Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 388 - Mantera

Chapter 388 - Mantera

Zhan Chen telah jatuh. Posisi peringkat 4 menjadi kosong, dan begitu pertarungan peringkat selesai, susunan Peringkat Takdir Langit akan berubah.

Setelah pertarungan ini, Qin Wentian secara resmi masuk ke dalam tiga besar. Tetapi seperti apa urutan peringkatnya itu belum ditentukan.

Bailu Jing dan Bailu Yi keduanya memperlihatkan senyum di wajah mereka, dan bahkan sesepuh bermata besar di samping tertawa. Ia kemudian menambahkan dengan suara rendah, "Pemuda ini benar-benar melakukannya, masuk ke tiga besar. Dengan bakat seperti itu, masa depannya tak terukur."

Tetapi ketika tetua bermata besar itu berbicara, matanya juga menyiratkan sedikit kekhawatiran.

Zhan Chen bukan orang biasa, ia adalah kebanggaan Aula Kaisar Ramuan dan salah satu murid inti mereka.

Tetapi dalam pertarungan peringkat, Qin Wentian telah membunuhnya bagaikan seekor serangga kecil, tanpa mempedulikan akibatnya. Ia telah membunuh begitu banyak Pilihan Langit dari berbagai kekuatan transenden, bagaimana mungkin tetua bermata besar tidak khawatir?

Bahkan jika Qin Wentian berhasil memperoleh posisi pertama, dendam yang ia timbulkan pada kekuatan transenden itu pasti akan terbawa. Mereka akan menginginkan kematiannya.

Para jenius itu? Seseorang pasti harus membunuh mereka ketika mereka masih dalam gendongan, sebelum mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh.

"Saat ia mengungkap bakat dan potensinya seperti itu, aku tidak tahu apakah itu akan menjadi berkat atau bencana," ayah Bailu Yi menghela nafas.

"Mungkin itu sifatnya. Sejak awal sejarah, semua yang sukses akan memilih untuk tidak menekan hati mereka. Mereka berani mencintai, dan berani membenci, dan dengan menyerah pada emosi mereka, suasana hati mereka menjadi jelas dan tenang, tanpa simpul yang menghalangi kemajuan mereka. Bahkan jika seluruh dunia adalah musuh mereka, memangnya kenapa dengan itu? Mereka hanya akan mengambil langkah mereka. Kaisar Biru Langit pada waktu itu memiliki kepribadian yang sama dengannya, kepribadian yang membuatnya terbang tinggi di langit. Tapi sayangnya, kebencian yang ia kumpulkan akhirnya menjadi penyebab kejatuhannya."

Tetua bermata besar itu berbicara dengan suara rendah. Ada dua jenis orang yang akan menikmati kesuksesan besar dalam hidup. Jenis pertama, adalah orang-orang seperti Qin Wentian dan Kaisar Biru Langit, menunjukkan bakat mereka, tidak menekan hati mereka, melakukan apa yang mereka inginkan di mana pun dan kapan pun mereka menginginkannya. Jenis kedua, adalah mereka yang bisa menahan dan menanggung apa yang tidak boleh ditoleransi dan bertahan, berbohong kepada dunia dan bahkan kepada diri mereka sendiri, tampak seperti seorang pria yang sempurna, namun memiliki hati iblis. Orang seperti itu, memiliki hati sedalam malam, dengan sifat yang sangat menyeramkan.

Akar dari semua itu, sifat seseorang. Jika hati seseorang cukup kuat, tidak ada yang bisa menyebabkannya goyah.

Mo Qingcheng berdiri di sana dengan senyum cerah di wajahnya, ketika jubah putihnya berkibar-kibar ditiup angin, memancarkan aura kecantikan yang mengguncang dunia.

Ia melihat siluet yang berdiri di panggung arena itu, menatap pada sosok yang mewakili keajaiban dan harga diri dalam hidupnya. Sepanjang perjalanan hidupnya, pemuda itu telah mengalami banyak hal. Ia membunuh Hua Xiaoyun untuknya, dan hari ini, dengan mengalahkan Zhan Chen, pemuda itu telah memenuhi persyaratan yang diberikan oleh gurunya.

Semua penonton memperlihatkan kegembiraan di wajah mereka. Setelah Burung Vermilion Apinya melahap milik Zhan Chen, burung itu mengeluarkan aura amat sangat kuat sehingga bisa membuat hati orang lain gentar karena melihatnya. Saat ini, burung itu tampaknya sangat serupa dengan pemiliknya, Qin Wentian, mampu menyapu semua rintangan yang menghalangi jalan mereka.

Tatapan Qin Wentian perlahan beralih pada Si Qiong dan Chen Wang.

Chen Wang juga membuka matanya, dan beradu pandang dengannya. Seolah-olah busur listrik yang menakutkan bertabrakan di ruang di mana kedua pasang mata mereka saling terkunci.

"Hanya satu pertarungan lagi, dan aku akan berdiri di hadapanmu. Kuharap saat itu, kau akan dapat mencapai apa yang kau katakan, Tuan 'Nomor Satu'," kata Qin Wentian. Setelah mengalahkan Zhan Chen, ia akan berhadapan dengan Si Qiong. Jika ia kalah, dia akan berada di peringkat ketiga. Tetapi jika ia mengalahkan Si Qiong, ia akan berdiri di puncak panggung ini, dan berhadapan dengan Chen Wang.

Qin Wentian sama dengan Chen Wang, mereka berdua memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan pada diri mereka sendiri. Seolah-olah Si Qiong tidak memiliki tujuan lain selain menjadi batu loncatan bagi mereka.

Pernyataannya sama sekali mengabaikan keberadaan Si Qiong.

Ada yang berpikir bahwa Qin Wentian sombong, tetapi jika dia dikesampingkan, apakah itu Chen Wang atau Si Qiong, atau Shi Potian yang sudah kalah atau bahkan Zhan Chen yang sudah tewas, siapa di antara mereka yang tidak sombong?

Jika mereka tidak bisa percaya diri dengan kekuatan mereka sendiri, bagaimana mereka bisa tetap berdiri di panggung itu? Keyakinan adalah keyakinan, kekuatan yang akan membentuk takdir seseorang.

Wajah Si Qiong bertambah tajam saat memandang Qin Wentian. Betapa arogan, dengan mengatakan hal seperti itu kepada Chen Wang, ia benar-benar mengabaikan keberadaannya.

Ia, Si Qiong, muncul di sini hari ini karena juga ingin mendapatkan peringkat pertama, namun ia kalah dari Chen Wang. Ia bisa menerimanya, karena Chen Wang telah menghabiskan waktu lebih lama menekan basis kultivasinya sendiri untuk tetap berada di kondisi Yuanfu. Tetapi melawan Qin Wentian yang baru-baru ini melangkah ke tingkat kesembilan, bagaimana ia bisa kalah?

"Kalian semua akan mendapatkan satu hari istirahat, pertarungan berikutnya adalah Qin Wentian melawan Si Qiong," Pak Tua Tianji mengumumkan, ketika para penonton memandangnya.

Mungkinkah Pak Tua Tianji merasakan firasat sebelumnya? Apakah itu sebabnya ia mengatur agar Chen Wang bertarung melawan Si Qiong dulu?

Saat itu, Pak Tua Tianji mengumumkan agar Chen Wang dan Si Qiong bertarung lebih dulu, mayoritas penonton merasa bingung. Dan sekarang, mereka mulai melihat cahaya. Apakah Pak Tua Tianji melihat sesuatu ketika mengintip ke masa depan?

"Pak Tua Tianji bahkan dapat mengamati pergerakan rasi bintang dan meramalkan masa depan. Ia pasti tahu tentang masalah Qin Wentian yang menyembunyikan basis kultivasinya." Para penonton merenung, mereka yang memiliki jiwa astral khusus atau mereka yang sangat peka terhadap fluktuasi energi astral dapat memberitahu kultivasi orang lain hanya dengan sekilas pandangan, apalagi seseorang yang lebih kuat mengamati seseorang yang lebih lemah.

Pak Tua Tianji pasti memiliki kemampuan semacam itu, ia pasti sudah tahu beberapa lama bahwa Zhan Chen memiliki kemungkinan yang sangat tinggi untuk kalah dari Qin Wentian.

Dalam hal itu, apakah Pak Tua Tianji juga melihat kekalahan Si Qiong dari tangan Qin Wentian? Apakah ini alasannya mengapa ia memajukan pertarungan Chen Wang dengan Si Qiong?

Qin Wentian kembali ke tempat Mo Qingcheng dan Bai Qing. Setelah mengkonsumsi pil obat yng diberikan oleh Mo Qingcheng, luka Bai Qing sebagian besar sudah sembuh. Ia dengan manis menarik lengan pemuda itu lalu tersenyum, "Gege Wentian, kau sangat mengagumkan, kau sudah berada di posisi tiga besar!"

"Sebagai peringkat 5, kau sendiri tidak buruk. Tidak hanya itu, kau menyerah secara sukarela.'' Qin Wentian mengacak-acak rambutnya, membuat Bai Qing cemberut dan memelototinya. "Gege Wentian, aku bukan gadis kecil lagi."

Qin Wentian mengamati Bai Qing sejenak lalu seulas senyum muncul di wajahnya. Gadis kecil ini benar-benar telah tumbuh dewasa, ia bahkan lebih cantik dari kakak perempuannya dan dengan tubuh yang jauh lebih indah.

"Di mataku, tidak ada perbedaan."

Qin Wentian tersenyum dan melanjutkan mencubit pipinya, membuat Bai Qing memelototinya dengan ganas. Orang ini masih tetap sama, selalu mencubit pipinya dan mengacak-acak rambutnya, ia tidak berubah meskipun sudah bertahun-tahun berlalu. Betapa nakalnya.

"Hmff." Bai Qing mendengus, tetapi senyum yang sama segera muncul di wajahnya.

Itu adalah perasaan yang sangat menyenangkan baginya, seolah-olah ia kembali ke masa kecilnya, kembali ke kehidupannya yang tanpa dosa dan rasa khawatir. Duduk bersama Gege Wentian dan mengobrol santai.

Sudah berapa lama sejak ia mengalami kesenangan seperti itu?

"Kau harus segera memulihkan energi astralmu." Mo Qingcheng menarik lengan yang lain milik pemuda itu saat ia dengan lembut mengingatkannya. Qin Wentian menatapnya dan mengangguk, "Pertarungan sebelumnya tidak mengkonsumsi terlalu banyak cadangan energiku. Sekarang Pak Tua Tianji memberi kami waktu beristirahat satu malam, rentang waktu ini harusnya lebih dari cukup untuk memulihkan cadangan energi astralku."

"Jangan khawatir, aku tahu apa yang kau pikirkan. Aku akan menjaga diriku sendiri." Qin Wentian memegang tangan Mo Qingcheng erat-erat ketika mereka saling menatap dengan hangat. Mo Qingcheng tidak khawatir apakah Qin Wentian mendapatkan tempat pertama atau tidak, tapi ia mengkhawatirkan keselamatannya.

Qin Wentian duduk bersila saat beberapa batu meteor Yuan muncul di sekelilingnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, wadah Yuanfu-nya telah terisi penuh semuanya. Pada saat yang sama, ia memanfaatkan kelebihan energinya untuk mengubah maha energi yang lebih banyak untuk pertarungan besok.

Setelah beberapa waktu, Qin Wentian tiba-tiba membuka matanya. Baru-baru ini, ada terlalu banyak hal yang terjadi yang membuatnya merasa bingung, dan lebih dari sekadar ingin tahu.

Misalnya, siapa Yun Mengyi? Apakah ia benar-benar Putri Tianyu?

Dan ayahnya sendiri, saat itu ketika ia turun ke Xia yang Agung Kuno dan membawa seorang wanita. Apakah wanita itu Yun Mengyi? Dan jika begitu, maka Yun Mengyi seharusnya tidak semuda ini.

Jika ia ingin tahu, satu-satunya cara baginya adalah dengan menjelajahi melalui ingatan yang tersimpan di dalam partikel astral itu.

Saat ia memikirkannya, perhatian Qin Wentian meluncur kepada makhluk astral di dalam kesadarannya. Dengan berlimpahnya energi astral yang disediakan oleh batu meteor Yuan, ia sekali lagi tiba di suatu tempat dengan langit berbintang yang tak terbatas, dengan banyak potongan astral mengambang di sekitar atmosfer.

Setiap potongan itu berisi memori.

Sepanjang tahun-tahun ini, ia telah membuka beberapa ingatan dan perlahan-lahan menerima kenyataan bahwa pria paruh baya dalam ingatan itu adalah ayahnya. Potongan-potongan memori ini, semuanya menyangkut ayahnya.

Qin Wentian mulai membuka potongan memori itu satu per satu, mencari informasi tentang Xia yang Agung Kuno.

Beberapa saat kemudian, Qin Wentian menghentikan proses membuka, ketika ia mulai merapikan dan mempelajari potongan yang sudah ia buka. Dalam potongan-potongan memori ini, ia melihat sebuah paviliun elegan dengan seorang lelaki paruh baya duduk bersila, sedang berkultivasi. Di atas langit, kolom-kolom cahaya astral yang cemerlang turun ke bawah dan diserap oleh tubuhnya, ketika tiba-tiba, sebuah rasi bintang raksasa lahir di sebelah pria paruh baya itu dan bersinar dengan kecemerlangan yang luar biasa.

"Sungguh kuat." Qin Wentian tanpa sadar menarik napas. Namun pada saat ini, pria setengah baya itu terbatuk-batuk ketika rasi bintang yang terwujud itu tiba-tiba lenyap. Ia kemudian memuntahkan seteguk darah hitam saat wajahnya memucat. Terbukti, ia terluka parah.

Ia menatap langit, emosi frustrasi dan kekecewaan terlihat di mata pria paruh baya itu, sebelum emosi itu berubah kembali menjadi sebuah tekad. Tatapan itu, seolah-olah berubah menjadi pedang tajam yang menakutkan, menembak lurus ke atas kubah langit dan ingin membelahnya. Meskipun itu hanyalah kenangan, Qin Wentian bisa merasakan ketajaman yang begitu akut sehingga membuatnya takut.

Di belakang pria paruh baya itu, sesosok tubuh berjalan perlahan, dan setelah mendekat, sosok itu setengah berlutut di tanah, tetap tak bergerak.

Pria paruh baya itu menoleh sebelum berjalan untuk memandu sosok itu. Ia kemudian menepuk pundak sosok itu, seolah-olah sosok itu adalah teman yang sangat dekat yang sudah lama tidak ia temui. Namun terlepas dari tindakan pria paruh baya itu, masih tersimpan sedikit rasa hormat di mata sosok itu.

"Itukah dia ?!" Setelah melihatnya, jantung Qin Wentian berdetak kencang ketika gelombang-gelombang besar yang serupa dengan tsunami menabraknya.

Ujian Titian Menhir Langit, itu bukan suatu kebetulan. Itu adalah ujian yang dirancang untuknya, dan ditinggalkan untuknya.

Di samping pria paruh baya itu, sebuah siluet lain muncul, ia tidak lain adalah wanita yang sangat mirip dengan Yun Mengyi.

Dan saat ini, rekaman dalam potongan itu tiba-tiba berakhir.

Ketika Qin Wentian membuka matanya, sinar tajam berkedip-kedip di dalamnya saat ia menoleh, dan melihat sosok wanita yang saat ini berjalan ke arahnya. Orang itu tidak lain adalah Yun Mengyi.

Yun Mengyi melemparkan pandangan ke arah Mo Qingcheng, merasa terpana dan tak kuasa berkata-kata, mengagumi kecantikannya. Tidak heran Qin Wentian tidak tergoda olehnya, itu karena ia sudah memiliki pasangan seperti Mo Qingcheng.

"Aku punya beberapa hal yang perlu kubicarakan dengannya sendirian," Yun Mengyi berbicara dengan ringan. Mo Qingcheng memandang Qin Wentian sebelum mengangguk kecil dan menarik Bai Qing pergi.

"Katakan yang sebenarnya, siapa dirimu?" Tatapan Qin Wentian berubah sangat tajam saat ia bertanya.

"Aku sudah katakan sebelumnya, terserah apakah kau percaya atau tidak. Sekarang, aku akan memberikan mantera kepadamu," Yun Mengyi berkata, "Jika kau mengambil tiga potong Menhir Dewa dan membaca mantera ini, kau akan mendapatkan kekuatan untuk memanggil kehendak kuno. Ini akan memunculkan enam sisa potongan lainnya yang rusak dan menyatukannya menjadi satu bagian, tanpa cacat. Dan dengan pemulihan Menhir Dewa, barulah kau akan memiliki sembilan seni utama Xia yang Agung. Tapi perhatikan kata-kataku — sisa-sisa potongan itu masih dijaga ketat oleh enam dari tujuh klan besar yang masih hidup. Setelah kalian membuat keputusan untuk memanggil enam menhir lainnya, hasilnya mungkin bukan sebuah berkah, melainkan hanya membawa malapetaka!"