Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 48 - Hukuman

Chapter 48 - Hukuman

Setelah Qin Wentian membentuk jiwa astral keduanya, Jiwa Astral Cetakan Mimpi, ia sekali lagi menggunakan teknik jarum akupunturnya untuk menyamarkan cahaya jiwa astral itu. Namun, kali ini, ia hanya mengurangi intensitas cahaya lingkaran emasnya saja.

Qin Wentian telah memikirkan hal ini sebelumnya. Dengan mempertimbangkan kekuasaan yang dimiliki Klan Ye di Ibukota Kerajaan, jika ia tidak menampilkan bakat yang cukup untuk menarik perhatian para tetua Perguruan Bintang Kekaisaran, akan sangat sulit baginya untuk berdiri sendiri melawan seluruh Ibukota Kerajaan. Ia tidak berani melepaskan cahaya emas murni dari jiwa astral yang terbentuk dari Lapis Langit kelima, karena jika bakatnya terbukti terlalu mengerikan, lawan-lawannya akan mencoba membunuhnya tak peduli berapapun yang harus dibayarkan.

Karena itu, kekhawatirannya mengarah pada situasi saat ini.

"Aku sudah lulus ujian Guru Mustang di Kota Langit Selaras, dan karena janji Perguruan Bintang Kekaisaran, aku bepergian sejauh ribuan li, menuju ke Perguruan Bintang Kekaisaran di Ibukota Kerajaan untuk mendaftarkan diri. Siapa yang mengira Janus tidak hanya menahan hakku untuk mendapatkan Medali Giok Bintang Kekaisaran, tetapi juga ingin aku mengikuti ajang pelatihan yang diselenggarakan oleh Persekutuan Sembilan Perguruan Bela Diri. Aku tidak punya pilihan selain setuju."

Dalam keheningan yang sangat, Qin Wentian berbicara tanpa gangguan. Hanya ada suaranya, bergema di udara.

"Dalam ajang pelatihan itu, Orfon mengumpulkan orang lain, mengejar kami dan mencoba banyak cara untuk membunuhku dan Fan Le. Mereka hampir berhasil, tetapi untung bagi kami, Fan Le membangkitkan Bakat Garis Darahnya, yang membuat kami bisa mengalahkan Orfon, dan berbalik mengejarnya."

"Namun, Orchon muncul pada saat itu dan menukar hitam dengan putih, mengatakan bahwa Fan Le dan aku ingin membunuh teman seperguruan kami sendiri. Padahal Orchon lah yang malah ingin membunuh kami! Jadi sekarang, aku, Qin Wentian, mengajukan pertanyaan ini kepada Anda: Siapa di Perguruan Bintang Kekaisaran yang akan membantu kami memberikan keadilan pada saat itu?"

"Setelah itu, Orfon sekali lagi mengumpulkan para pendekar kondisi Peredaran Nadi, mendesak kami hingga ke tanah terlarang di dalam Hutan Kegelapan. Untungnya, dewi keberuntungan tersenyum kepada kami, dan kami bisa kembali hidup-hidup setelah beberapa hari. Hal pertama yang ingin kami lakukan setelah selamat adalah kembali ke Perguruan Bintang Kekaisaran, dan menyelesaikan pendaftaran kami. Siapa yang mengira Orfon akan muncul dan mengisi hati kami dengan kemarahan dan kebencian? Karena mencari keadilan, aku menyerang dan membunuh Orfon. Aku akan menanyakan ini kepada Anda: Apakah ada yang salah dengan tindakan kami?"

Selain menunjukkan bakatnya, Qin Wentian memberikan penjelasan yang lengkap mengenai apa yang terjadi di dalam Hutan Kegelapan. Persepsi publik mulai bergeser, dan beberapa penonton mulai berpikir bahwa tindakan Qin Wentian dapat dibenarkan. Tidak ada yang salah dengan apa yang ia lakukan.

Dan menurut cerita Qin Wentian; bukan hanya bakatnya yang luar biasa, bahwa si Gendut, Fan Le, benar-benar memiliki Bakat Garis Darah, membuatnya juga menjadi seorang jenius yang mengerikan. Jika itu yang terjadi, Perguruan Bintang Kekaisaran tidak punya pilihan selain mempertimbangkan dengan hati-hati langkah apa yang ingin mereka ambil.

"Jika Perguruan Bintang Kekaisaran masih menganggapku bersalah, aku akan mencabut statusku sebagai murid Perguruan Bintang Kekaisaran. Lagi pula, aku belum menerima Medali Giok, jadi aku tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai salah satu siswa. Mengenai masalah membunuh Orfon, anggap saja aku adalah seorang penonton biasa yang datang ke sini untuk membalas dendam." Qin Wentian terus berkata, "Sekarang, apa yang ingin Anda lakukan?"

Saat suaranya hilang perlahan, jiwa astralnya yang bercahaya ditarik kembali. Namun, hati para penonton masih bergolak, tidak bisa tenang.

"Aku, Mustang, akhirnya mendapatkan siswa yang luar biasa. Jika Perguruan Bintang Kekaisaran ingin mengeluarkannya atau menganggapnya bersalah, aku tidak lagi melihat ada gunanya tinggal di sini sebagai guru." Mustang menatap Tangan Seribu, saat dengan tak acuh berseru. Hal ini membuat semua tekanan langsung mendarat di bahu Tangan Seribu, menempatkannya pada posisi yang sulit.

Tangan Seribu tidak berani gegabah. Ia harus bertindak cepat dan cermat. Dan ia segan untuk memberikan hukuman disiplin terlalu keras terhadap Qin Wentian, terlebih jika membiarkan Orchon membunuhnya. Jika ia tetap melakukannya, bukan tidak mungkin para tetinggi Perguruan Bintang Kekaisaran yang bisa saja diam-diam menyaksikan peristiwa ini akan malah berbalik menyalahkan Tangan Seribu.

Memikirkan semua ini, Tangan Seribu merasa sangat tertekan. Jika ia tidak menangani masalah ini dengan baik, akan ada banyak pendapat yang menyatakan ketidaksetujuan.

Tapi tentu saja, dibanding Tangan Seribu, orang yang paling tertekan tidak lain adalah Janus. Saat Qin Wentian menampilkan kedua jiwa astralnya, dia sudah tahu bahwa tidak mungkin Qin Wentian akan mati hari ini. Tidak hanya itu, mereka yang berada di jabatan manajemen di tingkat atas pasti akan menaruh perhatian lebih kepada Qin Wentian.

Janus, baru saja dengan bodoh dan sembarangan telah berurusan dengan seseorang yang memiliki potensi mengerikan.

Begitu pula Orchon, yang sangat membenci Qin Wentian dan tidak bisa menunggu untuk membuatnya hancur berkeping-keping. Masalahnya bermula dari keinginannya untuk mengambil hati Ye WuQue dan Klan Ye karena membantu membasmi 'duri kecil' itu. Baginya, ini sama sekali bukan sesuatu yang sulit untuk diselesaikan, tetapi Orchon tidak akan pernah berpikir bahwa kejadiannya malah berbalik, bahkan bukannya Qin Wentian yang mati, ternyata Orfon lah yang harus menjadi korban keserakahannya. Dan sekarang, semua orang mendukung tindakan Qin Wentian dan Fan Le. Bagaimana mungkin ia tidak menyimpan benci dan dendam kepada kedua cecunguk itu? Dan Bagaimana ia harus menjelaskan kematian Orfon kepada Klan Ou?

"Omong kosong!" saat itu, Tangan Seribu akhirnya berbicara. Yang mengherankan semua orang, pidatonya diarahkan pada Qin Wentian.

"Sungguh omong kosong! Karena kau telah memutuskan untuk mengikuti ujian Perguruan Bintang Kekaisaran dan berhasil lolos dari ajang pelatihan di Hutan Kegelapan, bagaimana mungkin kau tidak menjadi murid Perguruan Bintang Kekaisaran?" Tangan Seribu memarahi Qin Wentian, sambil melanjutkan, "Medali Giok hanyalah prosedur kecil, tidak ada yang perlu diributkan. Karena kau sudah memilih Perguruan Bintang Kekaisaran, tak ada satupun yang bisa membatalkan itu."

"Jadi, sebagai Tetua yang bertanggung jawab atas Komite Disiplin, adalah kewajibanku untuk menghukummu. Meskipun kau mengatakan bahwa itu demi membalas dendam, kenyataannya kau telah menciptakan keributan besar dan menginjak-injak reputasi Orchon dan Orfon. Aku telah memutuskan untuk memenjarakanmu selama satu bulan, dan pada saat yang sama, aku akan melakukan penyelidikan secara menyeluruh tentang masalah-masalah di Hutan Kegelapan. Jika seperti yang kau katakan, aku akan menganggap ini sebagai pertandingan pribadi antara kau dan Orfon, artinya kau tidak akan melanggar aturan perguruan."

"Tentu, jika sebaliknya apa yang kau katakan itu tidak benar, maka aku, aku akan, aku akan ...." Tangan seribu tergagap; jelas ia tidak memikirkan hukuman apa yang harus diberikan. Ia berhenti sejenak sebelum buru-buru menambahkan, "Kami akan menentukan hukumanmu di masa depan. Jadi untuk saat ini, kau ikut aku dulu."

"Mfff." Luo Huan menggerakkan tangannya untuk menutupi mulutnya, menahan tawanya menggema. Jejak kegembiraan terlihat di matanya; ini adalah pertama kalinya ia menyaksikan Tetua Tangan Seribu yang tidak memihak berada dalam situasi yang canggung.

Meskipun Tangan Seribu tampaknya mencaci-maki Qin Wentian, tetapi pada kenyataannya itu hanyalah sandiwara kecil, niat di balik kata-katanya sangat gampang dibaca semua orang. Tidak masalah apakah Qin Wentian telah berbohong tentang masalah ini di Hutan Kegelapan karena nantinya tidak akan ada hukuman akibat membunuh Orfon. Orfon mati sia-sia.

Selain itu, terlihat jelas dari kalimat Tangan Seribu bahwa ia tidak ingin kehilangan sosok Qin Wentian sebagai murid Perguruan Bintang Kekaisaran.

Qin Wentian dan Fan Le saling berpandangan dan tersenyum penuh arti. Hari ini, mereka akhirnya dapat membalas dendam.

Yang tersisa hanyalah tatapan Orchon sama menjengkelkannya seperti sebelumnya.

Si Gendut diam-diam berpikir bahwa jika ternyata mereka berurusan dengan Orchon juga, itu akan sempurna.

Tapi tentu saja itu hanya khayalan. Lagi pula, ia belum memiliki kekuatan yang cukup untuk menandingi Orchon. Prinsip si Gendut terhadap musuh-musuh yang lebih kuat darinya adalah; bahkan sepuluh tahun belum terlambat bagi seorang pria terhormat untuk membalas dendam.

Namun sebaliknya terhadap orang-orang yang kekuatannya sepadan, maka prinsipnya adalah seorang pahlawan tidak menunda untuk membalas dendam.

Jadi, mengenai Orfon, si Gendut memilih untuk menjadi pahlawan, tetapi mengenai Orchon, ia memutuskan untuk menjadi pria terhormat. Sungguh prinsip yang licin namun cerdas.

"Dan untukmu, kau akan dipenjara bersama dengan Qin Wentian sehingga kalian berdua dapat merenungkan kesalahan kalian." sementara si Gendut berfantasi menjadi seorang pria terhormat, Tangan Seribu menoleh padanya dan mengumumkan bahwa Fan Le akan dipenjara juga. Gendut mengangkat bahu dan menepuk Qin Wentian, "Seorang saudara harus berbagi keberuntungan dan bertahan dalam krisis bersama. Ini saudaraku Qin Wentian, jadi aku, Fan Le, pasti akan menemaninya."

Fan Le dengan bangga mengangkat kepalanya ketika menjawab dengan nada keras, seolah-olah ia takut tidak ada yang tahu bahwa ia adalah saudara laki-laki Qin Wentian.

"Sungguh tidak tahu malu."

"Si Gendut ini tidak punya sopan santun." bukannya kagum, para penonton malah mengumpat dalam hati.

Tentu, hanya Qin Wentian yang tahu bahwa bahwa mereka berdua telah berjuang bersama bertahan hidup di Hutan Kegelapan, sebelum menyadari bakatnya. Ia bisa memilih jalannya sendiri tanpa terlibat dalam kemarahan musuh-musuh Qin Wentian, tetapi sebaliknya ia memilih untuk tetap bersama Qin Wentian. Meskipun si Gendut ini tidak tahu malu, ia adalah seseorang yang benar-benar menghargai persaudaraan.

Para siswa dari Komite Disiplin membawa Fan Le dan Qin Wentian pergi, tetapi Mustang tidak khawatir. Ketika Qin Wentian mengeluarkan jiwa astralnya, ia sudah meramalkan bahwa hal ini akan terjadi.

Mustang melirik Janus sebelum membawa murid-muridnya pergi. Tidak ada lagi artinya jika siswa mereka bentrok. Meskipun demikian, peristiwa demi peristiwa hari ini telah tertanam di benak para penonton. Tidak membutuhkan waktu lama untuk berita ini dengan cepat menyebar di Ibukota Kerajaan.

"Namanya adalah Qin Wentian? Ia sangat gagah." seorang wanita muda menunjukkan keterpesonaannya saat memikirkan pemuda itu membunuh Orfon sambil mengabaikan konsekuensinya.

Orchon membawa mayat Orfon yang hancur saat ia pergi. Ia harus kembali ke klannya dengan cepat, karena para tetua klannya pasti akan segera mengetahui kabar ini. Ia belum menemukan alasan apapun bagaimana nanti menjelaskan semuanya, apakah dengan berbohong lagi, atau dengan bercerita apa adanya.

Hukuman Qin Wentian dan Fan Le adalah penjara, tetapi sebenarnya tempat mereka di penjara adalah halaman yang sangat elegan dengan aroma bunga yang menguar di udara. Bahkan ada jembatan indah di atas sungai kecil yang mengalir di tengah halaman.

Hal ini menyebabkan si Gendut berdecak keras. Akan sempurna jika ada beberapa gadis cantik menemani mereka.

Di lain tempat, Tangan Seribu saat ini sedang jengah menahan emosi. Pada saat itu, beberapa tokoh perguruan muncul di depannya, yang semuanya memiliki pengaruh tidak sembarangan.

"Tetua Tangan Seribu, aku memohon untuk bisa bertemu dengan Qin Wentian. Permintaan ini seharusnya tidak terlalu berlebihan, kan?" Seorang pria kekar berkulit gelap memandang ke arah Tangan Seribu sambil mengajukan permintaannya dengan sopan.

"Tangan Seribu, aku jamin aku tidak akan menyita banyak waktu. Aku hanya ingin mengobrol santai dengan Qin Wentian." tetua lain menatap Tangan Seribu mengajukan permintaan yang sama.

Melihat begitu banyak tokoh yang muncul di hadapannya, Tangan Seribu merasa sedikit pusing. Bagaimana mungkin ia tidak tahu niat mereka? Meskipun Qin Wentian sudah berada di Perguruan Bintang Kekaisaran, ia belum mengklaim Medali Gioknya, yang berarti ia belum memilih seorang guru. Artinya tokoh-tokoh ini masih memiliki kesempatan untuk 'merebut' Qin Wentian dari Mustang.

"Kalian bajingan." ketika itu, sebuah suara menghardik, membuat suara semua orang itu terdiam ketika mereka menoleh, melihat wajah hitam milik Mustang.

Meskipun semua tetua merasa sedikit malu dan canggung ketika melihat Mustang, mereka tetap memasang ekspresi tidak bersalah di wajah mereka.

"Hari ini adalah hari terakhir kompetisi penentuan peringkat, namun kalian semua malah berada di sini. Bagaimana siswa baru dapat memilih guru mereka? Saat ini, wakil kepala sekolah mengamuk dan meniup topinya, jadi kalian sebaiknya segera mengurusnya." Mustang mendengus dingin. Setelah Tangan Seribu membawa Qin Wentian pergi, Mustang dengan cepat menyadari bahwa hampir semua guru dan Tetua Perguruan Bintang Kekaisaran juga menghilang. Mustang sudah menduga, pasti mereka mengekor Tangan Seribu.

Ketika suara Mustang mereda, semua tetua dan guru beranjak pergi, menghilang dalam sekejap mata.

Tangan Seribu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit. Setidaknya sekarang lebih tenang.

Saat ia menatap Mustang, Tangan Seribu berkata, "Mustang, karena wakil kepala sekolah sedang mengamuk, akan lebih baik jika kau cepat-cepat pergi."

Sambil tersenyum, Mustang menjawab, "Oh, dia baik-baik saja sekarang. Ngomong-ngomong, apakah Tetua Tangan Seribu bisa mengizinkanku untuk bertemu dengan muridku, Qin Wentian? Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadanya."

Tangan Seribu tertegun mendengar kata-kata Mustang sebelum tertawa, "Mustang, wakil kepala sekolah sebenarnya tidak menyadari kalau guru-guru itu hilang, kan?"

Karena kebohongan Mustang telah terbongkar, ia tanpa sadar mengeluarkan tawa canggung. Tangan Seribu memelototi Mustang sambil menjawab, "Dasar gila. Anggap saja ini kemenanganmu. Baik, masuk saja."