Kota Oak menjadi sangat hidup pada sore hari dengan banyak orang berkumpul, dan bau makanan enak menarik perhatian.
Dan di sisi jalan, banyak wanita mendekati para petualang, mencoba untuk dijadikan pasangan.
Mereka mungkin baru saja kembali dari Hutan Ribuan Daun, dan menjadi sangat dermawan. Jika mereka melayani petualang itu, tip yang diberikan bisa berkali-kali lipat dari biasanya.
Beberapa orang berpikir hal itu sia-sia, tapi faktanya, wanita jalang tidak akan mungkin kehilangan pelanggan.
Marvin berjalan di keramaian, mengingat perasaan yang pernah diingatnya.
Dia pernah beberapa kali ke Kota Oak, tetapi perasaan ini bukan dari kembalinya ia ke kota ini; bahkan, sebuah perasaan seperti seseorang yang sendirian di kota yang asing.
Marvin adalah orang yang penyendiri di kehidupan sebelumnya. Ia hanya memiliki sedikit teman, meski mereka semua adalah para ahli.
Marvin yang sekarang bahkan lebih penyendiri. Ia hanya dapat mengandalkan diri sendiri sekarang.
Marvin mengabaikan beberapa wanita yang mencoba menggapai tangannya, mendorong mereka, dan memukul tangan orang-orang yang mencoba mendekati dompetnya. Ia berkelana melewati hampir ke semua bagian Kota Oak dan sampai di bagian ujung timur kota itu.
Terdapat toko pandai besi disana. Seorang pandai besi tua memiliki anak perempuan yang cantik dan terampil. Anak itu membuka tempat jahit bersebelahan dengan tempat itu.
Sang ayah dan putrinya adalah orang yang disegani oleh orang-orang di Kota Oak. Karena mereka dahulu adalah sang keluarga pembuat senjata yang dapat menghalau serangan monster. Lagipula, siapa yang tidak menyukai wanita cantik?
Marvin berdiri di luar toko itu beberapa saat dan melihat tidak ada orang di dalam.
Dia bersikeras, dan memutuskan untuk masuk melewati toko jahit di sebelahnya.
Di dalam toko jahit, sang putri sedang mengukur baju petualang wanita. Melihat Marvin masuk, dia menyambut Marvin dan memberi tanda untuk menunggu sebentar.
Marvin kemudian mencari tempat untuk duduk.
Setelah beberapa lama, sang putri selesai mengukur dan sang petualang memberi pembayaran awal. Petualan itu berjanji untuk melunasi sisanya tiga hari lagi.
Marvin pernah mengalami kejadian ini sebelumnya.
Di dalam permainan, ia juga berjuang dari kelas bawah, selangkah demi selangkah. Namun kali ini, identitasnya adalah seorang bangsawan. Ini membuatnya sulit untuk membiasakan diri.
Tetap saja, suasana seperti ini membuat ia sangat nyaman.
"Apa kamu ingin membeli beberapa pakaian, atau membuatnya sesuai permintaan?" Sang putri berkata sembari tersenyum.
Senyumnya menunjukkan dua lesung pipi yang manis. Rambutnya coklat dan menunjukkan perasaan senang.
"Namaku Jane, ada yang bisa kubantu?"
Marvin tanpa basa-basi berkata. "Halo, Jane, Aku ingin bertemu dengan ayahmu."
"Ayahku?" Jane terkejut. "Apa kamu temannya?"
"Kami belum pernah bertemu, tetapi aku pernah mendengar cerita tentang dirinya." Marvin tersenyum.
"Ia mungkin sedang ke kedai? Ia mungkin akan kembali pada sore hari. Bisnis sedang lesu akhir-akhir ini, sedikit orang yang ingin mencari ayah untuk di buatkan sesuatu. Jadi, ia biasanya berkunjung ke kedai," Jelas Jane.
'Kedai?' Pikir Marvin, sebelum ia berkata, "Jika tidak keberatan, bolehkah aku menunggunya disini?"
"Hah?" Jane sekilas memperhatikan Marvin, menunjukkan kewaspadaan.
'Apa orang ini akan melakukan sesuatu padaku?'
Lagipula, hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya.
Namun jika ia menginginkannya, yang akan merasakan akibatnya adalah dirinya sendiri!
Setelah berpikir sesaat, ia tersenyum, "Tentu saja."
Tanpa menunggu Marvin berterima kasih, sesosok bayangan segera muncul di belakang meja toko.
Marvin tiba-tiba kaget dan mundur beberapa langkah.
Kelihatannya seperti anjing hitam pekat yang jahat!
'Tunggu, itu bukan anjing jahat!'
'Sial… Ini adalah [Anjing Neraka]! Bahkan jika ukurannya kecil, kekuatannya dapat mengalahkan seseorang di ranking 1!'
"Wush!"
Marvin mengeluarkan belati kembarnya, fokus memperhatikan anjing neraka itu, dengan waspada. Meski masih muda, anjing neraka itu dapat merobek kepala harimau sekalipun!
Di kehidupan lalunya, Marvin hanya tahu sedikit tentang Pejalan Malam ini. Ia tidak menyangka gadis ini akan mengeluarkan anjing neraka!
Ia kemudian mengerti.
'Sialan, gadis ini mengira aku adalah seorang penguntit...'
Marvin tidak tahu harus tertawa atau menangis.
"Ah, Tuan jangan merasa gugup."
Berjalan dari belakang meja toko, gadis itu mengusap kepala anjing neraka itu, sembari tersenyum.
"Si Hitam Kecil sangatlah penurut. Tanpa perintahku, ia tidak akan melukai siapapun."
Melihat wajah anjing neraka yang menyeramkan, Marvin kebingungan.
Artinya, apabila gadis itu mau, ia bisa menghancurkanku kapan saja.
Nampaknya menggodai gadis-gadis di Kota Oak tidak semudah itu. Tampang yang cantik rupanya membawa masalah pada dirinya.
"Jangan tersinggung, tetapi aku sungguh ingin mencari ayahmu."
"Karena aku tidak disambut baik, aku akan menunggu di toko sebelah." Marvin menyimpan belati kembarnya dan segera pergi.
Jane melihat Marvin yang berbalik, dan terkejut.
"Apa dia benar-benar mencari ayahku?"
"Orang asing, kenapa kamu mencari orang tua pemabuk itu?"
"Bukankah begitu?"
Ia mengusap kepala anjing neraka itu, berkata pada dirinya sendiri.
...
Bagian dalam bengkel besi itu berantakan sekali dan debu ada dimana-mana.
Kata-kata gadis itu tidak main-main, bisnis tidak berjalan lancar. Tidak ada yang membutuhkan senjata, jadi sang pandai besi tidak memiliki pekerjaan.
Marvin dengan perlahan duduk di pojok dan menunggu dengan tenang.
Waktu berjalan cepat dan langit perlahan-lahan semakin sore. Kemudian, bengkel itu menjadi gelap gulita.
Marvin masih menunggu.
Jane datang dan memberitahunya bahwa mungkin sang pandai besi akan menginap di kedai, menyarankan Marvin untuk datang kembali besok. Tetapi Marvin bersikeras dan terus menunggu.
Sang Pejalan Malam hanya akan menunjukkan wujud aslinya pada malam hari.
Di kegelapan, langkah kaki mulai terdengar.
Marvin menggunakan skill Bersembunyi.
Suara jejak langkah dapat terdengar dari kejauhan, terang lilin mulai menyinari ruangan dengan redup. Ia membawa lampu minyak ketika ia sedang berjalan pulang.
Sang pandai besi melewati pintu rumah dan menggantungkan lampu minyak itu di sisi dinding. Kemudian ia mengunci pintu bengkelnya.
Marvin berhenti bernafas, detak jantungnya tiba-tiba berdetak keras.
Pendalaman ini sangatlah penting dan merupakan hal yang paling sulit, dan akan terjadi malam ini.
Tubuhnya dibawah pengaruh alkohol. Ia terlihat mabuk dan sempoyongan berjalan ke arah persenjataan, mengambil pedang besi.
Gerakannya terlihat sangat lambat.
'Salah!'
Dengan penerangan yang kurang, Marvin segera menyadari pundak pria tua itu bergetar!
Ini adalah tanda bahwa ia menggunakan kekuatannya.
Tanpa berpikir panjang, ia berguling dengan cara yang aneh, menjauhi tempat sebelumnya ia berada!
"Klang!"
Kecepatan pak tua secepat angin. Sebilah pedang memotong tempat Marvin yang sebelumnya!
Ia tidak nampak seperti orang mabuk sama sekali.
Meskipun ruangan itu redup, ia dapat melihat Marvin.
Marvin menelan ludahnya, melihat tempatnya bersembunyi tadi dengan waspada.
Bekas potongan tadi juga sangat dalam. Ini bukan pedang besi biasa, bahkan pedang itu bisa sangat kuat di tangan pria tua ini.
Ia secara sengaja menahan kekuatannya; jika ia bersungguh-sungguh… Marvin tidak akan sanggup!
"Tidak buruk. Kamu menemukan celah yang aku sengaja tunjukkan," kata pria tua itu dengan muka datar. "Tetapi ini tidak cukup."
"Mengapa kamu mencariku?"
"Pendalaman." Marvin tanpa basa-basi.
"Hanya sedikit orang yang mengenalku. Siapa yang memberitahumu?" Pria tua menurunkan pedangnya dan kemudian berbaring di ranjang kayu di sudut rumah itu.
"Kabar angin."
Marvin sudah menyiapkan alasan itu sebelumnya, hanya saja kurang meyakinkan.
"Kabar angin?" pria tua bingung.
"Jika kamu menemukanku lewat rumor, bagaimana orang-orang jahat yang ingin membunuhku tidak datang ke tempat ini setiap hari?"
Marvin menjawab, "Aku hanya ingin menjadi ranger yang lebih unggul."
"Terlalu banyak kelas pendalaman ranger. Hutan Ribuan Daun berada di dekat sini, mungkin kamu harus mencoba kelas pendalaman peri kuno."
Pria tua acuh tak acuh.
"Kelas lain akan menolak."
Marvin perlahan mengeluarkan dua belatinya dan berbicara serius,"Kamu tahu malam akan datang."
[Kedatangan malam]. Pepatah Pejalan Malam.
Sang pria tua segera berdiri dari ranjangnya dan dengan serius bertanya kepada Marvin. "Siapa dirimu sebenarnya?"
"Aku sekilas melihat apa yang terjadi." Marvin kembali melanjutkan, "Sama seperti Hathaway. Ramalan tua itu akan terjadi."
"Hathaway, seperti yang telah diduga..."
Pria tua seketika merasa lega.
"Peramal lain. Dunia ini bertambah semakin dan semakin kacau."
"Namun satu peramal lagi yang menyebutkan Pejalan Malam bukan hal yang buruk."
"Ikuti aku anak muda."
Selesai bicara, pria tua membuka pintu belakang bengkel itu, masuk dan ikut menarik Marvin ke dalam.