Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 581 - Kekuatan Karakter

Chapter 581 - Kekuatan Karakter

Lin Xian`er menyaksikan pertarungan di jalan menuju pagoda pusaka itu tanpa berkedip. Bahkan dengan tingkat penguasaan dirinya, ia tetap tidak bisa menahan perasaan terkesima.

Sebelumnya, meskipun Qin Wentian sudah cukup terkenal karena membunuh Ye Kongfan, ia masih berjarak agak jauh dari sosok Pilihan Langit di Wilayah Suci Kerajaan yang sudah terkenal sejak lama. Paling jauh ia hanya dianggap sebagai bakat baru yang sedang naik daun. Lin Xian`er mengakui bakat dan potensi Qin Wentian, tetapi ia tidak menganggapnya sebanding dengan para jenius yang menguasai jamannya sampai kemudian ia membunuh Kalajengking Beracun dan Putra Suci dari Sekte Siluman Tertinggi dengan satu pukulan saja.

Saat ini, Lin Xian`er menatap genderang perang yang mengeliling pemuda itu dan mau tidak mau menghela napas panjang. Apa yang disebut tanah pemakaman para genius, bukankah juga tempat dimana bakat-bakat luar biasa dibangkitkan? Mereka yang benar-benar luar biasa selamanya tidak akan pernah terkubur. Pemuda yang luar biasa ini tampaknya telah mengalami transformasi setelah melalui ujian-ujian di Alam Beladiri Abadi ini, dan telah menjadi cukup kuat untuk bertarung melawan mayoritas sosok Pilihan Langit di Wilayah Suci Kerajaan.

Selain itu, ia bahkan mendapatkan senjata dewa dari Alam Beladiri Abadi.

Dia tentu saja tahu bahwa senjata dewa dari luar tempat ini tidak dapat digunakan di sini, hanya senjata dewa dari Alam Beladiri Abadi yang dapat digunakan. Mungkin senjata dewa Alam Beladiri Abadi tidak sehebat beberapa teknik tertinggi yang diajarkan kepada para sosok Pilihan Langit dari kekuatan besar utama, tetapi menggunakannya akan memberi tambahan kekuatan saat digunakan di Alam Beladiri Abadi.

Misalnya, jika Lin Xian'er bertarung melawan Lou Bingyu dan dalam keadaan ketika kekuatan mereka seimbang, hanya dengan menggunakan senjata dewa dari Alam Beladiri Abadi, Lou Bingyu akan langsung dapat menekannya dengan mudah, mungkin bahkan bisa membunuhnya.

Jika Lou Bingyu awalnya cukup tangguh ketika ia mendapatkan kekuatan senjata dewa dari Alam Beladiri Abadi, ia akan dapat menyapu seluruh sosok Pilihan Langit itu tanpa hambatan lalu mencapai kekuatan yang serupa dengan delapan jenius yang menguasai jamannya saat berada di sini di Alam Beladiri Abadi.

Lin Xian'er juga memahami bahwa hanya beberapa gelintir saja yang akan memenuhi syarat untuk mendapatkan senjata dewa dari Alam Beladiri Abadi, kemungkinannya sangat kecil layaknya menemukan bulu burung phoenix atau tanduk kirin. Banyak orang berspekulasi bahwa senjata dewa Alam Beladiri Abadi bisa meningkat bersama dengan ahli bela diri yang memilikinya, dan hal itu bahkan mengubah bakat alami seseorang. Saat itu, Kaisar Insani Ye adalah contoh yang sangat nyata. Sebelum melewati Alam Beladiri Abadi, Ye Qingyun pada dasarnya tidak dikenal. Tetapi setelah itu, bukankah saat itu ia benar-benar memancarkan kemegahannya, dan menunjukkan kecemerlangannya?

Kaisar Insani adalah contoh paling jelas yang bisa dilihat oleh semua orang. Tapi seperti apa sebenarnya yang terjadi, itu adalah sesuatu yang hanya diketahui Ye Qingyun sendiri. Qin Wentian pernah secara langsung mendengar bahwa Kaisar Insani memandang rendah bahwa sebuah pusaka belaka bisa menjadi alasan keberhasilan dirinya untuk melesat tinggi dan mengejek orang-orang yang berusaha keras untuk mendapatkan pusaka itu darinya.

Tapi bagaimanapun juga, Qin Wentian sendiri sudah menerima satu buah senjata dewa Alam Beladiri Abadi, yakni genderang perang. Hal itu saja sudah cukup untuk membuat Lin Xian'er menghela napas dalam kekaguman.

Tentu saja, Lin Xian`er juga terkejut oleh siluet yang dingin dan cantik itu. Siluet malang yang dipaksa mundur terus menerus itu bahkan sampai memuntahkan darah, meski ia memancarkan aura yang tak terpatahkan bahkan dalam menghadapi kematian. Sikap itu, ketika dipertontonkan oleh seorang wanita, bukankah itu juga menunjukkan kekuatan karakternya?

Ketika Lin Xian`er melihat bagaimana Lou Bingyu terluka sedemikian itu oleh Qin Wentian, hatinya mau tidak mau juga merasakan belas kasih dan khawatir. Ia benar-benar mulai mengagumi gadis muda itu yang adalah murid kesayangan Penguasa Pedang Gunung Plum. Memang, Lou Bingyu adalah karakter yang luar biasa. Lin Xian`er hanya bisa berharap bahwa dia tidak akan tersesat oleh didikan dan bimbingan penyihir tua itu. Tentu tentang apakah dia akan tersesat atau tidak di masa depan tetap bergantung pada apakah Qin Wentian akan cukup kejam untuk menghancurkan kuntum yang indah ini, menguburnya selamanya di sini, di Alam Beladiri Abadi atau tidak.

Mata Lin Xianer mengungkapkan jejak senyum yang lembut. Untuk beberapa alasan dia percaya bahwa Qin Wentian tidak akan bersikap terlalu kejam. Bagaimanapun, yang ia hadapi adalah seorang gadis muda yang lembut dan cantik yang memiliki sikap yang berbeda dibandingkan dengan sebagian besar wanita. Meskipun ia sedikit terlalu dingin, hal itu tidak bisa menutupi pembawaannya yang halus namun sangat berbeda dari yang lain.

Namun ketika Lin Xian'er melihat Qin Wentian langsung mengarahkan tombak kunonya di tenggorokan Lou Bingyu, jantungnya mau tidak mau berdetak cepat. Matanya terbeliak dan menjadi seterang obor saat ia menatap pada ujung tajam tombak kuno yang tajam itu.

Di atas pagoda pusaka itu, Qin Wentian menatap Lou Bingyu, hatinya sedikit bergolak. Ia adalah seseorang yang tidak akan gemetar bahkan dalam menghadapi kematian. Meskipun kesan pertamanya tentang Lou Bingyu tidak begitu bagus, alasan sebenarnya adalah terutama karena Penguasa Pedang Gunung Plum. Tetapi ketika mereka bertukar pukulan, ia melihat banyak hal lainnya. Perempuan di hadapannya ini lebih luar biasa dan ulet bahkan dibandingkan dengan banyak laki-laki sosok Pilihan Langit lainnya.

"Kenapa kau harus melakukan ini? Kau benar-benar memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari pertarungan ini." Qin Wentian menatap wajah dingin dan cantik di depannya itu dengan sedikit terkejut.

Lou Bingyu sepertinya tidak mendengar kata-katanya. Saat ini, hatinya dipenuhi dengan rasa sakit yang menusuk yang sangat tak tertahankan.

Dia adalah seorang yatim piatu. Dia telah mengikuti gurunya sejak masih sangat muda. Tidak hanya itu, Penguasa Pedang Gunung Plum tidak hanya berlaku sebagai gurunya, tapi juga mengambil peran sebagai ibunya. Dan meskipun gurunya sangat ketat terhadapnya, Lou Bingyu mengerti alasannya di balik itu. Ia tahu bahwa Penguasa Pedang Gunung Plum hanya memiliki satu harapan dalam hidup ini dan itu untuk melampaui pria itu. Jika ia tidak memiliki kekuatan untuk melampauinya, ia harus mendidik dan memastikan bahwa murid-muridnya paling tidak akan melampaui murid-murid pria itu. Karenanya, Penguasa Pedang Gunung Plum menempatkan harapan yang besar di pundak muridnya.

Lou Bingyu sangat luar biasa dan Penguasa Pedang Gunung Plum pernah berkata bahwa di antara generasi muda pada kondisi Timba Langit, selain Ji Feixue, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan muridnya Lou Bingyu. Meskipun banyak orang tidak percaya, penampilan Lou Bingyu di Sekte Pedang Perang segera membuat semua orang setuju dengan pernyataan Penguasa Pedang Gunung Plum. Meskipun usianya masih muda, Lou Bingyu sudah bersinar seperti rasi bintang dan mengejar jejak Ji Feixue.

Tapi hari ini, bahkan sebelum ia sempat bertemu Ji Feixue, dan bertarung melawan delapan jenius absolut yang menguasai jamannya, ia sudah dikalahkan oleh pemuda yang berdiri di depannya ini. Tidak hanya itu, orang ini sama dengan dirinya, seorang murid dari Sekte Pedang Perang. Dan yang lebih ironis lagi adalah bahwa gurunya telah memaksa ayah angkat pemuda itu untuk mencungkil dadanya demi mendapatkan pusakanya demi keuntungannya semata. Namun hari ini, ia ternyata kalah dari pemuda itu meskipun telah memanfaatkan tambahan kekuatan yang ia dapatkan dari pusaka itu.

Lou Bingyu merasa bahwa ia tidak punya cara untuk mengangkat wajahnya di depan gurunya. Dia tidak ingin membayangkan betapa kecewanya Penguasa Pedang Gunung Plum ketika ia keluar dari Alam Bela Diri Abadi.

Qin Wentian bisa melihat keputusasaan serta perjuangan di mata Lou Bingyu. Ia mengerutkan alisnya dengan bingung, gadis di depannya ini tidak takut mati. Jadi apa yang menyebabkan ia merasa putus asa?

Satu-satunya kemungkinan adalah harapan yang diletakkan oleh Penguasa Pedang Gunung Plum di bahunya.

"Apakah itu karena gurumu?" tanya Qin Wentian dengan suara rendah. "Apakah hal itu layak bagimu untuk menanggung risiko seperti itu?"

"Bunuh aku dan ambil kapak pusaka itu untuk dikembalikan kepada ayah angkatmu. Tindakan yang dilakukan oleh guruku itu adalah demi aku, sedangkan tindakanmu adalah demi ayah angkatmu. Aku tidak akan menyesal bahkan jika harus mati di tanganmu." Lou Bingyu masih mempertahankan sikap dinginnya. Ia menutup matanya ketika menyelesaikan ucapannya.

Keputusan itu menyebabkan Qin Wentian tertegun. Ketika ia menatap wajah Lou Bingyu, ia menemukan bahwa tombak kuno di tangannya tidak memiliki keinginan untuk menembus ke leher yang lembut itu.

Sambil menatap tubuh Lou Bingyu, bahkan jika ia mencabik-cabik tubuhnya, apakah ia bisa mengambil pusaka itu? 

"Ketika gurumu memaksa ayah angkatku untuk menyerahkan pusaka itu, ayah angkatku berkata begini, 'Itu hanyalah sebuah pusaka, apakah kau benar-benar berpikir bahwa benda ini adalah satu-satunya alasan sehingga aku bisa mencapai keberhasilan setinggi ini? Benar-benar menggelikan.' Dan setelah gurumu memperoleh pusaka itu, ia juga berkata kepadaku, 'Hari ini aku tidak akan memberimu pelajaran, tetapi jika kau melangkah ke Alam Beladiri Abadi, murid kesayanganku ini tentu saja akan memberimu pelajaran atas namaku.' Betapa mengesankannya ayah angkatku, bagaimana mungkin ia peduli hanya pada sebuah pusaka belaka? Mungkin satu-satunya hal yang tak tidak bisa ia terima adalah penghinaan dari Penguasa Pedang Gunung Plum yang memaksanya untuk mengeluarkan pusaka itu di depan begitu banyak para pendekar tangguh lainnya."

Qin Wentian perlahan melanjutkan, "Sekarang aku sudah mengalahkanmu di sini hari ini, aku benar-benar ingin melihat apakah Penguasa Pedang Gunung Plum akan mengingat kata-katanya yang sombong yang ia ucapkan waktu itu. Dan atas hutang yang ia miliki, kurasa bukan kau yang harus menanggungnya. Meskipun para murid dari Sekte Pedang Perang bahkan tidak sebanding dalam hal jumlah dari sembilan sekte besar lainnya, mereka tetap dihormati dan ditakuti karena kecakapan bertarung masing-masing. Aku percaya bahwa kau juga akan menjadi salah satu tokoh yang memukau dari sekte kita di masa depan, tetapi ku harap kau ingat bahwa pada akhirnya bahwa kau adalah anggota Sekte Pedang perang dan bukan hanya sekedar murid kesayangan Penguasa Pedang Gunung Plum. Aku tidak akan membunuhmu, aku juga tidak akan mengambil pusaka yang sekarang sudah menyatu dengan tubuhmu karena aku bisa melihat di dalam dirimu ada 'roh' dari Sekte Pedang Perang."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Qin Wentian menarik tombak kunonya ketika sebuah kekuatan yang besar menjatuhkan Lou Bingyu dari jalan menuju pagoda itu.

Saat Qin Wentian menatap Lou Bingyu yang sekarang berada di tanah, ekspresi di wajahnya tetap setenang air. Pemuda itu memiliki prinsip-prinsipnya sendiri, dan Kaisar Insani memiliki kebanggaan dan semangatnya sendiri. Ia percaya bahwa ayah angkatnya akan memahami keputusannya.

Mengenai pusaka itu, yang harus ia lakukan adalah bahwa suatu hari, ia harus membuat Penguasa Pedang Gunung Plum menundukkan kepalanya dan meminta maaf dan tidak menghancurkan masa depan seorang murid yang luar biasa dari Sekte Pedang Perang. Hanya itu yang bisa memuaskan kebanggaan dirinya, seorang Qin Wentian.

Tentu saja ada dua alasan lain mengapa Qin Wentian memilih untuk membiarkan Lou Bingyu hidup: Pertama, kalimat yang diucapkan Lou Bingyu, "Kita berdua berasal dari sekte yang sama, aku tidak ingin melukaimu. Menyingkirlah."

Kedua, tentu karena Lou Bingyu adalah seorang wanita, dan wanita yang sangat cantik saat itu. Mungkin Qin Wentian secara tidak sadar memutuskan untuk membiarkan dia hidup karena hal ini, tetapi tidak dapat dibantah bahwa fakta ini tidak mempengaruhi keputusannya. Bagaimanapun Qin Wentian adalah seorang lelaki.

Setelah Lou Bingyu jatuh ke tanah, matanya yang dingin bersinar dengan jejak keterkejutan. Ia mengangkat kepalanya dan menatap pemuda yang berdiri di atas pagoda, ia melihat Qin Wentian juga menatapnya tepat pada saat itu. Dari matanya, ia bisa melihat keteguhan hati, tekad, dan kebanggaan, serta keyakinan.

Qin Wentian terus melangkah naik. Setelah semua peserta lain tersingkir, tidak ada yang bisa mencegahnya naik ke puncak pagoda pusaka itu.

Cahaya putih keperakan menjadi lebih kuat dan semakin kuat dan bahkan membutakan mata Qin Wentian. Matanya menjadi sangat memicing saat ia meraih ke arah sumber cahaya. Namun, dia tidak berhasil meraih apa pun. Cahaya yang sangat keras itu menjadi semakin intens dan tiba-tiba, seberkas cahaya perak melesat ke tengah alis Qin Wentian dan menyebabkan rasa sakit yang menusuk merobek kesadarannya seolah-olah ada sesuatu yang mengalir ke dalamnya.

Yang mengejutkannya, sebaris kata-kata nyanyian muncul di benaknya. Cahaya keperakan itu menyebabkan lautan kesadaran Qin Wentian bergemuruh karena langsung bergema di dalam dirinya. Seluruh tubuhnya mulai bergetar hebat. Aliran kata-kata nyanyian itu tampaknya tidak dapat dipahami, namun setiap suku kata berisi dengan energi yang unik dan misterius yang tak tertandingi yang meresap ke setiap bagian tubuhnya.

Seiring dengan suara nyanyian dalam benaknya itu, energi astral Qin Wentian membuat pusaran dengan liar dan meledak seolah-olah ingin menembus batasnya sendiri. Yuanfu dan astral novanya bergetar hebat; bahkan garis meridian dan pembuluh nadinya bergetar. Darah yang beredar di tubuhnya berdesir seperti ombak lautan. Transformasi yang terjadi pada saat itu memenuhi setiap selnya dengan rasa sakit yang luar biasa. Dengan raungan kesakitan, Qin Wentian tanpa sadar memuntahkan seteguk darah segar.

Suara nyanyian itu semakin berantakan, sama sekali tanpa ritme. Hampir tidak mungkin untuk mengendalikannya; sepertinya itu adalah sumber energi yang bukan miliknya dan berniat untuk menembus dalam-dalam ke dalam lautan kesadarannya.

"Berhenti!" Pikiran Qin Wentian bergetar hebat, kemauannya yang kuat menghentikan dengungan nyanyian itu. Ia khawatir jika ia membiarkan nyanyian itu terus berlanjut, transformasi itu akan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan.