Dahulu, Gu Yusheng tidak berpikir terlalu banyak. Ia masuk ke dalam mobil setelah sopir membukakan pintu dan mempersilakannya masuk ke dalam.
Setelah ia sampai di perusahaan, ia sibuk mengikuti rapat sepanjang hari.
Setelah ia selesai bekerja, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
Ia ingin pulang ke rumah, tetapi ketika ia hendak memanggil sopirnya ia teringat bahwa wanita itu sudah pindah ke rumahnya.
Ia tidak jadi memanggil sopir, menutup telepon, bersandar pada kursi kerjanya, dan merokok. Saat ia merokok, bayangan yang sama akan Liang Doukou di bawah cahaya matahari yang baru saja ia lihat di mansion, tiba-tiba muncul di kepalanya.
Ia terdiam seketika, di saat tengah memasukkan rokoknya ke mulut. Ia tampak seperti seseorang telah menekannya sampai pada batasnya, membuatnya membeku. Ia hanyut dalam khayalan.
Ia tak segera pulih dari khayalannya sampai rokoknya habis terbakar sampai ke penyaringnya dan melukai jarinya. Diam-diam ia mengkritik Liang Doukou karena matanya yang terlalu besar.
Ia berpikir bahwa ini hanyalah suatu kebetulan saja ia melamun untuk beberapa saat. Dua hari kemudian, ia pergi bermain golf dengan Lu Bancheng dan beberapa teman lainnya. Lu Bancheng dengan santai menyebutkan nama Liang Doukou pada teman-temannya.
Ketika Gu Yusheng mendengar nama Liang Doukou disebut, ia tengah memegang tongkat golf dan siap memukul bola. Tangannya bergetar, dan akibatnya pukulannya pun meleset.
Lu Bancheng melihat hal itu bagai melihat sesuatu yang tak bisa dipercaya. Ia melompat keluar dari mobilnya dan menggigiti sedotan pada botol birnya sambil menyeringai. "Sialan, Kakak Sheng, kau tidak berhasil memukul bolanya? Kau tidak sedang memikirkan wanita, kan?"
Gu Yusheng terkejut bahkan sebelum Lu Bancheng selesai berbicara. Lu Bancheng benar. Ketika ia mendengar nama Liang Doukou disebut, bayangan Liang Doukou sedang memandangnya di Mansion keluarga Gu melintas dalam benaknya.
Ia sudah mengenal Liang Doukou selama lebih dari dua puluh tahun, tetapi ia tidak pernah menganggap Liang Doukou sebagai seseorang yang cantik dan menawan, seperti yang media katakan.
Namun, ia merasa Liang Doukou cantik ketika ia melihat Liang Doukou sedang memandangnya di Mansion keluarga Gu. Terutama mata Liang Doukou. Ketika Liang Doukou melihat kepada Gu Yusheng, matanya terlihat sangat jernih, cantik dan menarik. Mata Liang Doukou seperti bisa berbicara dan benar-benar menawan hatinya.
"Hey, aku bisa membaca pikiranmu, bukan? Kau sedang memikirkan seorang wanita. Benar kan?" Lu Bancheng menepuk pundaknya karena ia tidak mendapatkan jawaban dari Gu Yusheng
Gu Yusheng tiba-tiba tersadar. Ia menyadari bayangan sosok Liang Doukou telah masuk tanpa halangan ke dalam pikirannya sebanyak dua kali, yang membuatnya frustasi. Ia melemparkan tongkat golfnya ke lantai dan mengambil mantelnya, melangkah pergi tanpa berkata apa-apa.
Ketika Gu Yusheng kembali ke mobil, ia menerima panggilan telepon dari kakeknya. Kakek mulai memarahinya karena tidak pulang, dan menyalahkannya karena memberi terlalu banyak alasan. Ia juga memberi tahu Gu Yusheng bahwa ia telah membatalkan sebuah urusan di Huanian demi Gu Yusheng.
Gu Yusheng merasa terganggu dengan adanya wanita itu di rumah. Pada saat itu, ia merasa Liang Doukou sudah mengacaukan urusan yang sedang ia kerjakan selama tiga bulan terakhir.
Ia menjadi sangat marah. Setelah Gu Yusheng diantar kembali ke kantor, ia sudah mandi dan menikmati beberapa batang rokok. Setelah ia tenang sedikit, kakeknya menelepon kembali dan bertanya mengapa ia belum pulang karena hari sudah sangat malam.