Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 346 - Obsesi Cinta

Chapter 346 - Obsesi Cinta

"Tablet Penembus Batas?" Qin Wentian mengamati botol di tangannya, dan merasa terkejut ketika mendengar nama itu. "Apakah tablet ini benar-benar dapat membantu orang yang mengkonsumsinya menembus ke tingkat berikutnya?"

"Mhm, selama pondasi kultivasimu cukup solid di tingkat Yuanfu, tidak akan ada masalah menggunakannya untuk menembus ke tingkat selanjutnya. Aku menyimpan satu untuk diriku sendiri juga, jadi dengan tablet ini, kita bisa bertemu lagi dalam pertarungan perebutan peringkat di akhir tahun." Mo Qingcheng mengedipkan matanya nakal, saat mata Qin Wentian menyala. Pemuda itu mendekatkan tubuhnya lebih rapat kepada Mo Qingcheng, yang juga tersenyum membalas.

"Pil obat yang menantang langit, aku yakin itu tidak mudah untuk dibuat. Pencapaianmu dalam hal peracikan obat telah melonjak begitu tinggi dalam beberapa tahun ini. Bagaimana kau melewati waktu selama tahun-tahun itu?" Qin Wentian merapatkan dahinya ke dahi gadis itu, suaranya yang lembut membawa jejak kehangatan ke hati Mo Qingcheng.

Sepertinya ia bisa membayangkan dengan baik berapa banyak upaya dan penderitaan yang telah dialami Mo Qingcheng untuk mencapai tingkatannya saat ini.

"Yah, seseorang sudah menjadi mahaguru tingkat keempat, bagaimana mungkin aku mau ketinggalan? Aku sendiri sudah menjadi tabib kelas empat. Karena beberapa alasan, setelah Hati Mistis Tujuh Lubangku terbangun, persepsi dan intuisiku tampaknya meningkat beberapa kali lipat dan menjadi sangat kuat."

Mo Qingcheng menyeringai ketika menceritakannya dengan santai, "Mahaguru tingkat keempat dengan tabib peringkat keempat, apakah kita tidak sangat cocok?"

Saat ia mengakhiri perkataannya, Mo Qingcheng merasa sedikit aneh, Qin Wentian terus menatapnya dengan mata yang hampir tidak menyembunyikan gairah yang membara, dan wajahnya ... sepertinya semakin dekat dengan miliknya.

"Apa?" Mo Qingcheng merasakan detak jantungnya semakin cepat, saat semburat rona merah samar menutupi pipinya. Bagaimana bisa ia menatap orang seperti itu? Apa artinya pandangan di matanya?

Qin Wentian merapatkan jarak di antara mereka, sampai kepalanya hampir menyentuh kepala Mo Qingcheng. Keduanya begitu dekat sekarang sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain saling menerpa wajah mereka. Mo Qingcheng membeku, saat jantungnya terus berdebar kencang.

Perasaan apa ini? Ia belum pernah segugup ini sebelumnya. Apa yang ingin dilakukan si bodoh ini?

Perlahan, dengan hati-hati, Mo Qingcheng merasakan seluruh tubuhnya ditarik ke dalam pelukan. Jantungnya hampir melompat keluar dari dadanya saat bibir mungilnya menempel kuat di bibirnya. Dan begitulah sebuah ciuman manis dari seorang perawan kecil yang menyedihkan dari negeri Chu itu telah didapat secara paksa oleh seorang penjahat nakal.

Hanya setelah beberapa tarikan napas baru bibir mereka terpisah, dan yang membuat Mo Qingcheng tertegun, penjahat itu tampaknya belum merasa cukup. Pemuda itu harus memaksakan dirinya untuk berbalik, dan ketika ia mendapati dirinya bersandar lagi, ia segera menoleh untuk menatap ke arah sungai itu dan berkata dengan suara rendah, "Pemandangan yang begitu indah."

"...."

Mo Qingcheng memelototinya. Pemandangan? Terlalu bodoh, betapa buruknya cara mengubah topik pembicaraan seperti itu.

Qin Wentian dengan lemah menoleh ke belakang, dan melihat mata Mo Qingcheng yang menggerakkan jiwanya, ia menyeringai lemah. "Qingcheng, ada apa?"

Mo Qingcheng mengulurkan tangannya dan meletakkannya di pinggang pemuda itu sebelum ia mulai mencubitnya dengan marah.

"Hmph."

"Qingcheng, aku hanya tidak ingin kamu memarahiku dan mengatakan bahwa aku bodoh lagi." Qin Wentian mencoba yang terbaik untuk menjelaskan. Mo Qingcheng terkikik, melepaskan cubitannya lalu menjawab, "Lalu apa yang ingin kau lakukan untuk memberikan ganti rugi kepadaku?"

"Er ...." Wajah Qin Wentian dipenuhi dengan garis-garis hitam. "Bagaimana ... aku bisa menggantinya?"

"Dasar bodoh." Tawa Mo Qingcheng berkilau memenuhi udara. Ia menyibak rambutnya ke samping, dan bahkan gerakannya yang paling sederhana pun dipenuhi dengan keindahan dan keanggunan yang membuat seseorang terdiam. Dan Qin Wentian dibiarkan tertegun — tangan Mo Qingcheng memeluk lehernya saat gadis itu secara sukarela mencondongkan tubuhnya untuk menciumnya, dan rela menyerahkan dirinya ke dalam cengkeramannya yang nakal.

Qin Wentian memejamkan mata, hanyut dalam perasaan yang mendalam dan cinta yang mereka bagi bersama tak terbatas. Hatinya meleleh ketika memeluk gadis di hadapannya itu. Mereka saling memagut dan mengunci bibir mereka, merasakan emosi mendalam satu sama lain dari dalam lubuk hati terdalam.

Detak jantung yang berdebar kencang bisa jelas terdengar, seolah-olah sedang menciptakan sebuah melodi cinta.

Sekian lama waktu berlalu sebelum mereka melepaskan ciuman itu. Wajah Mo Qingcheng dipenuhi dengan rasa malu dan rona kemerahan saat ia menatap Qin Wentian. Ia menyandarkan kepalanya di dadanya, diam-diam menonton aliran sungai yang gemericik saat ia mendengarkan setiap detak jantung Qin Wentian.

Senyum berseri-seri menyinari wajah Qin Wentian saat arus kehangatan yang tak berujung mengalir ke dalam hatinya. Semua upaya yang ia lakukan dan segala hal yang ia alami, telah sepadan.

Ia menikmati perasaan saat mendekap gadis itu erat-erat sambil menyaksikan aliran sungai yang menenangkan bersamanya. Pada titik ini, kata-kata sudah tidak diperlukan lagi, mereka berkomunikasi menggunakan hati mereka.

Satu jam telah berlalu, terasa singkat seperti sedetik. Mo Qingcheng dengan enggan meninggalkan pelukan Qin Wentian yang hangat, saat matanya memerah. Setetes air mata bergulir di wajahnya, namun matanya juga mengerjap dengan senyum yang menanggung cinta.

"Jika saja waktu berhenti mengalir, dan meninggalkan kita dalam momen yang indah ini, betapa luar biasanya itu." Mo Qingcheng menghela nafas.

Mendengar ratapan dengan ucapannya, Qin Wentian hanya merasakan sakit yang tak terlukiskan di hatinya. Ia menjawab dengan lembut, "Ini semua salahku, aku belum cukup kuat. Aku tidak memiliki kekuatan untuk mempertahankanmu di sisiku."

Ketika Mo Qingcheng mendengar kata-kata Qin Wentian, ia berdiri dan meletakkan jarinya di bibir pemuda itu. "Kau tidak diizinkan untuk mengatakan hal seperti itu lagi."

"Baik, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Tapi aku pasti akan berusaha lebih keras, kau adalah segala-galanya bagiku." Qin Wentian melihat jejak air mata di sudut-sudut mata Mo Qingcheng, dan merasakan keinginan intens yang tak tertandingi muncul di hatinya. Sebuah obsesi untuk menjadi lebih kuat lahir dari kedalaman hatinya.

"Aku percaya padamu, aku selalu percaya padamu." Mo Qingcheng tersenyum. Hanya satu senyuman darinya menyebabkan keindahan pemandangan di sekitarnya menjadi meningkat.

"Dalam pertarungan perebutan Peringkat Takdir Langit nanti, kau harus mengalahkan Zhan Chen. Guru telah berjanji kepadaku bahwa jika kau mengalahkannya, ia tidak akan pernah ikut campur lagi ketika aku ingin mencarimu."

"Pasti." Qin Wentian mengangguk. Ia tersenyum dan melanjutkan, "Jangankan Zhan Chen, bahkan jika aku harus bertarung melawan seluruh Aula Kaisar Ramuan, aku masih tidak akan peduli."

"Aku akan menunggumu …." Mo Qingcheng perlahan berdiri, dan menarik tangannya lalu berkata, "Aku akan kembali ke kediaman dulu, tapi kau bisa tinggal di sini sebentar lagi. Setidaknya dengan cara ini, aku masih bisa melihatmu dari paviliun. Bahkan jika Guru mengetahuinya, dia tidak akan mengatakan apa-apa."

"Baik, aku akan berada di sini kalau begitu." Qin Wentian mengangguk. Mo Qingcheng dengan enggan melepaskan cengkeramannya lalu berbalik dan berjalan kembali ke arah paviliun.

Qin Wentian menatap kepergian Mo Qingcheng saat perasaan pahit yang tak terlukiskan memenuhi hatinya.

Kembali ke masa mudanya ketika ia pertama kali mengalami perasaan cinta ini, semua berawal dari ketika Qingcheng memanggilnya 'Bodoh' ketika mereka bersama mengagumi pemandangan yang dipenuhi salju. Benih-benih cinta memunculkan tunas di hatinya saat itu.

Dan sekarang, benih ini secara perlahan telah berkecambah, tumbuh lebih besar dan lebih kuat.

Ia tahu bahwa Mo Qingcheng akan selamanya berada di hatinya, tidak terhapuskan, tidak bisa lekang.

Cinta adalah sesuatu yang aneh dan mempesona. Berkelingan dalam kehangatan, dan terkadang juga dengan rasa sakit.

"Huff ...."

Qin Wentian menarik napas dalam-dalam dan perlahan berbalik. Ia tetap duduk di sana, ketika obsesi di dalam hatinya tumbuh semakin kuat. Air mata yang mengalir di wajah Qingcheng adalah karena ketidakbergunaan dirinya, itu adalah perasaan yang mengerikan. Ia harus menjadi lebih kuat. Ia ingin menjadi lebih kuat.

Jika ia seperti Tua Gila Terkutuk itu, sanggup meremehkan segala sesuatu yang ada di bumi dan yang turun dari langit, siapa yang akan bisa menghalanginya untuk tidak bersama Qingcheng?

Ia menutup matanya, obsesi yang kuat itu menyatu dengan perasaan hatinya lalu menyebar, menutupi seluruh ruang di sekelilingnya dan mengalir ke cakrawala.

Ia 'melihat' Qingcheng kembali ke paviliunnya, lalu berbaring di sofa, dengan senyum di wajahnya saat ia menatap siluetnya.

Setelah melihat senyum hangat di wajahnya, perasaan obsesi itu tumbuh semakin kuat.

Persepsinya tumbuh semakin kuat dan dengan cepat memancar keluar. Seluruh ruang tempat hatinya 'tersentuh', mulai terlihat semakin jelas baginya.

Ia bisa melihat aktivitas para pelayan Klan Chen yang sibuk dan sedang dimarahi oleh tuan mereka.

Ia melihat di tempat latihan, seorang nona muda dari Klan Chen menatap dengan jijik pada seorang pendekar yang telah dikalahkannya, dan mempermalukan yang kalah dengan kata-kata.

Ia melihat para anggota dari garis keturunan langsung, duduk bersila di tempat tinggal masing-masing, membolak-balik manual teknik alami.

Dan anehnya, kali ini, ternyata tidak ada yang bisa merasakan penerawangan Qin Wentian.

Di dalam hatinya, nyala lilin itu berayun dengan lembut dan saat ia terus menyala, misteri dunia terbuka baginya. Seolah-olah ia bisa melihat banyak sekali makhluk hidup di dunia ini.

Qin Wentian merasakan indranya terhubung dengan seluruh dunia dengan ditenagai oleh obsesi di dalam hatinya. Tanpa sadar, ia mengalami keadaan pencerahan yang luar biasa.

Keadaan pencerahan seperti itu tidak bisa dicari dengan inisiatif sendiri. Ada banyak orang yang menjalani seluruh hidup mereka tanpa mengalaminya sekali pun.

Wajah Mo Qingcheng yang tak tertandingi, perilaku kerumunan yang masih menikmati perjamuan, gaya hidup beraneka dari mereka yang tinggal di Kediaman Chen, suara arus sungai yang mengalir, suara angin yang berhembus, Qin Wentian dapat dengan jelas merasakan dan bahkan 'menyentuh' esensi dari keberadaan mereka.

"Apa yang dimaksud dengan kondisi dalam kultivasi sebenarnya?"

Qin Wentian menanyakan pertanyaan ini pada dirinya sendiri. Ia mampu mengamati berbagai makhluk, dan bisa merasakan dan mendengar ritme dunia. Melalui kultivasi dan pelatihan, ia mengikuti tatanan alam, naik semakin tinggi. Ini adalah kondisi Kultivasi.

"Bagaimana dengan Mandat?"

Qin Wentian bertanya lagi pada dirinya sendiri. Dengan niat kehendak seseorang, ia melepaskan ikatan yang tak disadari yang digunakan untuk membatasi diri dan kemudian membangun hubungan dengan kekuatan eksternal dunia. Itu adalah Mandat.

Dalam hal itu, wawasan tingkat kedua tampaknya tidak terlalu sulit untuk dipahami.

Suara gemericik bergema, saat air yang mengalir dari sungai berputar naik ke atas. Seolah-olah kekuatan aneh sedang merasuk ke dalamnya dan mencapai efek ajaib ini.

Meskipun dalam keadaan 'padat', air itu masih mengalir secara tegak vertikal, dan berbentuk pilar cair.

Qin Wentian perlahan berdiri dan pilar air itu menjadi semakin tinggi.

"Kekuatan ada di mana-mana."

Qin Wentian bergumam pada dirinya sendiri. Tiba-tiba, sebuah ledakan bergema ketika pilar air itu berubah menjadi geyser, melesat ke atas menuju kubah langit. Sesaat kemudian, arus air itu mengalir kembali menghempas ke bawah, kembali ke aliran sungai itu lagi.

Qin Wentian berbalik mengalihkan pandangannya ke arah paviliun. Matanya menembus ruang, menatap manis ke mata Mo Qingcheng.

Mo Qingcheng berkedip dengan cepat, sepenuhnya terpana dalam ledakan yang tiba-tiba itu. Ia berseru kegirangan menyaksikannya, dan suara tawanya yang penuh kilau seolah memiliki kekuatan untuk mengubah dunia.