Gelombang kedua para pendekar dari Istana Marquis Gunung Timur lebih kuat dan lebih mengerikan dibandingkan dengan yang pertama. Cahaya dingin berkilau di mata mereka setelah melihat dataran yang dipenuhi dengan mayat. Setelah itu, hati mereka semua bergetar ketika menatap Qin Wentian dan Mo Qingcheng.
Mereka berdua berdiri di atas punggung Burung Vermilion dengan dua baris binatang siluman yang mengawal mereka di kedua sisi. Hanya kata 'mengguncang' yang bisa menggambarkan skenario seperti itu. Qin Wentian memegang sebilah tombak siluman jingga di tangannya dengan erat. Dia menatap lurus ke depan lalu dingin berkata, "Mati bagi siapa saja yang menghalangiku."
"Bumm!" Gelombang tekanan yang menjulang meledak, para pendekar gelombang kedua secara bersamaan melepas aura mereka yang mengerikan. Sebuah pedang besar menyapu dan berhenti tepat di depan Qin Wentian saat sebuah suara keras terdengar, "Hentikan langkahmu. Kami tidak akan membunuhmu, Marquis akan segera tiba."
"Mati!" Saat suara Qin Wentian mereda, Burung Vermilion Api itu memekik dan melesat. Seberkas cahaya tiba-tiba menembak dari paruhnya dan seketika, api suci menelan ruang yang menyebabkan teratai-teratai api suci terbentuk dan menyelimuti para ahli beladiri itu di dalamnya.
"Argh!" Suara penderitaan silih berganti terdengar. Seketika, semua orang mati. Mereka terbakar musnah karena panas yang mengerikan yang dilepaskan dari api suci itu. "Betapa dahsyatnya." Para penonton menatap burung vermilion itu. Api dari burung ini terlalu luar biasa dan mampu membakar segalanya. Tubuh Api Suci yang sangat besar membelah udara, sayapnya mengepak dengan marah dan ke mana saja api itu menyembur, hanya kematian dan kehancuran yang ditinggalkannya.
Wajah Qin Wentian setajam ujung pisau dan dingin. Monster perang astral yang dipanggilnya menyerbu di kedua sisinya melakukan pembantaian yang ganas. "Bumm!" Qin Wentian perlahan melangkah maju dan serupa sebuah embusan angin, ia langsung mendarat di hadapan seorang Penguasa Timba Langit tingkat enam lalu menusukkan tombaknya.
Seketika, rasa ngeri merasuki wajah-wajah para ahli beladiri itu. Lautan kesadarannya terombang-ambing ke dalam kekacauan dan ketika sebuah suara nyaring terdengar, tombak itu telah menembus otaknya dan membunuhnya di tempat ia berdiri. Qin Wentian tidak berhenti. Siluetnya terus melesat dan muncul kembali di berbagai tempat dan di mana pun tombaknya menghantam, yang tersisa hanyalah mayat-mayat. Para ahli beladiri gelombang kedua ini mati satu demi satu di tangan Qin Wentian.
Api Suci sedang mengunci ahli beladiri terkuat dari Istana Marquis Gunung Timur. Ia menggunakan api sucinya untuk menekan lawannya hingga terdesak dan memaksanya tak punya pilihan selain menghindar.
"Kurang ajar!" Dari kejauhan, sebuah teriakan menggelegar mengguncang langit. Semakin banyak gelombang ahli beladiri dari Istana Marquis Gunung Timur menyerbu ke sini. Bagaimanapun, Marquis Gunung Timur adalah seorang marquis. Meskipun ia memanjakan seorang anak idiot tapi kekuatannya tidak perlu meragukan. Orang-orang di Wilayah Suci Kerajaan semuanya mengejar kemajuan di dunia beladiri. Hal ini terbukti di Negeri Ye kuno. Kekuatan adalah segalanya, tanpa kekuatan, bahkan jika seseorang adalah keturunan bangsawan, orang itu tetap akan diremehkan dan tidak akan memiliki wewenang atau kekuasaan.
Dunia ini jelas merupakan dunia yang berorientasi pada kekuatan, tanpa kekuatan, semuanya hanya omong kosong dan ilusi. Bahkan jangan bermimpi tentang kekayaan, ketenaran dan keuntungan. Bahkan meski saat kau dilahirkan membawa sendok perak, kau akan kehilangan segalanya cepat atau lambat. Sebagai seorang bangsawan, Marquis Gunung Timur tentu saja memiliki wewenang dan kekuasaan. Bahkan jika fakta bahwa ia adalah seorang Pewaris Fenomena Surga diabaikan, para pendekar dari kediamannya juga sama banyaknya dengan awan. Dan sama halnya seperti saat ini, gelombang ahli beladiri lainnya datang menyerbu. Bahkan di antara mereka ada yang berada di tingkat tujuh dan delapan kondisi Timba Langit. Semua kekuatan mereka tak diragukan lagi. Setelah orang-orang itu tiba, mereka langsung mengepung Qin Wentian dan Api Suci. Tekanan yang dikeluarkan dari para ahli beladiri ini langsung terasa mencekik mempengaruhi mereka. Tak perlu melihat status Qin Wentian dan Mo Qingcheng, hanya karena melihat mayat rekan-rekan mereka yang bergelimpangan saja sudah cukup menyebabkan mereka langsung ingin membantai Qin Wentian.
"Bahkan jika kau adalah anggota Sekte Pedang Perang, kau tetap harus membayar perbuatanmu membunuh begitu banyak anggota dari Istana Marquis Gunung Timur." Salah satu di antara mereka memancarkan aura yang mengesankan. Pria itu tidak lain adalah saudara dari Marquis Gunung Timur. Kekuatannya ada di tingkat kedelapan Timba Langit dan sangat tirani. Wajar baginya untuk marah ketika melihat begitu banyak ahli beladiri dari istananya terluka dan mati.
"Wow wow wow, begitu banyak orang yang mau mengeroyok adik seperguruanku. Apakah kalian semua melakukannya karena kenyataan bahwa Sekte Pedang Perang-ku tidak memiliki banyak anggota?" Dari kejauhan, sebuah suara ledakan menggelegar, nada suara itu setajam ujung pedang yang menyebabkan hati orang-orang yang mendengarnya merasa ngeri.
Para ahli beladiri dari Sekte Pedang Perang telah tiba. Meskipun anggota Sekte Pedang Perang tidak banyak—hanya ada sekitar sepuluh orang. Penampilan mereka memberi tekanan yang luar biasa bagi para anggota dari Istana Marquis Gunung Timur. Istana Marquis Gunung Timur cukup tangguh dan dimiliki oleh kelas bangsawan Ye kuno, jika dibandingkan dengan sembilan sekte besar, mereka sepenuhnya berada pada tingkat yang berbeda. Hanya Qin Wentian seorang saja sudah memberi mereka begitu banyak masalah dan sekarang ditambah lagi dengan fakta bahwa anggota lain dari Sekte Pedang Perang telah tiba. Bagaimana mungkin para ahli beladiri dari Istana Marquis Gunung Timur berani membuat gerakan yang gegabah.
"Kalian semua pastilah anggota Sekte Pedang Perang. Namun, Wilayah Suci Kerajaan tentu saja memiliki seperangkat aturan yang harus diikuti. Memangnya kalau Sekte Pedang Perang terus bisa melakukan tindakan yang terlalu berlebihan? Pemuda ini telah membunuh keponakanku, tindakannya terlalu kurang ajar—dia bahkan membunuh seorang anggota bangsawan di ibukota kerajaan Ye? Apakah Sekte Pedang Perang tetap ingin melindunginya?" Saudara laki-laki Marquis Gunung Timur itu berbicara dengan nada geram sambil memancarkan aura yang kuat. Duan Han mengambil langkah maju dan langsung muncul di belakangnya dengan pedangnya yang sudah terhunus. Pedang ini tipis dan memancarkan rasa dingin yang menusuk tulang. Tubuh pedang itu sehalus air yang mengalir dan ada beberapa warna hitam yang tercetak di atasnya yang memberi kesan bahaya yang sangat pekat.
"Putra Marquis Gunung Timur tidak menghormati Perawan Suci dengan kata-katanya. Karena adik seperguruanku dan Perawan Suci adalah sepasang kekasih, wajar kan jika dia membunuhnya? Jika orang-orang dari Istana Marquis Gunung Timur berani ikut campur, aku akan menganggap bahwa Istana Marquis Gunung Timur mendukung tindakan Dongshan Jin, yang bersalah karena membelanya. Maka jangan salahkan aku jika aku memusnahkan seluruh istanamu." Setelah Duan Han mengayunkan pedangnya, aura pembunuh menyembur dalam jumlah yang sangat banyak dari tubuhnya. Gelombang kekuatan pedang yang menyesakkan menekan orang-orang dari Istana Marquis Gunung Timur, bahkan yang terkuat dari mereka juga gemetar ketika merasakan tekanan yang menakutkan. Mereka tahu bahwa orang ini adalah Duan Han, murid istimewa kesembilan Penguasa Pedang Ling Tian.
Kata-katanya mengandung beban yang sangat berat, ini sudah bukan lagi masalah membunuh Dongshan Jin. Jika mereka ikut campur, mereka semua akan bersalah karena membelanya. "Benar-benar kurang ajar, seperti yang diharapkan dari seseorang dari Sekte Pedang Perang. Meskipun Sekte Pedang Perang memiliki sembilan gunung, para murid dari setiap gunung semuanya bersatu. Meskipun anggota mereka adalah yang paling sedikit dari sembilan sekte besar, mereka semua sangat saling melindungi satu sama lain. Hari ini, tampaknya kabar mengenai sikap mereka itu semuanya benar." Para penonton diam-diam menghela nafas kagum. Hanya satu kalimat dari Duan Han benar-benar telah menghancurkan dominasi kehadiran para ahli beladiri Istana Marquis Gunung Timur sebelumnya.
Ekspresi Dongshan Teng, paman dari Dongshan Jin, sekarang menjadi benar-benar pucat. Namun saat ini, rasa dingin di mata Qin Wentian berada pada batasnya. Dia terus melangkah maju, niat membunuh yang keluar darinya tidak menghilang sedikit pun. Api Suci melindunginya dari depan sementara Mo Qingcheng ada di sampingnya. Mereka benar-benar melewati gelombang para ahli beladiri dari Istana Marquis Gunung Timur dengan kekuatan, ia ingin melihat siapa yang masih berani menghalanginya.
"Tempat ini adalah wilayah Ye kuno-ku, bagaimana kami bisa menahan kesombonganmu? Ingin pergi begitu saja setelah membunuh orang-orang kami? Bahkan jika Sekte Pedang Perang menyalahkan kami di masa depan, apakah Sekte Pedang Perang yang ternama dan prestisius itu akan membuat Istana Marquis Gunung Timur kami sebagai bulan-bulanan?" Dongshan Teng berteriak dengan suara keras. Setelah itu dia mengulurkan tangannya dan meraih ke arah Qin Wentian. Sebuah jejak telapak tangan raksasa terwujud dan menyebabkan sebuah suara gemuruh terdengar.
"Mati!" Duan Han berteriak, aura pembunuhannya sangat menakutkan. Bayangannya melesat bergerak seperti embusan angin. Setelah itu pedang hitamnya menebas dan menyebabkan sebuah benang hitam terwujud lalu membelah ruang dengan mudah. Wajah Dongshan Teng mengalami perubahan drastis, dia hanya merasakan pandangannya menjadi gelap seolah-olah matanya kehilangan penglihatan. Ia langsung menarik telapak tangannya tetapi semuanya sudah terlambat. Desing suara terpotong terdengar saat salah satu lengannya terputus.
"Beraninya kau?!" Dongshan Teng berteriak marah. Duan Han mengambil langkah maju dan membuat sebuah cahaya hitam terwujud. Cahaya meredup di tempat Duan Han berdiri, saat gelombang kegelapan turun. Dongshan Teng seolah-olah menjadi orang buta, meskipun matanya terbuka, hanya kegelapan yang ada di depannya. Angin yang sangat berbahaya menerpa, tanpa jejak kehadirannya. Wajahnya memucat, dan setelah itu, orang banyak hanya melihat garis darah yang membentang. Kepala Dongshan Teng langsung terbelah menjadi dua bagian. Sebilah pedang telah mencabiknya. Di arah lain, pertempuran sudah meletus. Namun demikian, sebagian besar pandangan dari para penonton semuanya mendarat pada pedang Duan Han. Pedang itu terlalu kuat, terlalu tajam, terlalu besar, terlalu menakutkan. Duan Han hanya menebas dua kali. Serangan pedang pertama memotong lengan lawannya, serangan pedang kedua membelah kepala lawannya.
"Adik seperguruan mari kita pergi." Duan Han menatap Qin Wentian. Qin Wentian memandang Duan Han lalu mengangguk. Burung Vermilion Api memimpin jalan ketika mereka terus melaju, dan ke mana pun mereka lewat, darah segar akan berceceran di udara. Para anggota Sekte Pedang Perang memulai pembantaian habis-habisan, qi pedang mereka menghancurkan seluruh ruang, tidak ada yang bisa menahannya. Para penonton tanpa sadar gemetar ketika menyaksikan dengan ketakutan di mata mereka. Sebuah gagasan terlintas di benak mereka—Istana Marquis Gunung Timur telah dimusnahkan. Sekte Pedang Perang bahkan tidak menyisakan mereka dan menyapu para ahli beladiri dari Istana Marquis Gunung Timur dengan dominasi total. Tidak ada belas kasihan yang ditunjukkan sama sekali.
Dalam sekejap mata, medan perang itu telah benar-benar dibersihkan. Baru kemudian kelompok orang ini melanjutkan perjalanan kembali ke istana kerajaan. Meski begitu, niat membunuh mereka belum memudar. Mereka sudah tahu seluruh proses apa yang telah terjadi. Dalang semua ini tidak diragukan lagi adalah Ye Kongfan. Jika begitu, Sekte Pedang Perang mereka pasti akan membuat Ye Kongfan bertanggungjawab. Siapa yang peduli dengan fakta bahwa Ye Kongfan adalah putra Raja Qi? Siapa yang peduli dengan kenyataan bahwa ini adalah wilayahnya? Siapa yang peduli bahwa ia berasal dari Sekte Guntur Ungu? Jika pembalasan dendam ini tidak dilakukan, bagaimana mungkin mereka masih memiliki muka untuk menjadi anggota Sekte Pedang Perang? Setelah merasakan aura pembunuh mereka, banyak orang bergetar ketakutan. Tapi meskipun begitu, mereka semua masih mengikuti di belakang Sekte Pedang Perang. Mereka ingin tahu bagaimana akhir dari permasalahan ini.
Dari kejauhan, suatu kekuatan yang mengesankan menyembur. Kali ini, aura milik kekuatan tak tertandingi dari seseorang yang berada di kondisi Fenomena Surga. Dalam sekejap, sebuah rasi bintang raksasa muncul tepat di udara. "Marquis Gunung Timur telah tiba." Hati banyak orang bergetar. Namun Sekte Pedang Perang tidak berhenti. Mereka terus melaju. Sebuah payung muncul di tangan Qin Wentian, payung ini berisi energi petir yang menakutkan di dalamnya. Qi perusak yang mengalir di sekitarnya menimbulkan ketakutan di hati orang-orang, benda ini tidak lain adalah senjata dewa tingkat kelima yang ia dapatkan dalam ujian masuk sembilan sekte besar ketika ia masih berada di Kota Raja Xuan. Ini pada awalnya adalah senjata dari seorang ahli beladiri dari Sekte Guntur Ungu, tetapi akhirnya dikuasai olehnya. Duan Han mencengkeram tangannya, wajahnya tampak sangat dingin dan menatap sosok di depannya dengan niat membunuh yang tak disembunyikan.
Marquis Gunung Timur secara langsung telah memimpin para ahli beladiri itu untuk menyerang. "Putraku!" Marquis Gunung Timur meraung marah dengan kalap. Tatapan sedingin es melesat saat niat membunuhnya menelan langit dan bumi. "Bukan hanya kalian semua membunuh anakku, kau bahkan telah membunuh orang-orang dari Istana Marquis Gunung Timur-ku. Karena itu, bahkan jika aku harus meninggalkan Ye dan diburu oleh orang-orang dari Sekte Pedang Perang, aku tetap harus membunuh semua kalian. Kalian semua harus bersujud di hadapanku."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Marquis Gunung Timur langsung menyerbu maju. Siluet Qin Wentian melesat ketika payung di tangannya menyebabkan gelombang petir perusak meledak. Marquis Gunung Timur meraung murka, ia mengangkat tangannya dan menebaskannya dengan cepat membuat cahaya astral dari rasi bintangnya menyorot turun. Sebuah pedang raksasa terbentuk dari cahaya yang menembus langit lalu melepaskan sebuah sambaran petir yang menghancurkan melanda kawasan itu. Dan pada saat yang sama, Duan Han dengan dingin memberi perintah, "Bunuh!"
Saat suaranya mereda, langit langsung meredup karena kegelapan menyelimuti daratan. Para anggota dari Sekte Pedang Perang maju bersama dan menebas maju dengan pedang mereka. Niat pedang mereka bergabung dengan Duan Han dan membentuk formasi pedang. Duan Han meraung saat ia melangkah maju dan menebas dengan pedangnya. Kerumunan itu hanya melihat seberkas cahaya putih yang memecah kegelapan, membuat cahaya itu sekali lagi membanjiri tanah. Setelah itu, satu-satunya yang mereka lihat adalah wajah Marquis Gunung Timur yang pucat dipenuhi ketakutan.
"Jlebb!" Berkas sinar pedang menyorot ketika kegelapan benar-benar menghilang. Tubuh Gunung Timur Marquis benar-benar terpotong menjadi dua. Keberadaan di tingkat Fenomena Surga itu langsung tewas tanpa sempat melakukan pertahanan. Luar biasa. Orang-orang ini dari Sekte Pedang Perang terlalu mendominasi!