Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 427 - Kemunculan Sosok Misterius

Chapter 427 - Kemunculan Sosok Misterius

Wajah Kaisar Ramuan dan juga sesepuh tua itu, semuanya tampak sangat jelek untuk dilihat. Qin Wentian telah mengganggu keberadaan kerangka iblis itu yang bersembunyi di bawah jurang.

"Siapa yang berani menggangguku?!"

Suara dingin menggema keluar langsung dari dasar jurang, begitu dingin sehingga bahkan suhu di sekitar wilayah itu turun beberapa derajat.

Kaisar Ramuan dan sesepuh tua menatap ke bawah, penghormatan yang dalam dan ketakutan bisa dilihat di mata mereka. Keduanya kemudian membungkuk dan bergumam, "Memohon kepada leluhur untuk pengampunan."

"Kalian benar-benar mengizinkan binatang tak berguna memasuki tempat suciku, mengganggu kultivasi ku? Apakah kalian tidak sanggup menangani masalah sepele ini? Cepat singkirkan makhluk tak berguna ini dan kalian segera enyah dari sini!" Suara itu bergema lagi, berisi keunggulan luar biasa, tidak tertandingi oleh apa pun di dunia. Suara itu meresap ke seluruh wilayah, jelas melayang ke arah telinga para penonton lainnya. Ketika mereka mendengarnya, seolah-olah mereka entah bagaimana memahami sesuatu.

Apakah keberadaan jahat yang bersembunyi di jurang mayat itu adalah leluhur purba dari Aula Kaisar Ramuan?

Mungkinkah dia yang sudah meninggal berabad-abad lalu, sedang mencoba menggunakan beberapa metode sesat dan terlarang untuk menjalani kelahiran kembali? Kelahiran kembali adalah sesuatu yang bertentangan dengan hukum surgawi, suatu tindakan tabu yang sangat besar. Aula Kaisar Ramuan mengatur murid-murid yang berbakat seperti Mo Qingcheng dan wanita lainnya, menggunakan banyak nyawa untuk melanggar hukum surgawi tersebut. Metode seperti itu benar-benar terlalu kejam.

Tapi lalu bagaimana? Demi kebangkitan leluhur purba mereka dari alam kematian, Aula Kaisar Ramuan tidak akan berhenti. Setelah leluhur purba mereka benar-benar dihidupkan kembali, seluruh Xia yang Agung pasti akan menjadi milik mereka untuk dikuasai.

Orang-orang dari Klan Chen, Klan Hua, dan Graha Pemburu Bintang, semua merasakan hati mereka membeku. Tanah suci Aura Kaisar Ramuan selalu menjadi rahasia yang ingin diungkapkan oleh kekuatan transenden lainnya, namun tidak ada yang pernah berhasil. Rahasia ini bahkan tidak diketahui oleh petinggi-petinggi dari Aula Kaisar Ramuan. Hanya mereka yang berada di garis atas kekuasaan yang mengetahui hal ini. Namun hari ini, semuanya terungkap karena tindakan Qin Wentian.

"Qingcheng."

Mata merah Qin Wentian menatap dengan penuh kekhawatiran. Dia mengangkat pedang sekali lagi saat dia menukik ke dasar jurang. Niat dan rintihan pedang siluman menyapu segala sesuatu, apa pun yang dilewatinya pasti mengalami kehancuran total, terkoyak menjadi kehampaan. Namun, kerangka itu tiba-tiba bergerak, cahaya iblis berkilauan di rongga mata kosongnya saat melirik ke atas. Seketika, banyak rantai kegelapan berwarna hitam membentang, menjebak pedang iblis saat menebas ke bawah. Suara berderit terdengar, rantai menunjukkan tanda-tanda pecah, namun, masih bertahan dengan kuat.

Qin Wentian telah mengeluarkan terlalu banyak kekuatan, bahkan darah di tubuhnya hampir kering. Dengan sisa-sisa kekuatannya sekarang, bahkan dengan pedang di tangannya, dia tidak cukup kuat untuk mengancam kerangka iblis yang menakutkan.

"Wentian," Mo Qingcheng memiringkan kepalanya, menatap burung siluman raksasa yang merupakan perwujudan dari Qin Wentian. Air mata tak henti-henti mengalir di wajahnya namun dia tak bisa berbuat apa-apa. Kerangka iblis itu masih melahap esensi jiwanya, dia dalam kondisi lumpuh dan tidak bisa bergerak sama sekali.

Sambil melayang, Kaisar Ramuan serta sesepuh tua itu turun ke bawah, beriringan dengan serangan api sembilan warna serta segel maut yang menakutkan menabrak tubuh burung siluman raksasa.

Burung raksasa itu bergetar hebat saat ia terus mengeluarkan darah segar, yang kemudian diserap oleh pedang siluman yang ada di cakarnya.

Pertahanan burung siluman raksasa itu sangat kuat, namun bahkan dengan pertahanan mengerikan itu, ia tidak mampu menahan serangan oleh Pewaris Fenomena Surga. Dengan sekuat tenaga, dia masih bisa menahan rasa sakit, apa yang tidak bisa dia tahan adalah ketidakberdayaan yang dia rasakan. Keputusasaan di mata Mo Qingcheng, yang berkilauan dengan air mata yang tidak tertumpah saat esensi jiwanya dihisap oleh kerangka iblis.

"Bodoh ... hiduplah dengan baik, kamu pasti tidak harus mati bersamaku …."

Wajah kuyu Mo Qingcheng tiba-tiba mekar dengan senyum cerah. Air mata terus mengalir di wajahnya, tetapi itu tidak merusak kecantikannya.

"Bertemu denganmu adalah hal terbaik dalam hidupku. Aku tidak menyesal. Betapa pun singkatnya waktu yang kita habiskan bersama, itu semua sangat indah." Mo Qingcheng bergumam ketika setitik api tiba-tiba menyala, muncul dari tubuhnya.

"Di Dunia Formasi Burung Vermilion, seni rahasia yang kamu peroleh pasti sebuah seni untuk transformasi siluman. Bagiku, seni rahasia yang aku peroleh memungkinkanku menggunakan api hidupku, memusatkannya ke dalam bentuk pil obat." Mo Qingcheng tersenyum manis, "Aku tidak ingin menggunakannya, karena aku tahu kamu tak akan pernah mengizinkanku untuk melakukannya. Tetapi sekarang, aku tidak punya pilihan lagi."

Nyala api semakin membesar ketika kekuatan hidupnya melonjak sementara kecepatan menghisap dari kerangka iblis itu juga semakin cepat. Namun, dari kejauhan, meskipun kerangka iblis itu jauh lebih kuat dibandingkan dirinya, itu tidak bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya.

Kekuatan hidup Mo Qingcheng yang tersisa dengan cepat mengembun ke dalam bentuk pil berwarna pelangi saat dia meludahkannya keluar dari mulutnya, ke arah burung siluman raksasa.

"Bodoh, ini api kehidupanku, ambillah agar kau tetap hidup …."

Mo Qingcheng terus tersenyum, tetapi tubuhnya merosot ke tanah saat dia jatuh pingsan. Qin Wentian menatap pil itu melayang, seketika semburan emosi membanjiri hatinya. Namun, ketika dia melihat tangan kerangka iblis itu menuju ke arahnya, Qin Wentian segera membuka paruhnya dan menarik napas, menarik pil obat ke dalam mulutnya, tetapi dia tidak menelannya.

Tubuh Mo Qingcheng dengan lembut diletakkan di salah satu dari delapan puluh satu undakan batu. Bahkan dalam ketidaksadaran, keindahan senyumnya tidak pernah pudar. Seolah-olah bahkan jika dia meninggal, dia ingin menunjukkan senyumnya yang paling indah, menanamkan dirinya ke dalam kenangan Qin Wentian. Rambutnya yang panjang acak-acakan, menutupi seluruh undakan batu, sementara bekas-bekas air mata yang tak tertumpah di matanya akhirnya mengalir, meluncur turun dari pipinya.

Meskipun dalam kehidupan ini dia akan segera mati, dia tidak lagi menyesal ….

"Bodoh." Dalam ketidaksadaran Mo Qingcheng, cahaya redup berkedip ketika suara telepatinya melayang ke atas.

"Bodoh, aku benar-benar tidak ingin mati.

"Aku benar-benar tidak mau.

"Tetapi bahkan jika aku mati, kamu masih harus bertahan hidup. Hiduplah dengan baik untukku."

Suara ini benar-benar terdengar di hati Qin Wentian, seolah ditransmisikan melalui pil yang telah disempurnakan Mo Qingcheng. Dia tidak ingin pergi, dia masih ingin bersama dengannya. Tapi demi Qin Wentian, dia secara sukarela memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara ini. Dia tidak punya pilihan lain.

"Aaaaaaaaaaaakkkh!!!!"

Raungan burung siluman raksasa menggema di seluruh ruang, menyebabkan langit dan bumi bergetar. Dia kemudian tanpa berpikir panjang segera mengayunkan pedang ke tubuhnya, tanpa memikirkan hidupnya lagi, mengasupi pedang siluman itu dengan lebih banyak darahnya.

Ratapan pedih dari pedang siluman membentuk resonansi dengan kesedihannya. Bahkan dengan api sembilan warna yang terus menerus membakar tubuhnya, Qin Wentian tiba-tiba merasakan gelombang kekuatan saat dia meluruskan pedang, mengarahkannya ke arah sesepuh tua yang berdiri di udara saat dia terbang ke arahnya.

Wajah tua itu berubah menjadi pucat. Di langit, cahaya dari rasi bintang turun dengan cepat. Dia secara eksplosif mundur sementara secara bersamaan melancarkan serangan Segel Kehidupan dan Kematian.

Namun sekarang, Qin Wentian tidak peduli. Dia hanya ingin kematian sesepuh itu.

Bum … bum … bum ….

Segel itu hancur satu demi satu, niat pedang itu terlalu kuat, kekuatan serangannya bahkan berhasil melukai si sesepuh tua, menyebabkan darahnya menyembur ke udara.

"Makhluk iblis."

Sesepuh itu mengaum dengan marah. Rasi bintang raksasa muncul di telapak tangannya saat dia meledak dengan itu.

"Bummmm!" Pedang siluman bertabrakan dengan rasi bintang, sementara area sekitarnya semua dihancurkan akibat benturan tersebut. Keduanya mengambil beberapa langkah mundur, sementara sesepuh tua mengalami batuk dengan lebih banyak darah, bahkan kekuatan di tingkat Pewaris Fenomena Surga pun terluka karena serangan Qin Wentian. 

Kaisar Ramuan kemudian melayang turun ketika api sembilan warna yang membakar burung siluman raksasa itu menjadi semakin besar, mengurung sayapnya di dalam penghancuran.

Burung siluman raksasa itu terus memekik, bukan dengan rasa sakit tetapi dalam kegilaan. Menghindari tebasan pedangnya, Kaisar Ramuan buru-buru mengambil langkah ke samping, tidak berani menerimanya secara langsung. 

Saat ini, sesepuh tua dan Kaisar Ramuan menatap Qin Wentian saat mata mereka berkedip dengan cahaya berbisa.

"Aku ingin kalian berdua mati."

Burung raksasa itu mengangkat pedang siluman yang ada dalam genggamannya dan menusuknya ke dalam tubuhnya sendiri, memungkinkan pedang siluman itu untuk meminum darahnya secara bebas tanpa batas.

"Bzzzz."

Qin Wentian menarik pedang itu dan dengan tarian penuh kegilaan berputar-putar di udara dalam lingkaran sebelum melemparkan pedang siluman itu seperti lembing, didukung oleh kekuatan putaran, menuju dua Pewaris. Pedang siluman berkilau dengan darahnya, berubah menjadi garis kemerahan, dalam sekejap tiba di depan tubuh lawan.

Wajah kedua Pewaris berubah menjadi sangat tidak enak dipandang, bahkan dengan kecepatan yang mereka miliki, mereka tidak punya cara untuk menghindari serangan ini.

Dengan menghentakkan kaki ke tanah, gelombang energi astral terkonsentrasi pada telapak tangan mereka dan meledak secara bersamaan, energi yang mereka keluarkan menyatu bersama sebelum berubah menjadi hamparan rasi bintang, bertabrakan dengan pedang siluman itu.

"Krak!"

Retakan muncul di hamparan rasi bintang saat pedang siluman menembusnya. Pedang yang tak berujung terus menembus, menghancurkannya tanpa henti. Suara gemuruh yang menggema berpaduan di udara ketika hamparan rasi bintang terkoyak, bahkan tidak berhasil menahan sedikit pun kekuatan pedang siluman.

"Enyah!" Kedua Pewaris dari Aula Kaisar Ramuan tidak punya waktu untuk menghindar, mereka hanya bisa meledakkan telapak tangan mereka ke depan secara bersamaan sebagai upaya untuk bertahan.

"Krasss ...."

Dampaknya, organ-organ dalam tubuh mereka bergetar hebat karena ledakan serangan itu, sebelum tubuh mereka terbanting ke tanah dan memuntahkan darah segar. Tapi walaupun begitu, mereka selamat dari serangan pedang siluman.

"Bummmm!"

Qin Wentian mendorong pedang siluman ke tanah saat niat pedang menyelimuti tubuh mereka.

Dua Pewaris Fenomena Surga menakutkan yang berdiri di puncak kekuatan Xia yang Agung telah menderita dalam kondisi yang menyedihkan. Aura mereka berfluktuasi, terluka sangat parah sehingga mereka bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berdiri dengan kaki sendiri.

Ketika tatapan para penonton bergeser ke Qin Wentian sekali lagi, Qin Wentian telah berubah menjadi sosok penuh darah, darah dari luka sayatan pedang silumannya sendiri dan darah dari luka akibat serangan lawan-lawannya. Sembilan api berwarna, masih menyala. Namun, rasa sakit dari luka bakar tidak artinya jika dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya.

Suara ledakan menggema saat burung siluman raksasa itu jatuh ke tanah. Mata merahnya menatap ke langit saat meludahkan pil obat yang diberikan Qingcheng padanya. Dia tidak mau menelannya, bagaimana dia bisa melakukan itu, menelan nyawa Mo Qingcheng demi hidupnya sendiri?

Air mata mulai mengalir keluar dari matanya, dia benci karena dia tidak cukup kuat untuk menyelamatkan Qingcheng, dia benci fakta bahwa bahkan dengan pedang siluman, dia tidak kuat untuk membunuh Kaisar Ramuan, tidak cukup kuat untuk menghancurkan seluruh Aula Kaisar Ramuan.

"Bunuh dia." Kaisar Ramuan berteriak penuh amarah, saat dia mengkonsumsi pil obat, perintahnya bergema di udara.

Dari kejauhan, ahli-ahli beladiri lain dari Aula Kaisar Ramuan tersadar. Mereka, yang semuanya dianggap sebagai karakter papan atas di Xia yang Agung, telah terpana oleh pertempuran sebelumnya.

Pada saat berikutnya, menanggapi perintah Kaisar Ramuan, beberapa orang maju menuju burung siluman raksasa yang terkapar di tanah.

Qin Wentian benar-benar berubah menjadi burung siluman raksasa purba. Jika mereka tidak membunuhnya hari ini, Aula Kaisar Ramuan, bahkan, semua kekuatan transenden di Xia yang Agung yang bermusuhan dengannya tidak akan pernah bisa hidup tenang dengan nyaman lagi.

Namun sesaat kemudian, fluktuasi energi yang sangat kuat muncul.

"Bzzz!" 

Sosok kecantikan tak tertandingi turun ke tanah di samping burung raksasa. Wanita ini bagaikan bidadari yang turun dari surga, dan ketika muncul, dia menaburkan butir-butir bersalju di tubuh burung raksasa, membebaskannya dari rasa sakit akibat luka bakar.

Dia kemudian berjalan lebih dekat ke burung raksasa sambil menatapnya, ketika perasaan yang tak terlukiskan berkembang di hatinya.

"Qing'er!"

Qin Wentian bergumam, dia tidak pernah berpikir bahwa sebelum dia meninggal, dia masih bisa melihat Qing'er untuk terakhir kalinya.

Namun Qing'er tidak menjawab, tangannya terlipat di dadanya sambil merapal mantra saat fluktuasi spasial yang menakutkan muncul. Rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, bekas darah bisa terlihat keluar dari sudut bibirnya.

"Membuka segel."

Suaranya tenang seperti biasa, tetapi tubuhnya bergetar keras seolah-olah ada monster yang menakutkan dalam dirinya mencoba melarikan diri. Dia batuk darah sebanyak sembilan kali sebelum akhirnya mendapatkan kembali kontrol atas dirinya, dan ketika para ahli dari Aula Kaisar Ramuan mendekat, mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa berjalan lebih dekat. Sebuah dinding tak terlihat yang terbentuk dari kekuatan ruang menghalangi jalan mereka.

Qing'er kemudian meletakkan telapak tangannya ke tubuh burung siluman raksasa itu.

"Pemisahan spasial!"

Gelombang energi spasial yang mengerikan menyapu, mengurung bara yang tersisa, memisahkan mereka dari Qin Wentian. Setelah itu, pemandangan yang luar biasa terjadi. Dia berjalan ke depan Qin Wentian saat dia berjongkok, menarik tubuh burung raksasa itu ke punggungnya, berniat untuk membawanya pergi.

Skenario ini menyebabkan dampak besar pada hati dan pikiran orang banyak. Seorang gadis dengan kecantikan tiada tara seperti itu mampu mengangkat tubuh burung raksasa itu?

"Ingin pergi begitu saja?" 

Dari dasar jurang, sebuah suara beraura iblis dan dinginnya kejahatan terdengar. Lengan kerangka iblis itu direntangkan, ingin meraih Qing'er. Dinding pemisah ruang spasial pecah dengan mudah ketika lengan kerangka mendekati. Qing'er meludahkan seteguk darah lagi namun dia tidak berniat kehilangan cengkeramannya atas burung raksasa di punggungnya.

"Ai …."

Di tengah-tengah udara, suara seseorang tiba-tiba bergema. Seketika, lengan kerangka pecah sementara sesosok tubuh dengan kedua tangan terlipat di belakang punggungnya, turun dari langit, melayang di atas burung raksasa.

Dari dasar jurang, tangan kerangka yang tak terhitung jumlahnya bergerak maju hanya untuk melihat sosok yang baru muncul itu melakukan hentakan kaki yang ringan di udara. Sesaat kemudian, tangan-tangan kerangka itu hancur menjadi debu oleh kekuatan hentakan kakinya. Sebuah kekuatan tertinggi, yang tak tertandingi telah hadir menyelimuti seluruh ruang ini.

Mata sosok ini bergeser ke arah Qin Wentian yang dalam bentuk burung raksasa yang terletak di punggung Qing'er. Matanya, berisi kelembutan seolah-olah dia sedang menatap seseorang yang sangat disayanginya.

"Menyeret pedang siluman dalam perjalanan seratus ribu mil. Semata-mata untuk menerobos Aula Kaisar Ramuan. Berubah menjadi burung siluman raksasa purba. Semangat yang ditunjukkannya, tidak kalah dengan dirimu saat itu ketika kita semua masih muda."

Sosok itu menatap langit ketika dia menghela nafas di dalam hatinya, menghidupkan kembali ingatannya dari masa lalu.

Matanya beralih sekali lagi ke burung raksasa saat senyum lembut terlukis di bibirnya. Kehangatan di matanya seolah-olah mampu melelehkan segalanya!