Chapter 12 - Bab 12

"Dia melompat dari tebing."

"Apa?" Zhu Shun marah dan langsung tersentak, "Kamu pikir aku idiot? Maksudmu, gadis dari keluarga Jing menjebakmu lalu melompat bunuh diri setelah itu?"

"Aku…"

"Omong kosong," Zhu Shun berteriak, "Kamu sudah bekerja di sini selama empat sampai lima tahun dan aku selalu memperlakukanmu dengan baik. Perselisihanmu dengan Jin Zhu di Lapangan Bukit Hijau adalah urusan kalian sendiri, mengapa kamu menyeret saya ke dalam urusan itu? Apa yang sedang kamu lakukan sekarang? Apakah kamu mencoba untuk mempersulit aku di depan para tuan muda?"

"Kepala Pelayan Zhu, tolong percaya padaku."

"Kalian! Beri dia pelajaran!"

Jeritan yang melengking terdengar.

Chu Qiao memegang erat tali yang telah dia siapkan sebelumnya dan mengayunkan dirinya ke sebuah gua kecil. Gunung segi delapan ini terdiri dari banyak tumpukan batu arang. Setiap musim semi, akan ada lumut ungu muncul di batu arang. Setelah dipanggang, ia mengeluarkan aroma unik yang menenangkan jiwa. Setiap musim semi, orang-orang dari keluarga Zhuge akan mengumpulkan lumut dari tebing dan seiring berjalannya waktu, mereka menggali lubang seukuran manusia. Chu Qiao menghabiskan banyak waktu di halaman belakang dan dia menyadari keberadaan lubang ini. Dengan hati-hati dia menaburkan rumput layu yang ia cabik-cabik, lalu menyimpan kembali talinya, menunggu kerumunan orang di atas bubar.

Pada saat ini, napas hangat bisa dirasakan di telinganya, suara laki-laki berbisik dengan tawa kecil, "Gadis ini, kenapa kamu begitu jahat?"

Chu Qiao terkejut. Dia segera berbalik dan buru-buru memukul orang dengan kait yang terpasang di ujung talinya.

"Sulit membayangkan bahwa kamu adalah anak yang bahkan belum genap berumur sepuluh tahun." Orang tersebut sangat gesit dan ia meraih tangan kecil Chu Qiao dengan mudah, suaranya tenang.

Karena perawakan kecil Chu Qiao, orang ini bisa menjepitnya ke lantai hanya dengan satu tangan. Tetapi dia masih tidak menyerah dan mengangkat kepalanya lalu terkejut sampai dia mengangkat alisnya, "Ternyata kamu?"

Pria itu juga tampak terpaku untuk sesaat dan dengan hati-hati memeriksa anak itu. Dia akhirnya menyadari dan tersenyum, "Saya pikir siapa, ternyata itu kamu, apakah obatnya masih efektif?"

Pria itu memiliki alis yang gagah dengan hidung mancung, mata hitam legam dengan ketajaman tersembunyi di bawah kelembutannya. Secara mengesankan, ia adalah tamu terhormat dari acara hari ini, Yang Mulia Yan, Yan Xun.

Chu Qiao mengangkat kepalanya dengan tegas lalu berkata dengan dingin, "Kenapa kamu di sini? Apa yang sedang kamu lakukan?"

Yan Xun menyeringai, "Seharusnya aku yang menanyakan ini padamu."

Berbagai pikiran terlintas di benak Chu Qiao dan dia berulang kali mempertimbangkan kemungkinan mendorong pria ini jatuh dari tebing. Sementara dia mempertimbangkan, dia mencoba meraih belati yang tersembunyi di pinggangnya.

Yan Xun menunjuk ke arahnya dan berkata dengan tenang, "Jika kamu tidak ingin ketahuan, sebaiknya kamu patuh dan jangan macam-macam. Anak sekecil ini, bagaimana kamu bisa begitu jahat?"

Chu Qiao mengangkat alisnya, "Dibandingkan dengan orang-orang seperti kalian, saya masih jauh dari jahat. Dengan bersembunyi di sini, kemungkinan anda juga sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik. Maling teriak maling, jangan munafik dan bertindak seakan-akan anda sangat membantu saya."

Yan Xun langsung berdiri setelah mendengar ini, menyingkap ranting2 pepohonan dan berteriak, "Siapa yang di atas sana?"

Chu Qiao tersentak dan tidak berhasil menghentikannya tepat waktu. Jika dia ketahuan, adik kedelapan juga akan mendapat masalah. Dia segera mengeluarkan belatinya dan menghunusnya ke arah Yan Xun.

Yan Xun mengaitkan tangannya dengan refleks alami dan menutup mulut Chu Qiao, sembari menariknya ke dalam pelukannya. Saat itu, suara cemas terdengar dari atas dan Yan Xun menjulurkan kepalanya dari dalam gua dan berteriak, "Yang Mulia di sini sedang menikmati pohon-pohon plum, mengapa kalian membuat keributan? Cepat bubar."

Zhu Shun dibawa ke tebing oleh anak buahnya dan saat melihat Yan Xun, dia ketakutan dan membungkuk untuk waktu yang lama sebelum buru-buru membawa anak buahnya pergi dari sana.

Yan Xun menyeringai saat dia melepaskan lengannya, memutar badan dan berkata, "Ini terhitung bantuan yang besar untukmu kan?"

Chu Qiao pendek dan tingginya di bawah bahu Yan Xun. Dia menjulurkan telinga dan mendengarkan untuk sementara waktu, menyadari bahwa tidak ada gerakan di atas. Dia melemparkan kaitnya ke atas dan memastikan bahwa sudah terkait dengan benar, sebelum berbalik dan mulai memanjat ke atas.

Yan Xun menyipitkan mata dan memperhatikannya. Meskipun sudah jelas dia gesit, dia tidak terlihat seperti orang yang berlatar belakang seni bela diri. Walaupun dia berani, dia tidak sembrono dengan gerakannya yang lincah. Gua itu hanya satu meter di bawah, Yan Xun berpegangan dengan kuat ke tebing dan dengan lonjakan kekuatan, dia melompat.

Chu Qiao menyimpan kaitnya dan mengamati sekelilingnya untuk memastikan keselamatannya sebelum pergi. Dia tiba-tiba berbalik dan berkata dengan dingin, "Aku tidak suka berhutang budi kepada orang lain. Nanti sebelum memulai perjalanan pulangmu, periksa baik-baik kudamu."

Yan Xun sedikit terpana. Pada saat dia tersadar kembali, anak itu sudah lama menghilang. Di kejauhan, dia tampak seperti anjing yang merangkak di jalan yang kasar dan menghilang setelah beberapa saat.

Sang bangsawan muda dari Yan menyipitkan mata dan menyeringai sedikit, "Menarik."

Menuruni gunung segi delapan, ia melewati barisan batu yang sangat indah sebelum memasuki hutan plum.

Hari ini berbagai keturunan tidak berguna dari para keluarga-keluarga besar di Kota Huang berkumpul di Lapangan Zhuge, area hutan plum berada di bawah pengawasan ekstra ketat, sehingga sangat tenang. Saat melintasi hutan, Chu Qiao sesekali berjingkat-jingkat untuk memetik beberapa bunga plum.

"Hei kamu! Kemari!" Suara yang kasar membentak, terdengar seperti suara anak-anak tetapi nadanya sangat sombong.

Chu Qiao melirik dan melihat seorang pangeran muda mengenakan jubah zamrud dengan sulaman rumit berbentuk ekor musang seputih salju berbulu halus yang disulam dengan benang emas. Dia memiliki wajah cerah dan hidung mancung yang sedikit berkerut. Mata hitamnya menatapnya dan berteriak, "Iya, kamu! Aku sedang memanggilmu!"

Chu Qiao mengerutkan kening tetapi ia berpikir lebih baik jangan menimbulkan masalah. Dia membungkuk dengan hormat dan berkata, "Masih ada yang harus saya lakukan, saya permisi dahulu." Begitu dia menyelesaikan kalimatnya, dia berbalik dan pergi.

Pangeran muda itu terkejut karena dia tidak mengira pelayan ini akan pergi semaunya. Dia mengerutkan hidungnya dan tiba-tiba mengeluarkan cambuk di tangannya dan berteriak, "Dasar anjing! Berani sekali kamu!"

Begitu gadis tersebut mendengar suara itu, dia langsung berbalik dan menangkap ujung cambuk dengan tangan kosong sambil menatap dingin ke arahnya.

Tuan muda itu tidak menyangka bahwa pelayan di keluarga Zhuge begitu ganas, dia menggunakan semua kekuatannya dan menarik tetapi tidak berhasil. Dia cemberut dan mengamuk, "Apakah kamu ingin mati? Aku akan menyuruh orang-orangku untuk memotongmu!"

Chu Qiao tersenyum dingin dan memutar cambuknya dengan gesit. Cambuk itu langsung terlepas dari tangan tuan muda itu dan kini berada di tangan Chu Qiao. Meskipun berusia kurang dari delapan tahun, bertubuh kecil dan berwajah lembut, tatapannya jelas bukan tatapan seorang anak kecil. Dia dengan tenang maju dan berkata tanpa emosi sedikitpun, "Cambuk itu seharusnya digunakan untuk mengejar kuda dan bukan untuk menyerang orang lain." Begitu dia selesai berbicara, dia mengembalikan cambuk itu kepadanya dan berbalik pergi.

Melihat bahwa gadis ini bertubuh lebih kecil tetapi penuh percaya diri dan begitu lincah, dia merasa tertarik padanya. Melihat gadis itu pergi, tuan muda ini merasa cemas tetapi dia tidak dapat berbicara baik-baik kepadanya karena egonya yang besar. Dia dengan berani berlari dan mencegat gadis itu, "Kamu adalah pelayan dari keluarga Zhuge yang mana? Siapa namamu? Apakah kamu tahu siapa aku? Apakah kamu percaya aku akan meminta orang-orangku untuk memotongmu?"

Chu Qiao mengangkat kepalanya, meliriknya sedikit dan mendorong lengannya. Dia mengangkat alisnya dengan nada meremehkan, "Kamu tidak bisa mengalahkanku jadi kamu harus memanggil anak buahmu, dasar lemah. Tidak peduli apapun statusmu, aku tidak tertarik untuk mencari tahu."

Pohon-pohon plum bergoyang saat tuan muda itu berdiri di tengah-tengah pepohonan; dia menatap kosong pada Chu Qiao yang menghilang di cakrawala.

Setelah mencapai Lapangan Bukit Hijau, dia mengatakan salamnya kepada orang-orang di sekitar dan langsung menuju ke Aula Xuan. Zhuge Yue berbaring di tempat tidurnya dengan sikap malas dan samar-samar menatap Chu Qiao tanpa mengangkat kepalanya.

Dia berjalan menuju vas dari giok dan mengeluarkan bunga dari hari sebelumnya, menempatkan bunga plum yang baru dia petik ke dalam vas. Setelah itu, dia pergi ke samping Zhuge Yue dan berlutut di pembakar dupa. Dia mencampur lelehan salju dari bunga plum dengan dedaunan mint lalu dengan hati-hati menuangkannya ke dalam pembakar dupa dan mengipasinya dengan lembut. Bau yang menyegarkan segera tercium, Zhuge Yue menarik napas dalam-dalam dan perlahan menutup matanya.

Lama berlalu dan Zhuge Yue sepertinya tertidur. Pada saat ini, ada gerakan tiba-tiba di luar dan dengan letih dia membuka matanya.

"Tuan Muda Keempat, Kepala Pelayan Zhu mengirim anak buahnya untuk memberi tahu kita bahwa di gunung segi delapan dia telah menangkap basah Jin Cai, dia sedang meletakkan pot rotan dan banyak ular berbisa. Kini dia sedang disidang."

Zhuge Yue membuka matanya setengah dan berkata dengan santai, "Meskipun Jin Cai suka memerintah dan mengatur orang lain, tetapi dia penakut, dia tidak akan berani membawa ular berbisa. Apakah ada orang yang mendengar apa yang dia katakan?"

"Dia bilang …" Suara pelayan itu menghilang sementara dia melirik Chu Qiao yang sedang duduk di sudut dengan tenang. Pelayan itu lanjut berbisik, "Dia mengatakan dia mengikuti di belakang Xing Er dan bahkan mengatakan bahwa Xing Er telah menjebak Jin Cai dan Jin Zhu. Tujuannya adalah untuk membalas dendam atas kematian anak-anak dari keluarga Jing."

"Xing Er," Zhuge Yue berbaring di tempat tidurnya, mengangkat cangkir tehnya dan berkata dengan tenang, "Apa penjelasanmu?"

Chu Qiao berlutut dan menjawab dengan tenang, "Saya tidak melakukannya."

"Jadi, ke mana kamu pergi?"

"Xing Er pergi ke kebun plum."

"Apakah ada orang lain yang melihatmu?"

Anak itu menggelengkan kepalanya tetapi berpikir sejenak dan berkata, "Xing Er melihat seorang tuan muda di kebun. Dia bukan dari rumah kita, dia sedikit di atas sepuluh tahun dan mengenakan jubah hijau dengan ekor musang putih salju. Saya tidak tahu namanya."

"Hm," Zhuge Yue mengangguk dan berkata pada pembawa pesan, "Pergilah."

Utusan itu sedikit terkejut dan berkata dengan ragu, "Jadi untuk Nona Jin Cai …"

Zhuge Yue mengangkat kepalanya, menutup matanya dan bersandar di tempat tidur. Dengan lembut dia berkata, "Dia harus membayar harga untuk kesalahannya, biarkan pengadilan menentukan bagaimana menanganinya."

Si pembawa mengangguk dan pergi. Rumah itu sepi dengan sedikit aroma dupa berasap.

"Xing Er, apakah kamu membenci keluarga ini karena membunuh kerabatmu?"

Chu Qiao menunduk dan menjawab dengan patuh, "Tuan Muda, Xing Er telah menjadi pelayan di sini sejak usia muda. Dan hanya karena Anda, saya bisa memiliki tempat tidur yang hangat untuk tidur, makanan hangat untuk makan dan pakaian untuk membuat saya tetap hangat. Saya masih muda dan hatiku tidak bisa menampung begitu banyak pikiran. Aku hanya ingin melayani tuanku dengan baik dan hidup dengan baik."

"Ya," Zhuge Yue mengangguk, "Apa yang kamu pikirkan benar. Meskipun kamu masih muda, kamu bisa diandalkan. Mulai sekarang, masalah pengelolaan Aula Xuan akan diserahkan kepadamu."

  1. Idiom, terjemahan harfiahnya, teko memanggil ketel hitam, artinya seseorang yang menegur orang lain, padahal dirinya sendiri melakukan hal yang sama