Qin Wentian tidak berharap bahwa Leng Ning ternyata akan menyetujui permintaan Fan Le. Tampaknya gadis ini terlihat dingin dan tidak berperasaan di luar, namun menyimpan kemurahan hati di dalamnya. Jika tidak, ia tidak akan dengan mudah menyetujui orang asing yang menginap di kediamannya. Bagaimanapun, ia baru mengenal mereka dalam sehari ….
"Hehe, Leng Ning yang cantik, kau harus ingat statusmu. Hal ini tidak akan terlihat bagus untukmu jika masalah ini diketahui oleh pamanku." Sebuah suara mengejek terdengar, ketika Yan Kong muncul.
Wajah Leng Ning berubah dingin, dan tampak sangat tidak menyenangkan sebelum ia mendengus, "Enyahlah."
"Hmff, Leng Ning, kau sebaiknya bersikap sopan padaku," Yan Kong mendengus dingin lalu menjentikkan lengan bajunya dan pergi. Para pengikutnya membuntuti di belakang sambil mencibir, "Gadis dari Klan Leng ini bisa dianggap sangat cantik. Yan Kong, kau memang sangat beruntung. Sebelumnya, Bailu Yi memuji bahwa pencapaianmu telah mencapai sukses besar di tingkat kedua. Mungkin saja ... kau akan memiliki kesempatan dengannya."
Setelah mendengar kata-kata itu, arogansi di wajah Yan Kong meningkat, dan ia pergi, dengan sikap bangga seperti burung merak.
"Ayo kita pergi," Leng Ning berkata dengan suara rendah. Mereka tidak tahu apakah itu karena kata-kata Yan Kong tetapi selama perjalanan, wajah Leng Ning tetap sangat dingin, seolah-olah hatinya penuh kekhawatiran. Bahkan lelucon Fan Le tak dipedulikannya, membuat Qin Wentian menebak-nebak bahwa ia mungkin baru saja bertemu dengan beberapa masalah.
Klan Leng dapat dianggap sebagai klan besar di wilayah ini. Paling tidak, jauh lebih besar dibandingkan dengan klan Mo di Negeri Chu. Faktanya, hampir semua klan yang telah mengakar di Benua Bulan sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan klan di Negeri Chu.
Mereka mengikuti Leng Ning dan memasuki Kediaman klan Leng, setelah itu dua buah siluet, seorang lelaki muda dan wanita muda, datang menemui mereka.
"Lewat sana." Leng Ning terlihat seolah-olah ingin menghindari mereka. Tapi sebelum ia bisa melakukannya, perempuan itu sudah memanggilnya sambil tertawa, "Leng Ning, mengapa kau melarikan diri segera setelah melihatku?"
"Leng Lin, apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" Leng Ning mengerutkan kening.
"Kudengar kau pergi ke Perkumpulan Menjangan Putih untuk mengembangkan kemampuanmu di dalam dunia penulisan aksara dewa? Mengapa kau bekerja begitu keras? Bukankah sama saja jika kau menikah dengan seseorang yang berkedudukan tinggi? Nanti juga statusmu akan meningkat lebih tinggi." Nada kata-kata Leng Lin agak aneh.
"Ayo pergi," Leng Ning berbisik pada Qin Wentian dan yang lainnya, yang berdiri di belakangnya. Ia tidak ingin bercakap dengan Leng Lin lebih jauh.
"Hehe, Leng Ning, kau lebih baik menjaga citramu. Bagaimana kau bisa begitu berani membawa beberapa pemuda ke rumah? Atau kau mencoba untuk menjadi seperti saya, menemukan seseorang yang dapat diandalkan?" Leng Lin bersandar pada lengan pemuda di sampingnya saat ia berbicara. Pemuda itu diam-diam memperhatikan kelompok Leng Ning dengan sedikit senyum di wajahnya.
Leng Ning merasa tidak perlu menanggapinya maka ia terus berjalan. Qin Wentian berjalan ke sampingnya, dan melihat betapa marahnya wajah gadis itu, ia tidak bisa tidak bertanya, "Klanmu mengatur perjodohanmu, tetapi kau tidak mau?"
Setelah mendengar pertanyaannya, Leng Ning menatap dingin ke arah Qin Wentian, membuat pemuda itu mengangkat bahu lalu berkomentar, "Sudahlah, anggap saja aku tidak mengatakan apa-apa." Sepertinya masalah ini adalah topik yang sensitif bagi Leng Ning.
Sebagai Nona Muda Klan Leng, Leng Ning memiliki rumah dengan pekarangan terpisah sendiri, dengan banyak kamar kosong. Ia menunjuk satu dan berkata, "Qin Wentian, kau tidur di sini, dan untuk orang besar itu, dia bisa tidur di sana. Si Gendut ini bisa tidur di sebelah sana, paling ujung."
"Mengapa kamarku paling ujung di sana?" Fan Le menggerutu.
"Karena aku tidak mempercayaimu," jawab Leng Ning dingin, membuat wajah Fan Le segera menjadi sedih.
"Konyol sekali, menurutmu apa yang sedang kau lakukan?" Tiba-tiba, sebuah suara yang dipenuhi dengan kemarahan bergema di udara. Saat suara langkah kaki terdengar, seorang pria paruh baya muncul. Ia menyapukan pandangan pada Qin Wentian dan kelompoknya sebelum bertanya dengan suara dingin, "Siapa mereka?"
"Mereka adalah temanku yang kutemui di Perkumpulan Menjangan Putih." Wajah Leng Ning sedingin mungkin.
"Maksudmu kelompok orang ini sedang mempelajari aksara dewa bersamamu? Lelucon apa ini, apakah kau pikir bahwa dengan membawa pulang orang-orang ini kau akan dapat menyelesaikan masalah ini? Kau sengaja ingin membuat marah Klan Yan?" Pria paruh baya itu berteriak marah, "Katakan pada mereka untuk pergi."
"Bapak tidak perlu mengurusi masalahku," bantah Leng Ning terus terang.
"Aku ayahmu," pria paruh baya itu mengamuk.
"Hahaha, jadi Bapak sadar bahwa Bapak adalah ayahku?" Niat dingin berkilauan di mata Leng Ning.
"Apakah kau mencoba membuatku marah setengah mati? Mengapa kau tidak bisa lebih berpikir jernih semua yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu sendiri. Orang itu adalah Tuan Guru aksara dewa tingkat tiga." Pria paruh baya itu mendengus dingin.
"Diam!" Leng Ning berteriak.
"Kau ...." Pria paruh baya itu bergerak untuk mengangkat tangannya, seolah bersiap untuk menampar. Namun Leng Ning hanya menatapnya, dengan sedikit es di tatapannya.
"Hmff, kau lebih baik tahu apa yang baik untukmu." Pada akhirnya, pria paruh baya itu berbalik dan melangkah pergi.
Qin Wentian dan kelompoknya berdiri di sana, tertegun. Masalah ini lebih rumit dari yang mereka duga, dan sebagai orang luar, lebih baik bagi mereka untuk tutup mulut.
Setelah kejadian itu, masing-masing masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Di dalam kamarnya, Qin Wentian duduk bersila saat ia memperhatikan Yuanfu di tubuhnya. Ketiga Yuanfu-nya seperti kolam yang terisi dengan energi astral, dengan sejumlah besar Mahaenergi bercampur di dalamnya. Kekuatan Qin Wentian dengan aksara dewa sangatlah hebat karena ia secara aktif menggunakannya untuk mengubah energi astralnya menjadi Mahaenergi secara tak henti-henti.
Bagi Qin Wentian, ia sudah mencapai tingkat di mana ia bisa dengan mudah menulis aksara dewa tingkat kedua hampir secara instan.
"Kondisi Yuanfu ini benar-benar sulit untuk naik tingkat. Khusus untukku, aku harus mengisi ketiga Yuanfu-ku." Qin Wentian sangat tertekan. Sebelumnya, kultivasinya berkembang dengan kecepatan gila, tetapi setelah melangkah ke kondisi Yuanfu, saat ia masih tetap di tingkat kedua, bahkan setelah begitu banyak waktu berlalu. Meskipun demikian, jumlah total energi astral yang dimiliki Yuanfu-nya berkali-kali lebih besar dibandingkan dengan pendekar yang lain.
Tiba-tiba. Pintu kamarnya terbuka, Bajingan Kecil mendorong masuk ketika serangkaian suara 'yiyiyaya' muncul di benaknya.
Setelah itu, Qin Wentian melihat Bajingan Kecil berputar seolah ingin ia mengikutinya.
Qin Wentian merasa tindakan anjing itu agak aneh, namun ia tetap mengikuti anak anjing itu ke luar. Tapi siapa yang mengira Bajingan Kecil ternyata membawanya ke kamar Leng Ning?
"Kau ingin aku masuk?" tanya Qin Wentian. Bajingan Kecil menganggukkan kepalanya yang manis sebagai jawaban.
Qin Wentian tertawa pahit, ia tidak tahu apa yang dimaksudkan oleh Bajingan Kecil. Pintu ke kamar Leng Ning terbuka. Saat ia melangkah masuk, Qin Wentian melihat Leng Ning sedang duduk di ruang tamu dan menangis tersedu. Pemandangan ini membuat Qin Wentian tertegun; kenapa ia tiba-tiba menangis?
Ketika ia menyadari kedatangan Qin Wentian, ia tergesa menghapus air matanya lalu bertanya dengan dingin, "Apa yang kau lakukan di sini?"
Qin Wentian hanya bisa tersenyum pahit. Ia berjalan menuju Leng Ning dan duduk di sampingnya lalu bertanya dengan suara rendah, "Apakah ada yang salah? Kenapa kau menangis?"
Leng Ning menatap Qin Wentian, dan melihat betapa jernih matanya, ia tidak bisa tidak berpikir bahwa orang ini benar-benar tampan. Satu-satunya hal buruk tentang dirinya adalah ia suka membual.
"Orang itu tadi adalah Ayahku. Dia dan Klan ini ingin memaksaku menikah dengan pamannya Yan Kong. Meskipun pamannya Yan Kong berusia sekitar 70 - 80 tahun, bukan itu masalahnya. Seorang pendekar biasanya akan terlihat baru berusia setengah baya pada umur itu. Namun, pamannya berbeda. Dia terlihat sangat tua, lebih seperti orang aneh."
"Dan kau tahu? Orang itu sudah memiliki beberapa istri, tetapi semuanya berakhir gila. Ya, gila ... mereka semua disiksa sampai gila oleh orang tua aneh itu. Ayahku ternyata ingin aku menikah dengan pria seperti itu."
Setelah menjelaskan, Leng Ning mulai menangis lagi. Matanya memerah, "Yang lebih menggelikan adalah mereka mengatakan itu semua untuk kebaikanku sendiri. Bukankah mereka menginginkan perjodohan itu hanya karena orang tua aneh itu adalah penulis aksara dewa tingkat tiga? Bukankah itu supaya dia bisa membantu mereka? Karena itu, mereka memilih untuk mengorbankanku, mendorongku ke dalam pelukan iblis."
Qin Wentian terperangah mendengar kata-kata Leng Ning. Apakah semua klan besar itu kejam? Karena beberapa keuntungan saja, mereka tega menukar kehidupan putri mereka. Ini terlalu keterlaluan.
Qingcheng lahir di Klan Mo, tapi ayahnya menyayanginya. Ayahnya sendiri, Qin Chuan, juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Qin Yao.
"Apakah tidak ada solusi lain?" tanya Qin Wentian dengan suara rendah.
"Ada, dan itu untuk menemukan seseorang dengan bakat yang bahkan lebih menakjubkan. Leng Lin yang tadi, adalah sepupuku. Awalnya dia yang terpilih untuk dijodohkan, tetapi dia berhasil menemukan orang lain - orang yang kau lihat berdiri di sampingnya tadi. Dia adalah seorang pendekar di tingkat ketiga Yuanfu, dan juga berada di puncak tingkat kedua dalam penulisan aksara Dewa. Setelah itu, Leng Lin memberi tahu klan bahwa aku harus menggantikannya dan mereka semua setuju. Hahaha, betapa konyolnya.'' Saat itu, Leng Ning terlihat begitu rapuh. Melihat Qin Wentian, sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di benaknya: bukankah orang ini juga seorang penulis aksara dewa?
Namun segera setelah itu, wajahnya yang bersemangat memudar menjadi suram lagi. Kenapa ia tiba-tiba memikirkannya? Meskipun ia tampan tapi ia hanya pandai membual.
"Penulis aksara dewa tingkat kedua. Sepertinya kriteria yang ditentukan oleh Klanmu tidak begitu ketat." Qin Wentian tertawa.
Mendengar Qin Wentian membual lagi, Leng Ning terdiam, "Tunggu, maksudmu kau juga berada di puncak tingkat kedua penulis aksara dewa? Jika kau mau, aku lebih suka menikahimu."
"Emm ...." Garis hitam muncul di wajah Qin Wentian. Masalah ini terlalu merepotkan, tidak mungkin ia akan menikahi Leng Ning.
"Lupakan saja, aku tidak tahu mengapa aku berbicara seperti itu." Leng Ning menggelengkan kepalanya saat menatap Qin Wentian. "Namun, wajahmu benar-benar sangat menggemaskan, aksara dewa yang kau pilih untuk dituliskan dalam ujian tadi adalah jenis yang paling sederhana, namun kau mengucapkan kata-kata besar dengan wajah lurus. Aku tidak tahu kapan kau bersikap serius."
Setelah berbicara, Leng Ning akhirnya tersenyum. Senyumnya berbinar membuat kecantikannya yang megah semakin bercahaya. Qin Wentian tidak bisa tidak menahan nafasnya.
"Sebetulnya kau benar-benar sangat cantik ketika tersenyum, mengapa kau harus terlihat begitu dingin di luar? Biarkan saja alam mengambil jalannya, dan mungkin akan ada solusi untuk menyelesaikan masalah ini ketika saatnya tiba," Qin Wentian membujuk.
"Akan kucoba ...." Leng Ning merasa jauh lebih baik setelah berbagi beban di hatinya.
"Sebenarnya, aku adalah seorang penulis aksara dewa tingkat ketiga," tambah Qin Wentian, ia tidak tahu apakah informasi ini akan dapat membantu Leng Ning atau tidak.
Leng Ning membeku sejenak lalu menyeringai, "Ya aku tahu, dan kekasihmu adalah Mo Qingcheng, kan? Alasanu datang ke Benua Bulan adalah untuk mencarinya, kan?"
"Ya." Qin Wentian mengangguk dengan serius.
Leng Ning benar-benar menyerah. "Baik, baik, terima kasih telah menjadi pendengar yang baik. Sudah waktunya bagimu untuk pergi. Bagaimanapun, ini kamarku."
"Emm ...." Qin Wentian tertawa pahit. Apakah ia begitu tidak layak dipercaya? Bagaimanapun, mereka masih perlu tinggal di sini untuk jangka waktu tertentu, ia akan mencoba yang terbaik untuk melihat apakah ia dapat membantu gadis malang ini. Tentang menikahi Leng Ning, pikiran itu tidak pernah terlintas di benaknya.
Setelah kepergian Qin Wentian, Leng Ning menggelengkan kepalanya dan bergumam, "Bocah konyol, jika kau benar-benar seorang penulis aksara dewa tingkat tiga, bahkan jika aku harus menjadi selirmu, aku tidak akan keberatan."
Indra Qin Wentian sangat tajam. Setelah mendengar kata-kata Leng Ning, kakinya tiba-tiba menjadi lunglai dan merasa hampir jatuh. Garis-garis hitam di wajahnya muncul berlipat ganda saat ia berlalu dengan cepat. Setelah mendengar pemikiran gadis itu tentang masalah ini, apakah ia masih berani mengungkapkan diri sebagai penulis aksara dewa tingkat tiga di masa depan?