mulai berkultivasi. Setelah beberapa waktu berlalu, cahaya gemilang juga beredar di sekitar Lou Bingyu, menyebabkan semua orang memandangnya. Mungkinkah Lou Bingyu benar-benar dapat melihat energi dari dinding batu juga?
Qin Wentian sekali lagi mengarahkan persepsinya pada partikel astral, memasukinya dan mencari fragmen memori di tingkat terdalam. Menggunakan energi astral kuat yang tak terbatas, dia mengarahkannya dan meledakkan sebuah fragmen memori, bermaksud ingin memecahnya.
Kali ini, fragmen yang satu ini lebih keras daripada sebelumnya, benar-benar melahap ledakan energi astral itu namun tidak menunjukkan tanda-tanda terbuka. Namun, Qin Wentian amat sangat ingin tahu apa yang dialami ayahnya, dan dia hanya memiliki kesempatan saat ini karena dia dapat meminjam kekuatan dalam monumen peringkat. Biasanya, berdasarkan tingkat kultivasinya saat ini, tidak mungkin dia bisa membuka fragmen-fragmen ini sama sekali.
Setelah beberapa waktu, fragmen memori astral ini akhirnya hancur. Persepsi Qin Wentian tiba-tiba terlontar keluar ketika memori yang mengerikan masuk ke dalam benaknya, mengguncang dirinya sampai ke intinya dan partikel astral itu redup sekali lagi.
Namun saat ini, memori-memori lain bermunculan dalam benak Qin Wentian. Tetapi tidak ada adegan tentang asal-usulnya. Yang ada hanyalah sebuah diagram dengan banyak gambar di atasnya.
"Seni Penyempurnaan Tubuh Dewa Siluman." Qin Wentian menatap empat kata raksasa itu. Seni Penyempurnaan Tubuh Dewa Siluman adalah seni kultivasi terdalam dan tertinggi yang menggunakan energi siluman untuk menempa tubuh seseorang.
Jelas, memori tentang seni ini ditinggalkan oleh ayahnya untuk diakses Qin Wentian ketika kekuatannya mencapai tingkat tertentu. Namun hari ini, dia membukanya lebih awal dari yang diharapkan.
"Seni Penyempurnaan Tubuh Dewa Siluman, aku dapat berlatih ini secara bersamaan dengan Seni Siluman Penguasa Langit, keduanya saling melengkapi dan akan menjadi seni kultivasi yang menantang langit." Qin Wentian memahami kesusahan yang dialami ayahnya dalam mempersiapkan begitu banyak hal untuknya. Dia meninggalkan partikel astral yang berisi ingatannya kepada putranya, itu benar-benar harta yang tak ternilai.
Saat ini, hati Qin Wentian lebih mantap dari sebelumnya. Dua siluet yang menggetarkan langit itu dan percakapan mereka adalah sesuatu yang tidak akan pernah dia lupakan!
Catatan Penerjemah:
秦问天 Qin Wentian →秦Qin adalah nama keluarga, 问天 Wentian, artinya meminta pada langit/meminta pada surga.