Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 229 - Salju Musim Dingin, Lagi.

Chapter 229 - Salju Musim Dingin, Lagi.

Negeri Chu, setelah disucikan dengan badai perang, akhirnya mendapatkan kembali kedamaian sebelumnya.

Di kota Negeri Chu yang paling kuno, Ibukota Kerajaan, Perguruan Bintang Kekaisaran menjadi perguruan yang paling ramai dan tempat yang paling berkembang. Perguruan Bintang Kekaisaran yang baru dibangun terus-menerus menarik perhatian bakat-bakat baru, dan bagi murid-murid lama yang kembali ke perguruan setelah kekacauan itu, mereka semua bersumpah bahwa mereka pasti akan membuat Perguruan Bintang Kekaisaran mendapatkan kembali kejayaannya yang dulu dan bahkan melampauinya. Mereka harus mendidik lebih banyak pendekar yang cukup kuat untuk menahan gejolak yang mungkin terjadi.

Adapun kejadian di Klan Mo, tidak banyak yang tahu tentang hal itu. Yang mereka ketahui adalah bahwa Mo Qingcheng telah menjadi sangat dihormati oleh seorang senior yang berasal dari kekuatan transenden, dan dibawa pergi setelah diterima sebagai murid. Hal ini membuat banyak orang menghela nafas menyesal. Kecantikan nomor satu Negeri Chu telah pergi begitu saja, tapi sekali lagi, dengan bakat dan penampilan Mo Qingcheng, ia memang ditakdirkan untuk tidak terjebak di negeri sekecil itu.

Qin Wentian masih menjadi topik hangat yang dibicarakan oleh banyak orang selama waktu luang mereka, sambil minum teh atau setelah makan. Ia sudah menjadi legenda Negeri Chu hanya dalam waktu dua tahun, dan menjadi idola para pendekar muda yang tak terhitung jumlahnya. Setiap kali Qin Wentian muncul di Perguruan Bintang Kekaisaran, kehadirannya akan menyebabkan keributan besar.

Terutama karena keterlibatannya dalam perang itu. Pencapaian Qin Wentian pun semakin dibumbu-bumbui oleh mereka, sampai-sampai ia menjadi sesuatu keberadaan yang sangat tinggi.

Namun mereka yang berada di Negeri Chu perlahan menemukan cerita-cerita tentang Qin Wentian semakin mereda. Sepertinya Qin Wentian sengaja berusaha menghilang dari topik percakapan mereka, hingga ia tidak lagi muncul di Ibukota Kerajaan.

Banyak yang berspekulasi, apakah Qin Wentian sudah meninggalkan Negeri Chu?

Lagi pula, dengan bakatnya, tempat ini terlalu kecil baginya. Dia pasti akan pergi ke Kekaisaran Xia yang Agung cepat atau lambat.

Di Pondok Bambu, di sebuah puncak gunung di seberang sungai yang mengalir, ada sebuah tempat seluas lapangan pertarungan yang terletak di lereng gunung itu. Di tempat itu, seorang pemuda sedang menusuk ruang dengan tombak kuno di tangannya, berlatih tanpa istirahat. Setiap kali ia menusuk dengan tombak itu, angin kencang yang mengerikan akan muncul, akibat kekuatan yang luar biasa ketika tombak kuno itu membelah ruang.

Setelah seribu kali tusukan, pemuda itu duduk bersila, menutup matanya dengan perenungan mendalam, dan kemudian masuk ke dalam keadaan keheningan yang absolut.

Hari demi hari, bulan demi bulan, ia melakukan hal yang sama berulang kali, tidak pernah berhenti untuk beristirahat dalam kultivasinya.

Di belakang puncak gunung itu, sebuah sosok yang menggairahkan melompat ke bawah, meluncur ke arah lereng gunung tempat pemuda itu berada. Namun, ia berdiri diam di kejauhan, menatap pemuda yang berlatih dengan tombaknya itu. Saat itu, tombak kuno itu tiba-tiba menusuk, kekuatannya menghantam batu gunung yang sangat besar.

Bumm!

Suara hancur terdengar, namun dalam seketika, suara mengerikan beberapa ledakan menggelegar menyusul. Di kejauhan, jauh di belakang batu gunung besar itu, sebuah puncak gunung meledak berkeping-keping dari tempat kedudukannya.

Pemuda itu mengarahkan ujung tombak kunonya ke bawah, ketika seukir senyum puas muncul di wajahnya, lalu ia berjalan ke arah sosok yang menggairahkan itu.

Bumm!

Suara gemuruh terdengar lagi. Batu gunung besar tadi telah benar-benar hancur menjadi debu, tidak meninggalkan sisa. Setelah melihat hal ini, serangkaian cahaya terang melintas di mata wanita yang luwes itu.

"Teknik alami apa itu?" tanya An Liuyan, rasa ingin tahu dan keheranan muncul di dalam tatapannya.

"Seni Tombak Impian Agung." Qin Wentian tersenyum. Kuda-kuda ketiga ini diciptakan dari gabungan dasar-dasar dari dua kuda-kuda pertama, dan dinamakan, 'Ruang Retak'. Kekuatan serangan dari kuda-kuda ketiga jauh lebih kuat dibandingkan dengan dua kuda-kuda pertama, 'Pembelah Gunung', dan 'Bintang Jatuh'. Dan saat ini, Qin Wentian telah mencapai tahap di mana ia dapat mengeksekusi Seni Tombak Impian Agung bahkan tanpa perlu menggunakan tombak.

"Sungguh teknik alami yang kuat, tetapi aku tidak ingat pernah mendengarnya sebelumnya," An Liuyan tertawa.

"Seni Tombak Impian Agung ini diciptakan dari pemahamanku sendiri, jadi wajar jika Anda belum pernah mendengarnya," jawab Qin Wentian dengan rendah hati, jawabannya membuat mata indah An Liuyan menjadi cerah. "Kau benar-benar keajaiban yang muncul sekali seumur hidup."

"Aku di sini hari ini untuk membawakan sumber daya kultivasi yang kau minta." An Liuyan menggosok cincin ruangnya ketika beberapa Batu Meteor Yuan muncul, masing-masing memancarkan tekanan astral yang sangat kuat.

"Aku benar-benar merasa terhormat Anda mengantar sendiri sumber daya kultivasi padaku." Qin Wentian menyimpan Batu-batu Meteor Yuan itu. Penggarap secara alami akan membutuhkan sumber daya kultivasi. Semakin tinggi basis kultivasi yang dimiliki, semakin besar jumlah sumber daya kultivasi yang dibutuhkan, untuk dapat menembus ke tingkat berikutnya. Itulah sebabnya mengapa begitu sulit untuk menghasilkan seorang Penguasa Timba Langit di negeri sekecil Chu. Untuk melangkah ke kondisi Timba Langit, tidak hanya seseorang membutuhkan bakat yang mengerikan serta wawasan yang luar biasa, sumber daya kultivasinya juga sangat penting.

"Francis yang malang itu, aku merasa kasihan menyuruhnya mengantar begitu banyak. Bagaimanapun, aku juga ingin melihatmu. Apakah kau tidak senang bertemu denganku?" Senyum An Liuyan membersitkan godaan di dalamnya. Melihat wajahnya yang cantik dan dewasa, Qin Wentian mengangkat bahu lalu menjawab, "Tentu saja aku senang ... tapi sayang sekali, aku tidak bisa membalas budimu."

"Membalas budi? Sudah, lupakan saja. Nilai total Aksara Dewa tingkat ketiga yang kau berikan kepada kami saat itu jauh melebihi apa yang telah kami berikan kepadamu." An Liuyan tersenyum. "Oh dan juga, Chu Wuwei telah menyelidiki latar belakang para pembunuh yang bekerja dengan Chu Tianjiao saat itu. Meskipun mereka tidak benar-benar menimbulkan ancaman bagimu, mereka masih merupakan kekuatan yang harus diperhitungkan. Kesimpulannya adalah bahwa mereka memiliki hubungan dengan Perkumpulan Sungai Bintang dan dikirim oleh Murin. Murin telah diusir dari Perkumpulan Sungai Bintang dan saat ini telah dipenjara di Benteng Hitam oleh Chu Wuwei."

"Hmm." Qin Wentian mengangguk. Dengan begitu banyak hal yang sudah terjadi, ia sudah lama melupakan Murin. Siapa yang mengira bahwa Murin sangat membencinya sehingga ia akan bekerjasama dengan Chu Tianjiao untuk mengirim pembunuh untuk membunuhnya.

"Baiklah, aku harus pergi. Aku akan datang dan mengunjungimu lagi di masa depan, jika waktu mengizinkan." An Liuyan mengucapkan selamat tinggal padanya.

"Sampai jumpa lagi, kalau begitu." Qin Wentian tersenyum, saat melepas An Liuyan dengan pandangannya. Setelah itu, ia berjalan ke ujung jalan dan menghirup udara segar. Dengan Batu Meteor Yuan di kedua tangannya, ia memejamkan mata dan duduk bersila, tenggelam dalam kesadarannya dan mengalirkan kehendaknya kepada zat kecil astral.

Selama beberapa hari ini, Qin Wentian telah membuka dan melihat beberapa potongan ingatan. Meskipun ingatan yang ia saksikan berupa potongan-potongan dan bagian-bagian dari kehidupan pria paruh baya itu, tetapi jika ia benar-benar tua gila terkutuk itu, berarti bahwa semua potongan ingatan yang ia saksikan adalah pengalaman ayahnya.

Kultivasi adalah urusan yang sangat membosankan dan membutuhkan ketekunan. Namun, hal itu bervariasi pada setiap individu. Bagi sebagian orang, terutama mereka yang haus kekuasaan, setiap peningkatan akan memunculkan lebih banyak motivasi. Bagi orang-orang ini, kultivasi adalah urusan yang menyenangkan.

Qin Wentian, justru salah satu dari orang-orang 'ini'. Merasa dirinya membaik setiap harinya, kehausannya untuk menjadi lebih kuat tumbuh dari hari ke hari.

Hua Xiaoyun masih hidup, ia sendiri masih belum mampu menghancurkan Istana Sembilan Mistis sementara Mo Qingcheng akan menjadi karakter penting Aula Kaisar Ramuan, di samping itu ada banyak pendekar yang sangat tangguh di Kekaisaran Xia yang Agung. Semua ini menjadi sumber motivasinya, membuat hasrat di dalam hatinya menyala selamanya.

Waktu berlalu dan musim dingin tiba dalam sekejap mata.

Sudah turun salju lebat selama beberapa hari, membuat Negeri Chu ditutupi oleh selimut salju yang putih.

Ada pun lereng puncak gunung tempat Qin Wentian berada, juga benar-benar tertutup salju, memunculkan pemandangan indah yang seakan berasal dari alam mimpi.

Qin Wentian mendaki hingga ke puncak, lalu duduk di sana mengamati seluruh Negeri Chu. Di sebelahnya, seekor anak anjing berbulu putih salju mengikuti gerak geriknya menatap cakrawala.

Di belakang Qin Wentian, seorang wanita yang cantik tiada tara berdiri menatap salju yang jatuh dengan takjub. Ia mengulurkan telapak tangan yang terbuka menyaksikan serpihan salju mendarat di tangannya. Adegan yang terjadi di hadapannya benar-benar indah.

Jika ada orang lain yang hadir, mereka akan menyadari bahwa pemandangan Qing'er yang memandang takjub pada salju yang turun bahkan terlihat lebih indah dibandingkan dengan pemandangan salju itu sendiri.

Qin Wentian menoleh, dan ketika melihat Qing'er menatap dengan takjub, ia tidak bisa tidak kehilangan fokusnya. Gadis misterius ini begitu cantik, seperti peri surga dari alam abadi.

"Apakah salju itu indah?" tanya Qin Wentian dengan suara rendah.

Qing`er menarik tangannya, menatap Qin Wentian lalu bulu matanya berkedip. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa. Tindakannya membuat Qin Wentian merasa tak berdaya, gadis cantik ini benar-benar seperti putri es. Sangat sulit baginya untuk bercakap walau hanya beberapa kata dengannya.

"Apakah kau ingin berjalan-jalan?" tanya Qin Wentian lagi.

Mata Qing'er yang indah menatapnya, tetapi Qin Wentian tidak tahu apa yang dipikirkan gadis itu. Dan ketika Qin Wentian berpikir bahwa gadis itu akan terus diam, Qing'er dengan ringan menganggukkan kepalanya. "Baik …."

"Bukankah ini jauh lebih baik? Kau harus berbicara lebih sering, kau tahu." Qin Wentian tersenyum menyeringai sambil membawa Bajingan Kecil dan melesat ke langit.

Qin Wentian berjalan melalui jalan-jalan di Ibukota Kerajaan, yang seluruhnya tertutup salju, meninggalkan jejak kakinya di belakang saat melewati sebuah kedai anggur kecil yang akrab baginya. Tiga orang sudah duduk di sana. Mereka tidak lain adalah Chu Wuwei, Chu Mang, dan Dewa Mabuk.

Meskipun ia adalah kaisar Chu saat ini, Chu Wuwei tetap mempertahankan kepribadiannya. Hal ini membuat Qin Wentian merasa senang. Pilihannya adalah pilihan yang tepat. Chu Wuwei, pangeran yang tidak bisa berkultivasi, mungkin satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk menjadi kaisar yang cemerlang dari generasi ke generasi. Ia akan terfokus pada pengembangan Negeri Chu dan memajukannya melampaui saat ini.

"Wentian, mari bergabung dengan kami untuk minum satu dua cangkir?" Chu Wuwei tersenyum melihat Qin Wentian mendekat.

"Terimakasih, aku sedang ingin berjalan-jalan di luar." Qin Wentian tertawa,

"Baiklah, jangan lupa untuk membawa si Bodoh ini bersamamu ketika kau ingin pergi." Chu Wuwei juga tertawa.

"Baiklah, aku akan mencarimu kalau begitu," Qin Wentian mengangguk. Chu Wuwei ingin ia membawa Chu Mang bersamanya. Keputusan ini menunjukkan berapa banyak kepercayaan dan keyakinan ia pada Qin Wentian. Tingkat kesabaran Chu Wuwei, bukan sesuatu yang bisa dilampaui oleh orang biasa.

Saat Qin Wentian pergi, dan setelah melihat sebuah kecantikan yang tak tertandingi mengikuti di belakangnya, Chu Wuwei dan Dewa Mabuk saling berpandangan ketika wajah mereka merekahkan senyum bersamaan. Orang ini benar-benar luar biasa.

Qin Wentian berjalan tanpa tujuan, dan sesekali tersenyum pada orang yang menatapnya. Saat itu, dua siluet tergesa melewatinya.

"Liu Yan, ayo cepat." Seorang pria muda berteriak ketika melihat pacarnya berhenti, berdiri di tengah-tengah salju, tertegun oleh sesuatu yang dilihatnya.

Qin Wentian juga menyadari bahwa itu adalah Liu Yan. Melihatnya, ia memperhatikan bahwa gadis itu telah banyak berubah, seolah-olah ia lebih kuyu. Ia tidak lagi memiliki aura muda yang dinamis seperti waktu itu.

Setelah menatap ke arah pemuda yang bersama Liu Yan, ia melihat ia bukanlah Ye Zhan. Mereka pasti telah putus setelah Klan Ye hancur.

Qin Wentian tersenyum pada Liu Yan lalu mengangguk dengan sopan dan terus melangkah. Liu Yan masih tetap berdiri dengan terpana, matanya menunjukkan semburat kemerahan. Entah bagaimana, melihat kepingan-kepingan salju yang indah itu melayang, ia merasakan semacam rasa sakit di hatinya.

Tanpa sadar, Qin Wentian tiba di sebuah pohon yang kelihatan tua. Ia tersesat dalam kenangan, sebuah senyum lebar merekah di wajahnya saat ia duduk di tanah dengan punggung bersandar pada pohon yang sudah tua itu.

Bajingan kecil berjongkok di samping Qin Wentian, menatapnya dengan kecerdasan yang berkedip-kedip di matanya.

"Apakah aku terlalu bodoh?" tanya Qin Wentian tiba-tiba, menghidupkan kembali adegan yang sama yang terjadi persis setahun yang lalu.

Dan seperti setahun yang lalu, Bajingan Kecil menganggukkan kepalanya yang menggemaskan ketika tawa samar memancar dari matanya.

Qin Wentian menatap anak anjing putih salju itu lalu tanpa sadar mengeluarkan tawa juga.

Qin Wentian bersandar menatap salju yang jatuh di hadapannya. Seolah-olah saat ini entah bagaimana ia bisa membayangkan gadis itu dengan pakaian putihnya, saat ia tersenyum manis padanya.

Kenangan itu seperti lukisan, semuanya persis sama seperti dulu, namun di manakah orang yang bisa meluluhkan hatinya itu berada sekarang?