Awan melayang di langit di atas negeri Chu, sinar matahari bersinar menghangatkan tanah dan penghuninya.
Seekor bangau putih turun dari langit, terbang menuju negeri Chu. Di punggung bangau putih, Qin Wentian dan Mo Qingcheng duduk bersisian, pakaian mereka berkibar ditiup angin sepoi-sepoi.
"Kita telah kembali." Qin Wentian melihat ke bawah, matanya menatap Ibukota Kerajaan. Rentang dua bulan ini, terasa seperti selamanya.
Untuk perjalanan ke Benua Iblis ini, ia telah melewati banyak negeri dan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Ini bisa dianggap pertama kalinya Qin Wentian merantau untuk menempa diri, serta langkah pertamanya di panggung besar Kekaisaran Xia yang Agung.
Di sana, di Medan Penempaan Danau Surga, ia menemukan makna dari ungkapan itu, "Selalu ada langit di atas langit". Bagi para elit jenius dari negeri Chu, mereka hanyalah orang biasa ketika ditempatkan di panggung besar seperti Kekaisaran Xia yang Agung.
Jika dibandingkan dengan Ouyang Kuangsheng atau Wang Xiao, salah satu dari mereka bila berada di negeri Chu akan menjadi sosok yang tak tertandingi bagi pendekar di bawah kondisi Yuanfu. Dan tidak hanya itu, mereka bahkan mungkin mampu bertarung melawan para pendekar Yuanfu biasa.
Bahkan Mu Baifei atau dua Pendekar Pedang Layang lainnya pasti akan dapat menangani orang-orang seperti Sikong Mingyue dan Orchon dengan mudah.
Selain itu, selama perjalanan itu, Qin Wentian telah mengungkap rahasia terbesar Kaisar Biru Langit, dan ini jelas merupakan hadiah terbesar. Di antara semua, pengalaman mengerikan dari Medan Penempaan mungkin menjadi peristiwa penting dalam hidupnya.
Bangau putih itu menukik ke bawah, melayang di angkasa Perguruan Bintang Kekaisaran. Banyak yang menengadah ke atas dan setelah menyadari jika itu adalah bangau putih milik Mo Qingcheng, alangkah terkejutnya mereka.
Setelah Qin Wentian mengakibatkan keributan besar saat itu, ia tampaknya benar-benar menghilang tanpa jejak. Jadi ternyata ia menghabiskan dua bulan bersama Mo Qingcheng.
Tidak ada yang memperhatikan hilangnya Mo Qingcheng karena ia jarang muncul di lingkungan perguruan. Tetapi menghilangnya Qin Wentian begitu cepat diketahui, karena terlalu banyak perhatian yang terfokus pada gerakannya, apa lagi ia "menghilang" di tengah suasana kacau seperti itu. Jika sekadar kasus di mana siswa perguruan 'menghilang' karena meninggalkan negeri Chu untuk menempa diri, hal itu tentu saja dianggap sangat normal.
"Tunggu, ada apa ini? Mengapa perguruan menjadi seperti ini?" Kemarahan menggelegak di hati Qin Wentian, wajahnya menjadi sangat tidak sedap dipandang saat ia menyadari bahwa Perguruan Bintang Kekaisaran saat ini telah berubah hampir tak dapat dikenali.
Bangau putih itu terbang ke kediaman Qin Wentian dan sesaat kemudian, Kakek Gu, Mustang, Luo Huan, Fan Le dan Qin Yao sudah berada di halaman.
"Kalian berdua akhirnya kembali." Mata Kakek Gu mengerjap tertawa, saat ia memandang Qin Wentian dan Mo Qingcheng. Saat ini, ia terlihat lebih tua beberapa puluh tahun jika dibandingkan dengan dua bulan yang lalu.
"Kakek." Jantung Mo Qingcheng tanpa sadar bergetar, ia memperhatikan betapa Kakek Gu terlihat lemah.
"Guru, apa yang terjadi dengan perguruan?" Qin Wentian menatap Mustang ketika kebingungan membayangi wajahnya. Mengapa Perguruan Bintang Kekaisaran telah banyak berubah? Banyak struktur dan bangunan hancur total, hanya menyisakan tempat-tempat kosong.
"Hal itu dilakukan oleh Yue Hanshan dan kelompoknya dari Istana Kaisar Biru Langit. Selain kematian Yue Qingfeng, mereka yang datang dari Istana Kaisar Biru Langit tidak dapat menemukan apa yang mereka cari dan karena itu melampiaskan kemarahan mereka pada Perguruan Bintang Kekaisaran. Meskipun telah mengobrak-abrik perguruan hingga keadaannya menjadi seperti ini, mereka tetap tidak dapat menemukan apa-apa, dan karena mereka juga tidak dapat menemukan pembunuh Yue Qingfeng, mereka hanya bisa pergi dengan wajah muram seperti anjing dengan ekor terjepit di antara kedua kakinya," jawab Mustang, membuat secercah cahaya dingin terbersit di mata Qin Wentian.
Yue Hanshan dari Istana Kaisar Biru Langit, ia akan mengingatnya.
Yue Hanshan bahkan tidak mencurigai Qin Wentian. Setelah Yue Qingfeng melukai Qin Wentian waktu itu, ia sangat yakin bahwa Qin Wentian lebih lemah dari putranya dan tak mungkin mampu membunuhnya. Bagaimana ia masih bisa mencurigai Qin Wentian?
Dan apakah ia mencurigai Perguruan Bintang Kekaisaran, hanya Yue Hanshan sendiri yang tahu. Melihat seberapa banyak kerusakan yang ia timbulkan di dalam lingkungan perguruan, bahkan jika ia tidak curiga, jelas bahwa Yue Hanshan melampiaskan kemarahan dengan melakukan penghancuran itu.
"Bagaimana keadaan terkini di Ibukota Kerajaan?" Qin Wentian bertanya lagi. Bahkan sebelum ia pergi, urusan mereka sudah terlihat sangat suram.
Dan benar saja, setelah mendengar pertanyaannya Mustang mengernyitkan alis lalu menjawab dengan suara berat, "Tidak sebagus itu, pasukan pemberontak yang dipimpin oleh Klan Qin kewalahan oleh tekanan tentara kerajaan. Satu-satunya alasan mengapa mereka belum menang adalah karena kehadiran Perguruan Bintang Kaisar. Karena itu, menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh perguruan merupakan salah satu prioritas mereka. Tidak hanya itu, mengingat dukungan dari Istana Sembilan Mistis, dapat dikatakan bahwa Perguruan Bintang Kekaisaran saat ini berada dalam situasi yang sangat berbahaya."
"Selain itu, aku memiliki kecurigaan yang kuat bahwa selain dari Istana Sembilan Mistis, masih ada perwakilan kekuatan yang sangat tinggi dari Kekaisaran Xia yang Agung yang bersembunyi di negeri Chu," tambah Kakek Gu, rasa khawatir jelas terlihat di matanya. Karena ia telah mengungkapkan hal ini, ia tentu saja yakin akan sumbernya.
"Qingcheng, pulanglah bersamaku dulu, keluargamu merindukanmu," Kakek Gu berbicara kepada Qingcheng, sambil melanjutkan, "adapun Wentian, tak usah merepotkan diri dengan hal-hal lain. Tenangkan hatimu dan fokuslah pada kultivasimu."
"Baik." Qin Wentian dan Mo Qingcheng mengangguk setuju, lalu gadis itu pergi dengan Kakek Gu. Ekspresi keheranan muncul di wajah Mustang ketika menatap Qin Wentian, saat melihat cahaya astral berkilauan di matanya. Ia lalu mengangguk ringan seakan bersyukur dan tak mengatakan apa-apa, hanya memberikan tepukan di bahu Qin Wentian sebelum pergi.
Qin Wentian lalu mengalihkan pandangannya ke Luo Huan. Kakak seperguruannya, Luo Huan, masih secantik dan seseksi seperti sebelumnya, namun tampaknya ada sesuatu yang hilang menurut pengamatannya.
Memang benar, Luo Huan tidak lagi dipenuhi dengan antusiasme dan kehangatan yang dulu. Dulu sikapnya selalu ceplas ceplos, sangat senang menggoda orang lain, dan menikmati senyum dan tawa mereka.
Namun, setelah semua yang terjadi: kematian Gunung, sahabat baiknya selama bertahun-tahun, dan perguruan menghadapi situasi berbahaya seperti saat ini, di samping ia harus menanggung penindasan Yu Hanshan sebagai murid Perguruan Bintang Kekaisaran, baginya benar-benar terasa tak tertahankan. Ia hanya bisa mengubur semua perasaan tidak adil dan rintihan di hatinya, lalu menghadapi dunia dengan senyum paksa.
"Kakak Luo Huan." Qin Wentian berjalan mendekati, ia dapat merasakan aura kemurungan yang kuat muncul darinya. Ia tidak bisa menahan untuk meratapi hatinya, masih teringat hari pertama ia bertemu dengan kakak seperguruannya itu. Di Kota Langit Selaras, sosok Luo Huan yang bersemangat berlari di atas tembok kota dalam suasana secerah kehangatan matahari.
Qin Wentian melangkah maju dan menarik Luo Huan ke dalam pelukan.
Setelah pelukan itu, senyum menggoda yang akrab akhirnya muncul di wajah Luo Huan saat ia menatap Qin Wentian. "Bocah bau, berani-beraninya kau mengambil keuntungan dari Kakak seperguruanmu di siang hari bolong di depan orang-orang?"
"Siapa yang menyuruh Kakak seperguruanku begitu cantik." Qin Wentian tertawa.
"Huhh, mulut manis." Luo Huan mendelikkan matanya. Adik seperguruannya ini benar-benar telah matang. Bahkan sikap dan auranya pun terasa berbeda.
"Kakak Seperguruan …." Fan Le melangkah ke arah Luo Huan dan merentangkan kedua lengannya. Dengan ekspresi lembut di matanya yang jernih, jelas ia juga berniat memeluk Luo Huan.
"Sialan Gendut, coba saja kalau kau berani," Luo Huan mendengus dingin. Saat dia melihat Fan Le, sebuah senyum yang tidak mirip senyuman muncul di wajahnya. Ekspresi kesedihan sesaat muncul di wajahnya lalu ia menjawab, "Kakak Seperguruan, mengapa kau begitu terlihat pilih kasih?"
"Siapa suruh kau tidak setampan Adik Qin?" Luo Huan terkikik. Setelah berbasa-basi beberapa saat, Luo Huan akhirnya pergi. Baginya, mengetahui bahwa Qin Wentian tidak berada dalam bahaya saja sudah cukup.
Fan Le tersenyum pahit, tapi matanya segera cerah saat menatap Qin Wentian. "Hehehe bos, ke mana kau pergi tepatnya, dan bagaimana kemajuanmu bersama Nona Mo, si cantik termasyhur ini?"
Setelah melihat tatapan tak tahu malu di mata si Gendut, Qin Wentian menggeram dengan suara rendah lalu mengalihkan topik pembicaraan. "Gendut, apa tingkat kultivasimu sekarang?"
"Puncak Peredaran Nadi, hanya satu langkah kecil lebih lambat darimu." Fan Le mengangkat bahu, kata-katanya membuat Qin Wentian merasa heran. Tapi sekali lagi, ia teringat kemampuan Fan Le yang dapat melihat kultivasi orang lain. Si Gendut ini pasti sudah tahu bahwa dirinya, Qin Wentian, sudah menerobos ke kondisi Yuanfu.
"Kalau begitu, kau harus semakin cepat berkultivasi." Qin Wentian tersenyum.
"Jangan khawatir bos, si Gendut ini seorang jenius. Aku akan segera menyusulmu," Dengan guncangan lemak di tubuhnya, Fan Le melangkah pergi. Baru saat itulah Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arah Qin Yao. "Kakak," ia memanggil dengan lembut lalu memeluknya, nyaris tenggelam dalam gelombang emosi.
"Cukup cukup, kau telah dewasa. Bagaimana kau bisa kehilangan kendali atas emosimu dengan mudah? Biar kusiapkan makanan yang enak untukmu." Qin Yao mendelikkan matanya, ia masih sesegar dan secantik sebelumnya.
Seketika itu, sebuah bayangan putih yang kabur tiba-tiba melesat, melompat ke dada Qin Wentian.
"Bajingan Kecil!"
"Teman kecil, kecepatanmu semakin cepat dan semakin cepat." Qin Wentian menepuk-nepuk Bajingan Kecil di kepalanya. Tapi teman kecilnya ini tampaknya tidak tumbuh sama sekali. Mungkin ia akan bisa membedakannya ketika ia merubah ukuran wujudnya.
Setelah kembali ke perguruan, Qin Wentian berusaha tidak memancing perhatian. Ia tahu karena dirinya baru saja melangkah ke kondisi Yuanfu, hal yang paling penting untuk dilakukannya adalah mengkonsolidasikan basis kultivasinya dan menyesuaikan diri dengan kondisi Yuanfu.
Kebanyakan orang di Ibukota Kerajaan tidak tahu bahwa Qin Wentian telah kembali. Ia telah pergi untuk jangka waktu tertentu, membuat nama Qin Wentian hanya muncul seperti ingatan yang jauh. Bagaimanapun mulia atau cemerlangnya pencapaian masa lalu seseorang, waktu akan mengubur segalanya. Lagipula, orang-orang yang tinggal di Ibukota Kerajaan masing-masing memiliki masalah mereka sendiri yang harus dihadapi, hidup mereka sendiri yang harus dijalani. Hanya karena Qin Wentian muncul sekali lagi di tengah-tengah mereka, apakah mereka mengingat keberadaannya.
Dalam sekejap mata, setengah bulan telah berlalu. Ada banyak bentrokan berskala kecil yang terjadi berulang-ulang di Ibukota Kerajaan, dengan paling sering terjadi adalah perselisihan berdarah antara Perguruan Kerajaan dan Perguruan Bintang Kekaisaran.
Jalan Sake adalah nama jalan yang terletak di Ibukota Kerajaan, dan dipenuhi dengan penginapan dan restoran. Jalan setapak ini panjangnya puluhan kilometer dan sangat lebar. Deretan penginapan dan restoran setidaknya berbangunan dua lantai berdiri di kedua sisi jalan dan banyak yang suka menghabiskan waktu di situ untuk minum, bersenang-senang di balkon, atau menatap kerumunan yang berseliweran di jalan-jalan. Bukankah itu juga semacam kesenangan yang sederhana?
Jalan Sake terletak sangat dekat dengan Perguruan Bintang Kekaisaran, tetapi saat ini jalan itu sudah dimonopoli oleh Perguruan Kerajaan. Mereka tinggal di sana secara langsung, menggunakan lokasi utamanya untuk memantau pergerakan Perguruan Bintang Kekaisaran.
Pada saat ini, di balkon sebuah restoran, Ye Ran dari Klan Ye, dan Tetua You dari Perguruan Kerajaan, sedang duduk-duduk minum anggur. Di meja yang sama dengan mereka ada beberapa pemuda lainnya, salah satunya berjubah putih. Ia tidak lain adalah Ye Wuque. Sosoknya masih dipenuhi dengan keanggunan, dengan pembawaan yang luar biasa.
"Wuque, selamat karena telah menerobos ke tingkat kedua kondisi Yuanfu." Tetua You menyanjung Ye Wuque, dan diam-diam mengaguminya. Pemuda di hadapannya itu berada di peringkat keempat di antara sepuluh anak ajaib Ibukota Kerajaan. Saat itu, bahkan sebelum ia menembus ke tingkat itu, ia sudah mampu mengalahkan Qiu Mo, yang sebelumnya berada pada peringkat nomor empat. Sekarang, ia jelas menjadi lebih kuat setelah melangkah ke tingkat kedua Yuanfu.
"Aku butuh waktu lama untuk menerobos ke tingkat berikutnya, tidak ada yang layak mendapatkan ucapan selamat itu. Namun, kita harusnya memberi selamat pada Sikong, karena ia sudah menerobos ke kondisi Yuanfu." Ye Wuque tersenyum melirik Sikong Mingyue yang duduk di sebelahnya.
Wajah Sikong Mingyue tidak menunjukkan ekspresi kebahagiaan maupun sukacita. Ia masih setenang biasanya, terus minum setiap kali selesai bersulang dengan Ye Wuque dan orang-orang yang berada disitu, namun tatapan ketajaman yang luar biasa bisa terlihat berkedip di matanya.
Agar ia pulih dari cedera, Xiao Lan membayar harga yang sangat besar. Siapa yang mengira setelah pulih, Sikong Mingyue akan mengubah bencana itu menjadi berkah, dan menembus ke kondisi Yuanfu.
Saat itu, tubuhnya hancur oleh Qin Wentian. Bagaimana ia bisa melupakan penghinaan itu? Sekarang setelah Sikong Mingyue menerobos ke kondisi Yuanfu dan telah membentuk jiwa qstral yang cukup kuat, ia benar-benar ingin bertarung sekali lagi dengan Qin Wentian. Bahkan jika Qin Wentian telah menerobos ke kondisi Yuanfu pun, ia masih yakin bahwa ia akan menjadi pemenangnya.
Betapa menjijikkannya bahwa Qin Wentian telah menghilang tanpa jejak. Dan untuk rumor bahwa ia sudah kembali, tidak ada yang tahu pasti apakah itu benar atau salah.