Setelah itu, ada beberapa pusaka lainnya yang muncul dalam majelis itu, namun tidak satu pun di antaranya mampu membangkitkan minat Qin Wentian. Karenanya, ia tidak repot-repot untuk memperebutkannya. Ketika ia merebut pusaka itu, tentu saja hal itu bukan karena membiarkan emosinya mengaburkan penilaiannya. Dia hanya akan melakukannya demi pusaka yang sangat dia butuhkan.
"Majelis Perebutan Pusaka Pegunungan Surgawi diadakan setiap setengah tahun dan setiap kalinya berlangsung selama tujuh hari. Karena aku tidak perlu terburu-buru, aku akan tinggal dan melihat-lihat di sini untuk sementara ini." Qin Wentian bergumam pada dirinya sendiri. Setelah itu, ia berdiri, dan melangkah ke dalam kerumunan itu. Kerumunan itu segera membuka jalan untuknya, tidak ada dari mereka yang ingin terlibat dengan pria seperti Qin Wentian.
Mata Yin Cheng berkedip-kedip dengan cahaya dingin ketika menatap Qin Wentian yang kembali. Ia memberi tanda dengan jari-jarinya, dua ahli di tingkat kelima Timba Langit segera membuntuti Qin Wentian.
Tidak hanya itu, Qin Wentian bisa merasakan bahwa ada beberapa yang lain yang memantau pergerakannya juga. Pasti karena kuas ruang yang ia peroleh, membuatnya menjadi pusat perhatian banyak orang.
Qin Wentian menelusuri jalur gunung yang mengarah ke tempat ini, siluetnya melesat dan langsung terbang ke dalam lebatnya hutan di pegunungan itu. Beberapa saat kemudian, beberapa yang lain juga melesat ke langit dan mengikutinya dengan hati-hati.
Namun, Qin Wentian tidak merasa terganggu. Setelah beberapa saat, ia menemukan sebuah gua yang kelihatannya agak nyaman dan memasukinya, ia berencana menggunakannya untuk berkultivasi. Gua itu pasti pernah ditinggali oleh para Kesatria Bintang sebelumnya. Setelah memasukinya, Qin Wentian tidak langsung memulai kultivasi. Sebaliknya, ia menulis beberapa aksara dewa di tanah. Sesaat kemudian, ia menengadahkan kepalanya dan melihat ke luar, saat sebuah kilatan cahaya dingin mengerjap di matanya.
Seberapa kuat persepsi Qin Wentian? Dia tentu sudah merasakan bahwa selain dua penjaga Yin Cheng, masih ada sekelompok orang yang memantau pergerakannya. Di antara mereka, yang paling kuat tidak lain adalah Mahaguru Qiu. Sebelumnya, Mahaguru Qiu juga menginginkan kuas ruang itu. Tetapi karena kata-kata Putri Shang Yue, dia akhirnya memilih untuk melepaskannya, namun dia tidak pernah menyangka bahwa kuas ruang itu malah mendarat di tangan orang lain. Karenanya, benih keinginan untuk merebutnya bersemi di dalam pikirannya.
Langit berangsur-angsur telah menjadi gelap. Dan sebagian besar Kesatria Bintang itu sudah memasuki pegunungan dan berharap menemukan gua untuk beristirahat. Rupanya, mereka memiliki ide yang sama dengan Qin Wentian.
Selama tujuh hari itu, ada banyak yang mendirikan toko di sekitar kawasan untuk melakukan transaksi. Banyak pendekar berharap menemukan barang yang mereka butuhkan di sini, sehingga mereka tidak akan pergi begitu cepat. Setiap hari selama tujuh hari ini akan sangat hidup, jika seseorang melewatkan acara transaksi dalam kegiatan ini, mereka harus menunggu setengah tahun lagi untuk mengikuti kegiatan yang berikutnya.
Dan sekarang, di puncak gunung dekat gua Qin Wentian berada, siluet Yin Cheng muncul di sana. Tidak hanya itu, beberapa pengawal terlihat berdiri di sekelilingnya.
"Apakah dia masih di dalam gua?" Yin Cheng bertanya dingin.
"Ya, Tuan, setelah masuk, ia belum muncul lagi untuk keluar. Tidak hanya kita, Mahaguru Qiu juga sedang mengawasinya. Itu pasti karena kuas ruang itu." Salah satu penjaga melaporkan.
"Aku tidak ingin mengganggu klan dengan masalah sekecil ini. Namun, orang ini memiliki latar belakang yang tidak diketahui. Jangan tergesa-gesa, kita akan membiarkan Mahaguru Qiu melakukan penyelidikan untuk kita." Mata Yin Cheng menyorot dingin dan menatap di kejauhan, namun amarah yang dirasakannya terasa jelas oleh mereka. Tidak peduli siapa dia, pria berjubah putih itu telah mempermalukannya di depan umum. Dalam hal ini, ia harus mati.
Karena Qin Wentian memutuskan untuk tetap tinggal di situ, ia tentu memahami niat membunuh orang-orang seperti Yin Cheng disembunyikan rapat-rapat. Saat ini di dalam gua, ia menggunakan energi astral untuk menerangi tempat itu serta menciptakan layar astral, menghalangi jalan masuk dan menutup persepsi orang lain untuk masuk. Kecuali tentu saja, orang itu cukup kuat atau terampil dan mampu menghancurkan aksara dewanya.
Di bawah cahaya astral, Qin Wentian mengambil beberapa gulungan kuno yang masih kosong yang akan ia gunakan untuk menulis aksara dewa. Barang-barang itu tidak lain adalah barang-barang yang diminta oleh Qin Wentian kepada Song Jia untuk membelikannya.
Dengan sebuah niat kehendak, kuas ruang itu muncul di tangannya. Ketika ia membuka sebuah gulungan kuno, dia memasukkan energi astral ke dalam kuas itu lalu mulai menuliskan aksara dewa pada gulungan itu.
Namun, setelah beberapa saat, meski telah berkali-kali mencoba ia masih tidak berhasil. Sebagai percobaan yang gagal, Qin Wentian tidak menyimpannya dan langsung mencampakkan gulungan itu ke tanah. Bagaimana mungkin gulungan perpindahan ruang begitu mudah diciptakan? Meskipun ia memiliki tingkat pemahaman yang mendalam di bidang aksara dewa, ia masih tetap gagal meski telah mencobanya berkali-kali.
Untungnya Song Jia memenuhi perintahnya dan telah membeli sejumlah besar gulungan kuno untuk ia gunakan. Ini adalah satu-satunya alasan mengapa ia dapat terus mencoba menciptakannya setiap kali ia gagal.
Akhirnya, setelah puluhan kali mencoba, sebuah gulungan memancarkan gelombang energi ruang yang naik turun dengan kuat. Qin Wentian berdiri, mencengkeram gulungan perpindahan ruang di tangannya, saat sebuah senyum kelelahan terlukis di wajahnya.
"Meskipun Seni Kultivasi Mega Matahari sangat berharga, menggunakannya untuk ditukar dengan pusaka ini tidak merupakan kerugian bagiku. Sementara kuas ruang ini membuatku dapat menghasilkan gulungan-gulungan berharga ini yang bisa menyelamatkan hidup dalam keadaan terdesak. Bahkan, aku mungkin dapat mengambil beberapa gulungan perpindahan ruang ini untuk ditukar dengan sebuah pusaka berharga yang dapat menyelamatkan hidupku dan mendukung kultivasiku." Renung Qin Wentian.
"Namun saat ini, gulungan perpindahan ruang yang aku buat hanya akan bisa memindahkan seseorang dari jarak yang dekat. Jika bertarung melawan musuh yang sangat kuat, gulungan ini masih tetap tidak berguna." Qin Wentian bergumam, ia tidak berani membiarkan kesenangannya membuatnya lengah. Setelah menyimpan gulungan yang berhasil ia tuliskan itu, Qin Wentian masih terus berlatih.
Waktu terus merambat dan saat fajar tiba, beberapa siluet muncul di pegunungan itu. Banyak orang-orang ini datang untuk berbelanja, juga untuk melihat apakah ada peluang untuk merebut beberapa pusaka berharga. Dan sekarang, gua di mana Qin Wentian berada masih berada dalam pengawasan orang lain.
Saat ini, sebuah suara ringan seperti sesuatu yang sedang hancur terdengar. Di dalam gua itu, Qin Wentian duduk bersila meneruskan kultivasinya. Matanya tiba-tiba tersentak terbuka, menatap ke suatu arah tertentu saat sebuah kilatan cahaya dingin menyorot.
Dari sebuah gua di dekat Qin Wentian, sebuah sosok terbang keluar dan berdiri di angkasa. Orang ini adalah seorang lelaki tua, tatapannya beralih ke arah gua Qin Wentian saat ia berkomentar dengan senyum ringan di wajahnya, "Teman kecil, bagaimana kalau kau keluar agar kita bisa bertemu muka?"
"Apakah kau tidak tahu sopan santun? Tidakkah kau tahu bahwa sangat tidak sopan untuk merusak layar pelindung seseorang ketika ia berada di tengah-tengah kultivasi?" Dari dalam gua itu, sebuah suara merambat keluar. Langkah kaki orang-orang di dekatnya semuanya terhenti, ketika ekspresi ketertarikan muncul di wajah mereka. Mereka bisa merasakan bahwa akan segera ada pertunjukan yang menarik untuk ditonton.
Lelaki tua yang melayang di langit itu adalah seseorang yang sangat terkenal di Kota Raja Xuan. Dia adalah seseorang, seorang Mahaguru Aksara Dewa di puncak peringkat empat, dan secara luas dihormati oleh banyak orang. Tapi sekarang, apa yang ia lakukan di sini?
Tapi tentu saja, beberapa orang sudah tahu bahwa Mahaguru Qiu telah mencapai batas kesabarannya. Ia harus mendapatkan kuas ruang itu. Saat itu ia melepaskannya karena Putri Shang Yue, tetapi sekarang setelah kuas itu berada di tangan Qin Wentian, ia, sebagai mahaguru peringkat empat, serta seseorang yang berada di tingkat kelima Timba Langit, bagaimana mungkin tidak memiliki pikiran untuk merebutnya kembali?
"Hehe, aku minta maaf atas tindakanku. Namun, aku benar-benar memiliki sesuatu yang sangat penting untuk dibahas dengan teman kecil." Mahaguru Qiu tertawa.
Suara dari dalam gua itu terdiam sejenak. Tiba-tiba, sepatah kata memecahkan keheningan. "Enyah."
Wajah Mahaguru Qiu sangat masam. Bukan hanya dirinya, orang-orang di sekitarnya yang mendengar apa yang dikatakan oleh pemuda di dalam gua itu, semuanya tertegun. Siapa sebenarnya pendekar yang ada di sana? Ia ternyata berani menyuruh Mahaguru Qiu untuk pergi?
"Heh heh heh." Mata Mahaguru Qiu terlihat menyorotkan cahaya sedingin es. Bagaimanapun, dia adalah seseorang yang sangat terkenal. Namun sekarang, seseorang dari kalangan generasi muda berani mengusirnya? Mahaguru Qiu melangkah maju, dan langsung tiba di depan gua di mana Qin Wentian berada. Awalnya ia ingin menukar kuas ruang itu dengan pusaka miliknya, namun siapa yang mengira Qin Wentian bersikap kasar seperti ini? Karena itu ia tidak perlu membuang waktu lagi.
Dalam seketika, Mahaguru Qiu sudah berada di pintu masuk gua itu. Persepsinya menyapu ke dalam dan mengamati bagian dalam gua dengan cermat. Ketika 'melihat' aksara dewa yang terukir di lantai gua itu, bibirnya tidak bisa tidak mengkerut memunculkan senyum dingin dan tidak menyenangkan. Menuliskan aksara dewa di depannya? Apakah kepala pemuda sedang tidak beres?
Tanpa sedikit pun keraguan, Mahaguru Qiu langsung melangkah ke dalam gua itu. Saat ia masuk, telapak tangannya melepaskan serangan ke arah tertentu dan dengan seketika, sebuah cahaya terang memancar ketika aksara dewa di tempat itu hancur. Mahaguru Qiu berjalan semakin dekat, menghancurkan berbagai aksara dewa pada setiap langkahnya. Matanya berkedip dengan geli saat memandang Qin Wentian yang berada di depannya, "Anak muda, kau terlalu banyak menghayal. Kau ingin menahan orang tua ini dengan keterampilan aksara dewamu yang menyedihkan?"
Qin Wentian menatap Mahaguru Qiu, bibirnya melengkung dalam senyum seperti siluman yang jauh lebih dingin dari es. Melihat hal itu membuat Mahaguru Qiu mengerutkan kening, Qin Wentian menghentakkan kakinya ke tanah dan dalam sekejap, sebuah cahaya gemilang membanjiri daerah itu. Aksara dewa yang dihancurkan oleh Mahaguru Qiu itu lenyap sepenuhnya. Dan detik berikutnya, aksara dewa sejati yang telah ia persiapkan, memenuhi tempat itu.
Mata Mahaguru Qiu membelalak saat matanya bersinar tidak percaya saat melihat sesuatu yang tidak masuk akal. Ia menatap dengan seksama aksara dewa di sekelilingnya, "Ini adalah aksara dewa bertumpuk ganda?"
"Kau …." Mahaguru Qiu menatap Qin Wentian. Namun, bahkan sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, ia telah menghentakkan kakinya ke tanah dan melesat ke arah pintu keluar gua.
"Kau pikir kau bisa lari dariku?" Qin Wentian tertawa dingin. Dengan satu langkah saja sejumlah kekuatan pedang yang sangat banyak mengumpul dan sepenuhnya menutup pintu keluar. Qin Wentian tentu saja tahu bahwa Mahaguru Qiu mahir dalam aksara dewa. Dan ia menyadari bahwa jika ia memilih untuk menggunakan aksara dewa, Mahaguru Qiu pasti akan meremehkannya karena itu Qin Wentian membuat jebakan.
Dengan pencapaian Qin Wentian saat ini di dalam aksara dewa, bukan masalah baginya untuk membunuh seorang penguasa Timba Langit tingkat kelima di medan pertempuran yang telah ia persiapkan sebelumnya. Tetapi terlepas dari fakta ini, jika dalam pertempuran murni pun, Qin Wentian juga tidak takut menghadapi Mahaguru Qiu dalam cara langsung.
Hanya dalam sekejap, Mahaguru Qiu itu menghilang selamanya.
Mereka yang berada di luar tidak bisa melihat apa pun. Mereka hanya merasakan kekuatan pedang yang menjulang tinggi meledak, sebelum persepsi mereka semua tertutup. Tidak ada keributan lebih lanjut setelah itu, Mahaguru Qiu juga tidak keluar. Kalau begitu, apakah Mahaguru Qiu telah tewas?
Para penjaga Yin Cheng yang bertanggung jawab untuk memata-matai Qin Wentian saling bertukar pandangan dengan rasa takut yang jelas terlihat di mata mereka. Tidak heran pemuda berjubah putih ini berani menyinggung perasaan Putri Shang Yue. Ia juga benar-benar mahir dalam aksara dewa. Tidak hanya itu, pemahamannya juga tidak lebih lemah dibandingkan dengan Mahaguru Qiu. Jika tidak, bagaimana mungkin Mahaguru Qiu tidak berhasil keluar?
"Pergi dan laporkan kejadian ini." Salah satu penjaga itu berbicara. Detik berikutnya, penjaga lainnya mengangguk ketika ia segera melesat ke angkasa untuk melapor kepada Yin Cheng.
Di Majelis Perebutan Pusaka di lereng pegunungan, di area paviliun tempat para anggota dari berbagai kekuatan utama berkumpul, raut wajah Yin Cheng segera menjadi sangat tidak sedap dipandang ketika mendengar kabar tersebut. Pemuda berpakaian putih itu ternyata juga seorang Mahaguru Aksara dewa?
Tidak hanya Yin Cheng, Shang Yue juga mendengar informasi itu ketika penjaga melaporkan. Dia memahami kenapa pemuda berjubah putih itu begitu tertarik pada kuas ruang itu.
"Teruskan awasi dia, jangan biarkan dia meninggalkan gunung." Shang Yue dan Yin Cheng menyampaikan perintah yang sama kepada bawahan mereka. Kemudian, beberapa siluet melesat meninggalkan tempat itu dan terbang menuju gua tempat Qin Wentian berada.
Qin Wentian belum juga pergi, ia masih terus tinggal di gua untuk berkultivasi. Namun saat ini, sebuah kerutan muncul di wajahnya. Persepsinya merasakan bahwa ada beberapa orang yang tiba-tiba muncul di pegunungan di dekatnya itu dengan pandangan menatap tepat ke arahnya.
"Sungguh kurang ajar." Qin Wentian mengutuk dengan suara rendah. Memata-matai seseorang dan menyuruh orang lain memantau setiap pergerakan seseorang secara terus-menerus tentu saja adalah sesuatu hal yang tak menyenangkan.