Chereads / Monarki Ilahi Kuno / Chapter 185 - Pertarungan Demi Buah Bintang

Chapter 185 - Pertarungan Demi Buah Bintang

Qin Wentian mengerutkan kening setelah mendengar kata-kata yang diucapkan pendekar perempuan dari Paviliun Awan Hijau itu. Bagaimanapun, ia tidak begitu akrab dengan kelompok mereka, ia hanya kenal dengan Qian Mengyu.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Qin Wentian, saat ia mengarahkan pandangannya kepada Qian Mengyu.

"Nona Mengyu, orang ini sudah mendapat perlindungan dari kita sebelumnya, dan secara logika kita harus membagi buah-buah bintang ini sesuai haknya. Bukan hanya itu …." Pendekar perempuan itu menatap Mu Baifei dan anggota kelompoknya. Cara para pendekar yang baru datang ini memandangi buah-buah bintang laksana seekor harimau yang melihat mangsanya.

Dengan buah-buah bintang yang cukup di tangan mereka, bahkan jika mereka tidak memiliki keunggulan jumlah, orang-orang dari Paviliun Awan Hijau itu bisa bertarung habis-habisan memanfaatkan teknik alami tingkat Yuanfu mereka, tanpa takut kehabisan energi. Mereka tidak perlu takut pada Mu Baifei dan kelompoknya sama sekali.

Alis Qian Mengyu bertaut, dan ketika ia beradu pandang dengan Qin Wentian, ia berkata dengan suara rendah, "Lupakan saja, karena kita berteman, mari kita membagi buah-buahan itu secara merata."

Qian Mengyu tidak ingin tawar-menawar begitu banyak, bagaimanapun mereka berempat, dan Qin Wentian hanya berdua dengan Mo Qingcheng. Bahkan jika buah-buah bintang itu dibagi sama rata, kelompok Paviliun Awan Hijau secara total tetap mendapatkan lebih banyak.

Mungkin, dalam hati Qian Mengyu, ia memang berpikir bahwa Paviliun Awan Hijau harus memutuskan pembagian. Bagaimanapun, Qin Wentian dan Mo Qingcheng berada pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan mereka. Jika itu adalah pendekar lain, bukan Qin Wentian, ia pasti akan habis-habisan berusaha membunuh mereka dan mengambil semua buah-buah bintang itu.

Qin Wentian tidak lagi naif seperti dulu. Setelah mendengar kata-kata Qian Mengyu, ia sudah bisa menebak jalan pikirannya. Namun saat itu, pendekar perempuan di samping Qian Mengyu menyela, "Tidak mungkin, Nona, sekarang ada banyak musuh di sana, jika kita masih membagi buah-buahan ini sama rata dengan mereka, bukankah itu berarti kita hanya memberikan buah-buah bintang itu dengan percuma? Jangan bilang bahwa kau berharap mereka akan menghadang Mu Baifei dan kelompoknya."

Pendekar perempuan itu juga bisa dianggap cantik sebenarnya; penampilannya halus dan bentuk tubuhnya indah tetapi melihat ekspresinya saat ini, Qin Wentian tak merasakan apa pun selain jijik.

Dengan beberapa buah bintang di tangannya, Qin Wentian berjalan maju dan menyerahkannya kepada Qian Mengyu. "Jangan khawatir, kami tidak akan melibatkan Paviliun Awan Hijau-mu. Adapun buah-buah ini, anggap saja hadiah kami untukmu."

Setelah berbicara begitu ia mengalihkan pandangannya ke arah tiga pendekar lainnya dari Paviliun Awan Hijau, lalu berkata dingin, "Karena kalian semua bersikeras untuk membagi buah-buah bintang ini, atas dasar apa kalian bilang bahwa kami harus membaginya dengan kalian? Aku adalah orang yang mendapatkan buah-buahan ini, jika kalian ingin mencoba mengambilnya, coba saja."

Qin Wentian menarik Mo Qingcheng pergi, kemarahannya terlihat jelas.

"Kau bajingan yang tidak tahu berterima kasih, melupakan bantuan kami sebelumnya setelah kau menemukan barang berharga. Jika bukan karena kami, apakah kau masih hidup?" Niat membunuh melintas di mata pendekar wanita itu saat ia mengarahkan jarinya lurus ke arah Qin Wentian, amarahnya menggelegak hingga batasnya. Qin Wentian terlalu kurang ajar.

"Tutup mulutmu," Qin Wentian menjawab dengan dingin, "Sebelumnya, ketika kita dikeroyok, kami berdua melawan lima pendekar. Akhirnya, kami menghabisi mereka sendiri, kapan Paviliun Awan Hijau-mu pernah melindungi kami?"

"Hehe, Saudara Qin tunggu dulu. Pertama, mengapa kau tidak mengesampingkan masalahmu dengan Paviliun Awan Hijau untuk sementara waktu? Saat itu kau masuk ke kelompok kami karena aku yang perkenalkan, dan sekarang kau memiliki buah-buah bintang, tidakkah seharusnya kau memberikannya kepada kami?" Yi Xiang tersenyum dingin. Saat para pendekar ini melihat harta karun, mereka tidak bisa lagi menahan keserakahan mereka. Lagipula, tidak ada yang tahu apa lagi yang akan terjadi nanti di Medan Penempaan. Tentu lebih baik memiliki buah-buah bintang di tangan untuk mengisi kembali energi mereka.

Qin Wentian melihat Ouyang Kuangsheng dengan santai berdiri di samping, seolah-olah sedang menonton pertunjukan. Terlepas dari kenyataan bahwa Ouyang Kuangsheng memiliki sejumlah besar buah-buah bintang padanya, tidak ada yang mencoba mengganggunya. Pendekar lainnya semua memilih untuk mengincar Qin Wentian, tampaknya mereka berpikir bahwa ia lebih mudah digertak.

"Kau terlalu banyak berpikir, aku memuji imajinasimu." Qin Wentian menatap Yi Xiang, sambil terus melangkah pergi dengan Mo Qingcheng.

"Hehe, serahkan semua buah-buah bintang yang ada padamu sekarang," Seorang pendekar Pedang Layang berbicara dengan tenang. Ia meninggalkan tempatnya di samping Mu Baifei dan mengarahkan pandangannya kepada Qin Wentian, Mo Qingcheng, serta orang-orang dari Paviliun Awan Hijau. Ada kesombongan yang melekat di matanya, ia menganggap semua orang berada di bawahnya.

"Ayo kita pergi." Qin Wentian memegang tangan Mo Qingcheng saat mereka berlari kencang, tidak ingin membuang waktu mereka dengan orang-orang itu.

"Mari kita pergi juga," Qian Mengyu berbicara, ketika anggota kelompoknya juga berlari kencang. Para Pendekar Pedang Layang tertawa dingin ketika mengarahkan kelompoknya untuk mengejar mereka.

Ouyang Kuangsheng menunjukkan ketertarikan di wajahnya. Konon kabarnya setiap kali buah bintang itu muncul, sebuah perselisihan pasti akan terjadi. Di mata orang-orang itu, buah bintang itu adalah harta karun yang sangat berharga, tetapi keberadaannya apa bukan malah sebuah bencana? Atau mungkin, buah bintang itu sendiri juga merupakan suatu jenis ujian lain.

Saat itu, sambil menoleh ke belakang, Ouyang Kuangsheng melihat beberapa siluet berlari ke arahnya. Ia melihat diantaranya ada pendekar dari Aula Raja Siluman dan Sekte Iblis Langit, dan ada juga pendekar Klan Wang dari Benua Perang. Sepertinya kali ini perselisihan ini akan sangat menarik untuk ditonton.

"Ouyang Kuangsheng." Beberapa pendekar dari Klan Wang menghentikan langkah mereka, saat Wang Xiao, yang memimpin, mengarahkan pandangannya kepada Ouyang Kuangsheng. Memperhatikan keberadaan pohon itu, kilatan cahaya yang tajam melintas di matanya. "Kau mendapatkan buah-buah bintang?"

Ouyang Kuangsheng memandang Wang Xiao. Ia tahu bahwa jika orang ini benar-benar menyerang kesetanan, semua orang pasti akan takut padanya sampai batas tertentu. Tidak mau repot untuk menjawab, bibir Ouyang Kuangsheng meringkuk menjadi senyum dingin ketika ia juga, berlari kencang.

Di jalur yang luas, pendekar demi pendekar berpacu dan berlari kencang. Qin Wentian dan Mo Qingcheng saat ini memimpin, tetapi wajah mereka segera berubah khawatir.

Sebuah bangunan raksasa yang membentengi gunung yang menjulang tinggi mulai terlihat, puncaknya begitu tinggi sehingga sepertinya menyentuh awan. Hanya ada satu jalur di tengahnya. Saat itu, jalan setapak itu tampaknya melepaskan kekuatan besar yang menghisap, seperti angin topan berdengung, mencabik ruang di dalamnya. Terlihat sangat menakutkan.

Qin Wentian dan Mo Qingcheng menghentikan langkah mereka, wajah mereka sangat tidak sedap dipandang ketika mereka menatap benteng yang menjulang di depan mereka itu.

"Qingcheng, ambil ini. Hati-hati." Qin Wentian mengambil beberapa buah-buah bintang dan menyerahkannya kepada Mo Qingcheng. Ia mengangguk ringan, ketika mereka berdua berbalik dan melihat debu beterbangan karena terjangan para pendekar yang memburu mendekat. Para pendekar Paviliun Awan Hijau adalah salah satu dari sedikit yang pertama tiba, dan ketika mereka melihat gunung yang menjulang tinggi di depan mereka itu, ekspresi wajah mereka menjadi sangat tidak sedap dipandang.

Karena ternyata ada sebuah benteng tinggi yang menghalangi jalan mereka, mereka tidak akan dapat menghindari perselisihan. Dan bagi mereka yang memiliki buah bintang, mereka pasti akan menjadi incaran bagi yang lain.

Mu Baifei dan kelompoknya juga tiba, namun mereka tidak terburu-buru bergerak. Mereka juga menyadari masih ada banyak orang di belakang mereka.

Beberapa saat kemudian, seluruh para pendekar telah tiba di benteng itu. Setiap pendekar berdiri secara acak, motif tersembunyi terlihat jelas di wajah mereka.

Ouyang Kuangsheng menatap kerumunan itu, lalu mengalihkan pandangannya kembali kepada Qin Wentian. Masalah ini menjadi sangat merepotkan, dan itu semua karena Qin Wentian. Jika bukan karena ia mengatasi Batu Sendang Kuning, sebagian besar dari kawanan itu saat ini tidak akan pernah sampai sejauh ini.

"Qian Mengyu dari Paviliun Awan Hijau. Serahkan buah-buahan itu, dengan kekuatanmu, tidak mungkin kau bisa menahannya." Mu Baifei melangkah maju, dan menatap Qian Mengyu. Nada merendahkan terdengar dari suaranya saat ia dan dua Pendekar Pedang Layang lainnya menghunus pedang mereka. Pada saat itu, qi pedang yang sangat tajam bisa dirasakan membelah ruang, memancar menuju keempat pendekar dari Paviliun Awan Hijau.

"Coba saja." Wajah Qian Mengyu sangat tidak menyenangkan untuk dilihat.

Mu Baifei dan dua pendekar pedang itu maju saat Qi pedang yang mengerikan itu meningkatkan kekuatannya. Aura pedang yang menyesakkan merasuki udara saat jiwa astral mereka dilepaskan, membanjiri daerah itu dengan cahaya yang menyilaukan.

Para Pendekar Pedang Layang itu tentu saja membentuk jiwa astral jenis Pedang. Mereka bertiga berdiri bahu membahu, mengarahkan jari-jari mereka ke depan. Sesaat kemudian, puluhan juta pedang tajam terwujud menjadi gumpalan badai pedang. Badai itu seolah meraung murka, memusnahkan apa saja yang menghalangi jalan mereka.

"Betapa qi pedang yang sangat berkuasa." Kerumunan itu tersentak kagum.

Ketika itu, sebuah pedang panjang juga terlihat di tangan Qian Mengyu; ia sangat mahir menguasai teknik alami jenis Pedang, Sembilan Pedang Kehidupan. Ia mengayunkan pedang itu dalam tarian yang rumit, berisi energi meluap dan keinginan yang tak akan mati. Pada saat itu, para pendekar wanita di sampingnya juga melepaskan serangan mereka, mereka semua menggabungkan kekuatan bersama-sama, berusaha untuk menghantam langsung badai pedang yang datang.

Wuss … wuss … wuss. Qi pedang yang menakutkan yang dipancarkan oleh kedua belah pihak sangat menusuk telinga, ketika para petarung itu digulung di dalam badai pedang. Pendekar Pedang Layang melanjutkan serangan mereka, saat Qi pedang yang jumlahnya tak terbatas memancar keluar dengan setiap langkah yang mereka ambil. Mereka menjentikkan jemari pedang mereka tanpa henti, membawa aura pedang yang menakutkan, menumpuknya menjadi satu dan membuatnya menjadi semakin kuat.

Qin Wentian berdiri menyaksikan pertempuran itu, ia diam-diam merenung bahwa mereka memang pendekar pedang yang berasal dari kekuatan yang sangat tinggi. Salah satu dari ketiganya sudah cukup untuk mengalahkan siapa pun yang ikut berpartisipasi dalam Perjamuan Jun Lin, termasuk dirinya pada saat itu. Namun sekarang, Qin Wentian tidak merasa bahwa ia lebih lemah dibandingkan dengan mereka.

Qin Wentian saat ini dibandingkan Qin Wentian waktu itu; siapa yang tahu seberapa lebih kuat dirinya sekarang dibandingkan dengan saat itu.

''Saudara Qin, kau bisa menyaksikan sendiri seberapa kuat Pendekar Pedang Layang itu. Orang bijak menerima keadaannya, kami tidak akan menyerang jika kau menyerahkan buah-buah itu sekarang." Yi Xiang berjalan maju, berdiri di depan Qin Wentian saat berbicara dengan suara rendah, dengan senyum keji terlukis di wajahnya.

Qin Wentian hanya memandang Yi Xiang sekilas, jawabannya hanya satu kata, "Enyahlah."

Wajah Yi Xiang menjadi sangat tidak senang, saat sikapnya tiba-tiba berubah menyeramkan. Ia membelalakkan matanya kepada Qin Wentian lalu menatap Mo Qingcheng, ia lalu berkata, "Saudara Qin, tidak apa-apa jika kau ingin mati, tetapi mengapa kau harus menyeret seorang gadis cantik bersamamu?"

Qin Wentian menatap Yi Xiang, kilatan cahaya dingin sedingin es bisa terlihat menyorot dari matanya, membuat Yi Xiang merasa dipenuhi bahaya. Pemuda yang tampak baik itu ternyata mampu mengeluarkan tekanan seperti itu ketika marah.

"Kami akan menyerahkan buah-buah itu." Saat itu, dari medan pertarungan yang agak jauh, Qian Mengyu dan anggota kelompoknya terdesak hingga ke benteng itu oleh tiga Pendekar Pedang Layang. Dengan punggung terdesak ke dinding benteng, tanpa ada jalan lagi untuk mundur bagi mereka, dan dengan tambahan qi pedang yang semakin menguat itu, mereka yang berasal dari Paviliun Awan Hijau hanya bisa dengan takluk menyerahkan buah-buah bintang yang mereka miliki.

Jlebb!

Darah segar menyembur keluar, ketika seorang pendekar wanita di belakang Qian Mengyu tertembus oleh pedang, mati di tempat. Qian Mengyu menegang, saat wajahnya menjadi tak sedap dipandang.

Dan pada saat yang sama, aura pedang yang mengerikan itu menghilang ketika Mu Baifei dengan tenang berkata, "Karena kau sudah tahu hasilnya akan berubah seperti ini, mengapa kau harus menolak sebelumnya?"

Suaranya sangat menyiratkan kesombongan saat mengulurkan tangannya ke arah Qian Mengyu.

Qian Mengyu menjadi pucat saat menyerahkan buah-buah bintang itu. Baru sekarang orang-orang tahu bahwa sengketa itu terjadi karena persaingan memperebutkan buah bintang.

"Cuma itu saja? Jumlah buah-buah bintang itu tidak mungkin sesedikit ini, kan?" Mu Baifei berbicara dengan tenang. Setelah itu, salah satu pendekar perempuan itu mengangkat tangannya, mengarahkan jarinya kepada Qin Wentian, "Buah-buahan yang tersisa semuanya ada di tangannya, sementara seluruh buah-buah bintang dari pohon lainnya berada di tangan Ouyang Kuangsheng. Coba rebut dari mereka jika kau punya kemampuan."

Qin Wentian mengerutkan alisnya saat ia melihat Mu Baifei berjalan ke arahnya. Persis seperti sebelumnya, Mu Baifei bertanya, "Di mana buah-buah bintang itu?"

Matanya dipenuhi dengan rasa jijik, menatap rendah ke arah Qin Wentian. Bagaimana mungkin jumlah buah-buah bintang yang ia peroleh cukup untuk dibagi dengan semua orang yang bergabung dengannya.

"Hehe, Saudara Qin, jika kau membuat marah Saudara Mu, aku khawatir kau tidak akan bisa menjaga nyawamu yang tak seberapa itu." Yi Xiang mencibir, dengan sedikit intimidasi.

"Nyawaku? Apakah kau yakin aku tidak mengambil nyawamu lebih dahulu?" Tatapan mata Qin Wentian semakin menyiratkan aura siluman, suaranya yang tenang tak tertandingi membuat wajah Yi Xiang membeku, dan ekspresinya menjadi semakin tak sedap dipandang.

"Dia memiliki beberapa buah-buah bintang, kalian pergi ke sana dan bagilah di antara kalian," Mu Baifei berbicara kepada orang-orang di kelompoknya, membuat mata mereka berkilau dengan keserakahan.

Sangat jelas Mu Baifei memahami situasi saat ini sepenuhnya. Ia bukan satu-satunya orang yang menginginkan buah-buah bintang itu; masih ada banyak orang lain dari berbagai kekuatan yang sangat tinggi yang mengamati pembagian buah-buahan itu seperti harimau yang mengawasi mangsanya. Kekuatan kelompoknya sendiri masih belum cukup untuk memiliki seluruh kumpulan harta berharga itu sendirian.

Tidak hanya itu, dengan harga diri dan kesombongannya, ia merasa bahwa bukan levelnya untuk bertindak menghadapi seseorang yang bukan siapa-siapa dan tanpa dukungan dari manapun itu.