Chereads / Masa Kebersamaan Kita yang Glamor / Chapter 14 - Malam yang Hangat di Musim Dingin

Chapter 14 - Malam yang Hangat di Musim Dingin

Apakah kau pernah memenangkan undian sebelumnya?

Itu adalah kesenangan yang tidak dapat dijelaskan seperti yang dirasakan Lin Qian saat ini.

Kang Mingcong masih menghadiri janji makan malamnya. Dia tidak mengundang Li Zhicheng dan yang lain ke acara itu. Namun, perbincangan mereka berlangsung sangat lama---- lebih dari dua jam---- jadi itu sudah cukup bagus.

Mobil itu berjalan mulus seiring turunnya malam; wajah para penumpang diterangi kilauan cahaya dari jalanan. Senyum di wajah Gu Yanzhi selembut anggur. Dia bersandar di bangkunya dalam suasana hati yang bagus, dan setelah meneguk air mineral, dia akhirnya memaparkan kepada Lin Qian dan Xue Mingtao kebenaran di balik "Misi Mustahil" ini.

"Mereka bermain dua putaran permainan GO. Walaupun menjadi Presiden Direktur dari sebuah perusahaan yang termasuk di dalam daftar Fortune 500, Kang Mingcong bukan tandingan Li Zhicheng! Tidak terima dengan kekalahannya, Tuan Kang mengundang Li Zhicheng untuk bertemu lagi di akhir pekan ini."

"Wow!" Lin Qian dan Xue Mingtao berseru dalam ketakjuban. Mereka memandang Li Zhicheng, yang sedang duduk di belakang. Dia duduk tegak, kakinya tersilang, memandang malam di luar jendela. Dia terlihat penuh kendali seperti biasa, tidak menunjukkan tanda kegembiraan atau kepuasan. Satu-satunya perbedaan adalah pipinya yang sedikit merona merah, mungkin karena baru saja mereka berada di dalam ruangan hangat untuk waktu yang cukup lama.

Xue Mingtao, seorang veteran dalam dunia bisnis seperti Gu Yanzhi, mengambil kesempatan untuk mengekspresikan kekagumannya yang luar biasa kepada Li Zhicheng. Lin Qian tidak terburu-buru untuk menyanjung Li Zhicheng; sebagai asistennya, dia akan mempunyai banyak kesempatan untuk berbuat itu di masa yang akan datang. Karena itu, dia hanya tersenyum dan mengangguk sebagai tanda persetujuan.

Namun...memikirkan kembali informasi yang diberikan oleh kakaknya, dia tidak ingat pernah disebutkan bahwa bosnya mahir bermain GO. Tentu saja, informasi kakaknya belum tentu lengkap.

Lalu, kejadian hari ini murni karena keberuntungan?

Seraya berpikir, dia tidak sadar mengintip Li Zhicheng lewat kaca spion di depannya. Bos, kau bisa tetap diam selama kau berguna dan praktis. Ha!

Di saat yang sama, Li Zhicheng, yang memandang ke luar jendela, tiba-tiba mengalihkan pandangannya; matanya bertemu dengan Lin Qian.

Lin Qian memberikan senyum lebar kepadanya.

Penampilannya tanpa cela, matanya bersinar cerah.

Ketika Lin Qian hendak mengalihkan pandangannya, bibir Li Zhicheng sedikit tersungging; dia pun tersenyum lembut.

Jantung Lin Qian berdetak kencang. Dia merona.

Ya ampun... Bos tampan ini, yang tidak banyak bicara, setelah menyelesaikan sesuatu yang besar, memilih untuk tersenyum berseri-seri kepadaku. Ini sangat menyanjungku.

Lin Qian tersenyum balik padanya, kemudian dia mengalihkan pandangannya.

Gu Yanzhi berbicara lagi: "Aku memperkirakan kita akan menerima undangan dari Grup Ming Sheng untuk melakukan tender minggu depan. Bagaimanapun...SMQ kelihatannya memiliki hubungan yang erat dengan Grup Ming Sheng," katanya datar.

Lin Qian dan Xue Mingtao memandang ke depan dalam keheningan.

Memang, sesaat setelah mereka menentukan waktu pertemuan, Chen Zheng menyerobot dengan pertemuan lebih awal. Seseorang dari Grup Ming Sheng pasti telah memberikan informasi kepadanya; kata seseorang yang cakap mengatur pertemuan untuk SMQ sebelum Aida. Hubungan mereka pasti lebih erat daripada yang diperkirakan.

Mereka berempat menyantap makan malam dengan tergesa-gesa, kemudian langsung kembali ke Aida.

Seraya turun dari mobil, Gu Yanzhi menjabat tangan Li Zhicheng, sambil berkata, "Pimpinan, sekarang kau akan berkonsentrasi bermain GO dengan para petinggi. Serahkan selebihnya kepada kami."

Li Zhicheng tersenyum. "Mmm."

Setelah itu, Gu Yanzhi menuju ke departemen pemasaran bersama Xue Mingtao. Lin Qian mengikuti Li Zhicheng ke lantai atas. Dia mengerti apa yang dimaksud Gu Yanzhi barusan: kedua presiden telah terikat dengan baik. Dalam masa ini, mereka harus menggunakan segala cara yang mungkin untuk membangun koneksi dengan departemen lain dalam Grup Ming Sheng agar dapat bersaing melawan SMQ.

Ini merupakan medan perang yang kelam, serius, dan penuh intrik dari para pedagang.

Malam pun berlalu.

Lin Qian kembali ke tempat duduknya, merapikan dokumen-dokumen, dan melihat jam. Waktu menunjukkan pukul delapan.

Li Zhicheng mengurung diri di dalam ruangan ketika mereka kembali. Ruangan itu sunyi.

Dia mengetuk dan masuk.

Seperti yang diperkirakan, dia duduk di belakang mejanya, yang dipenuhi setumpuk produk Aida, laporan-laporan dari departemen, dan data pasar. Bekerja dengannya selama beberapa waktu saat ini, Lin Qian sejujurnya merasa bahwa atasannya berdedikasi dan bergairah mengenai bisnis ini. Dia terpesona dengan figur wajahnya yang tampan dan alisnya yang berwarna gelap di bawah cahaya. Lin Qian awalnya hendak menanyakan kapan dia akan meninggalkan kantor, tetapi dia memutuskan untuk tidak bertanya; sebaliknya, dia mengisi termos militer hijaunya dengan air dan meninggalkan ruangan.

Lin Qian berupaya keras untuk menjadi "asisten sempurna." Mengingat bosnya masih bekerja, dia pun harus tetap disitu. Jika seandainya bosnya membutuhkan sesuatu atau memberi perintah, dia akan dapat melayaninya. Namun, karena dia merasa tegang seharian, dia tidak ingin meneruskan bekerja; dia mematikan komputernya dan bermain permainan online.

Waktu berlalu. Ketika itu pukul 9:00 malam.

Dia mendorong keyboardnya. Erm.....waktu ke kamar kecil.

Di waktu malam seperti ini lantai atas sudah kosong. Bahkan resepsionis di meja depan sudah pergi. Kebanyakan lampu sudah padam; Hanya ada beberapa lampu yang masih menyala di kantor Presiden Direktur. Ruangan yang luas itu nampak lenggang; lorong menuju ke kamar kecil pun gelap dan mencekam dalam kesunyian.

Lin Qian merenung sesaat, dan akhirnya dia mengumpulkan keberaniannya; suara sepatu bot kulit berderap menuju ke kamar kecil memenuhi lorong itu.

Hanya ketika dia sudah kembali ke tempat duduknya, detak jantungnya kembali normal. Di waktu yang sama dia memeriksa ruangan Presiden Direktur.

Apa?

Lampunya sudah .... mati? Pintu itu ... terkunci?

Lin Qian melompat dan mendorong pintu itu dengan ringan. Itu terkunci.

Lin Qian tidak dapat berkata-kata.

Sial ... Dia telah dengan setia menemani atasannya walaupun dia takut akan hantu dan monster-monster.

Di saat dia pergi sejenak untuk menggunakan kamar kecil, bosnya pergi tanpa sepatah katapun; dia bahkan bertindak lebih jauh dengan mengunci pintunya.

Apakah dia benar-benar berpikir bahwa Lin Qian berdedikasi untuk lembur?

Dia melihat ke sekeliling. Kantor itu dingin dan sunyi. Bergidik, dia segera membereskan barangnya.

Klik! Suara pintu yang terbuka terdengar sangat tajam di malam hari. Lin Qian merasakan detak jantungnya berpacu. Dia menengadah; Li Zhicheng memasukkan kedua tangannya di dalam saku celananya, dengan tatapan dingin di wajahnya, dan keluar dari kamar kecil.

Lin Qian terbengong-bengong.

Li Zhicheng menatapnya tanpa ekspresi; kemudian berjalan melewatinya menuju lift.

Pelan sedikit! Tunggu aku! Lin Qian menangis dalam hati. Secepatnya mematikan komputernya, membereskan barangnya, mengambil tasnya, dan berlari keluar.

Li Zhicheng masih berdiri di lobi; di bawah cahaya, siluetnya tubuhnya terlihat ramping dan memiliki proporsi yang tepat. Lin Qian terengah-engah. Yey! Lift itu belum sampai. Beruntung dia bertindak cepat. Dia kemudian melenggang ke arah atasannya itu dengan anggun.

"Tuan Li, selamat beristirahat," dia berkata dengan sopan, masih sedikit terengah-engah.

Li Zhicheng tidak menjawab, jelas berpikir tidak perlu merespon ucapannya yang rutin itu. Sementara itu, dia mengangkat jarinya dan menekan tombol "turun" di lift.

Lin Qian tercengang.

Jadi itu bukan karena dia berjalan cepat. Atasannya itu telah berdiri disini sesaat namun belum menekan tombol turun.

... Apakah dia menunggu Lin Qian?

Lin Qian merasakan sentakan di hatinya.

Sepanjang interaksi mereka beberapa hari terakhir ini, rupanya semakin lama dia semakin tersentuh oleh sikap bosnya yang lemah lembut.

Dia seorang pemimpin yang hebat, hanya ada sedikit ketidaksempurnaan. Pikirannya berkelana sambil memandangi profil Li yang tergambar dengan baik.

Pintu lift pun terbuka; keduanya melangkah masuk.

"Terima kasih, bos," kata Lin Qian.

"Mmm," dia bergumam.

Mereka terdiam dalam perjalanan turun.

Malam itu sangat gelap dan hening ketika mereka melangkah keluar dari gedung. Udara di luar terasa sejuk.

Lin Qian mengetahui bahwa Li Zhicheng tinggal di dalam kompleks gedung. Dia meluruskan kerahnya dan hendak berpamitan ketika menyadari atasannya itu sedang memandang ke depan, matanya menyala. Mengikuti arah pandangannya, dia melihat di ujung trotoar beberapa sosok yang dikenalnya berjalan ke arah mereka sambil melambaikan tangannya.

"Tuan Li!"

"Sekarang sudah lewat jam kerja. Panggil dia Komandan!"

"Asisten Lin juga disini!"

Itu adalah Gao Lang dan kelompok petugas keamanan.

Lin Qian tersenyum lebar.

Mereka mengitari Li Zhicheng dan dirinya. Setelah mengobrol beberapa kata, Gao Lang berkata, "Lin Qian, kami akan pergi makan malam dengan komandan. Mau bergabung dengan kami?"

Li Zhicheng berdiri diam, ekspresinya sulit untuk dibaca. Tentu saja Lin Qian menolak dengan sopan. "Tidak apa-apa. Kalian pergi saja." Gao Lang juga hanya bersikap sopan; terus terang, akan canggung apabila seorang wanita muda pergi bersama sekumpulan pria yang akan pergi untuk minum-minum dan sedikit kudapan. Ketika Gao Lang hendak menjawab "Baiklah kalau begitu," sang Presiden Direktur-Komandan berbicara.

"Jika kau tidak ada acara, kau bisa bergabung dengan kami."

Walaupun bingung sesaat, Lin Qian segera berseri-seri. "Tentu! Aku rasa kepatuhan terhadap bosku lebih baik daripada kesopanan. Maaf mengganggu."

Mereka berjalan keluar dari Aida. Lin Qian berjalan disamping Li Zhicheng seperti biasa, menjaga jarak satu langkah dibelakangnya.

Lin Qian menganggap ajakannya sebagai simbol kepercayaan. Dia telah mengakui Lin Qian sebagai tangan kanannya. Karenanya, atasannya itu membawanya ke dalam lingkaran sosialnya. hehehe ....

Lokasi untuk makan malam itu di tempat sebuah pedagang kecil di sebuah gang.

Duduk, Gao Lang dan seorang petugas keamanan lain memesan tanpa ragu. "Bos, satu lusin bir, dua ratus tusuk sate kambing, seratus tusuk sate tulang rawan ...."

Lidah Lin Qian pun tercekat mendengar pesanan mereka yang rumit; suara yang menyejukkan memecah kebisingan dan tertuju padanya. "Jika kau menginginkan sesuatu, beritahu saja pada mereka."

Lin Qian berbalik dan melihat Li Zhicheng duduk tepat di sampingnya. Dia terlihat ramping dan gagah dalam balutan mantel hitam yang senada dengan celana hitamnya dan sepatu kulit berwarna hitam. Figur wajahnya terlihat lebih tajam di bawah penerangan lampu jalan.

"Aku suka makanan apapun. aku bukan pemilih," Lin Qian merespon dengan sebuah senyuman.

Mata Li Zhicheng terlihat berkilat dengan kesenangan, namun dia tidak berkata apa-apa. Lin Qian berpikir dia pasti salah lihat. Bos tidak mudah senang; dan juga, dirinya tidak mengatakan apapun yang lucu.

Meja itu menjadi hidup. Para lelaki itu sangat nyaman, bahkan dengan kehadiran Li Zhicheng. Mereka mengenang masa lalu di kemiliteran, dan tertawa keras saling mendengarkan cerita memalukan yang terjadi di tempat kerja saat ini. Lin Qian tertawa bersama mereka dan ikut serta dalam percakapan sesekali. Suasana saat itu sangat gembira.

Bir telah disajikan. Gelas-gelas memenuhi meja. Seseorang meletakkan satu buah gelas di depan Lin Qian.

"Apakah kau minum?" suaranya yang dalam berdering.

Lin Qian masih tersenyum. Dia ragu-ragu.

Bila ini adalah pertemuan normal dengan teman-teman, dia akan menolak karena dia tidak suka minum-minum. Tetapi saat ini, bosnya yang menawarkan, jadi dia perlu mempertimbangkan kembali ....

Li Zhicheng menyadari keraguan sesaat Lin Qian. Tangannya yang besar dan buku-buku jarinya yang tegas terulur,mengambil gelas bir itu, dan meletakkannya di hadapannya. Kemudian dia berkata pada Gao Lang, "Berikan segelas air padanya."

Lin Qian tersentuh.

Secara pribadi, bosnya lebih dapat dijangkau daripada selama jam kerja. Oh ... dan sedikit dominan.

Apakah ini bagaimana dia bersikap dalam kemiliteran? Pendiam, santai, dan sedikit dominan. Benar-benar tidak seperti dirinya di waktu kerja dimana dia menatap orang dengan matanya yang gelap, sedikit bicara, dan kata-katanya pun dingin dan tajam.

Dia berada dalam situasi tangguh disana. Lin Qian menghela napas dalam hatinya; dia mengambil botol bir itu dan menuangkannya ke dalam gelasnya yang kosong. Li Zhicheng memberikan sebuah lirikan kepadanya.

"Aku mendengar kata orang bahwa rahasia untuk menuangkan bir adalah membiarkannya mengalir di sisi gelas," Lin Qian berkata dengan sebuah senyuman. "Aku melihat bahwa itu benar."

Setelah mendengarkan perkataannya, semua merasa bingung sesaat. Melihat tindakannya, mereka menyadari apa yang dia maksud. Itu benar! Bir yang jernih itu mengalir pelan ke dalam gelas dari sisinya tanpa jejak buih.

Mereka semua, termasuk Li Zhicheng, tertawa. Setelah mengisi gelas Li Zhicheng, Lin Qian mengangkat gelas airnya dan berkata, "Tuan Li bersulang untukmu."

Seluruh rombongan itu gempar dengan kegembiraan. "Minum! minum!"

"Itu tidak benar. Untuk setiap gelas yang dihabiskan Lin Qian, Komandan harus menghabiskan tiga gelas!"

Lin Qian menginterupsi, "Minum sebanyak yang kau mau. Niatnya yang dihitung." Dia kemudian menyeruput airnya. dan melihat Li Zhicheng memandang ke arahnya, mengangkat gelasnya dengan tenang.....dan menghabiskan birnya dalam satu tarikan napas.

Mereka minum dari mug satu liter, dan udara di musim dingin membeku. Lin Qian terkejut dengan dia yang menenggak habis satu gelas penuh bir. Dia tidak berniat membuat bosnya mabuk! Namun para lelaki itu terlalu gembira.

"Komandan, kau benar-benar menenggak habis satu mug!?"

"Nona Lin, kau seharusnya merasa terhormat. Komandan biasanya bahkan tidak suka minum!"

Lin Qian tertawa kering. Dia mau berkata "Terima kasih bos," namun dia mendengar Li Zhicheng berkata ringan, "Tentu saja aku akan mengosongkan gelasku atas ajakan bersulang darinya."

Lingkungan di sekitar situ bising dan suaranya hampir seperti bergumam, sehingga tidak banyak orang yang mendengarnya,

Namun Lin Qian merasa dadanya sesak.

Dia memandang sekilas ke arahnya dan melihat dia mengangkat gelasnya untuk minum dengan Gao Lang; ekspresinya tenang dan acuh tak acuh.

Lin Qian merasa lega. Dia diam-diam mentertawakan dirinya. Cara bicara bosnya selalu apa adanya dan tulus; dia tidak bisa percaya pipinya memerah dan detak jantungnya berpacu karena hal ini...

Ya ampun! Apa yang kau pikirkan?

Dia seketika itu juga menekan perasaan yang tidak wajar ini. Siapa dia? Dia adalah Lin Qian. Dia tidak akan membiarkan sesuatu yang tidak profesional seperti asmara di tempat kerja terjadi padanya.

Ini merupakan, tidak diragukan lagi, malam yang hangat di musim dingin. Sekelompok pemuda yang baik dan tulus mengobrol, tertawa dan bahkan bernyanyi untuk Lin Qian. Penjaga toko berpipi tembam menyajikan kepada mereka sate yang panas dan pedas dalam jumlah banyak. Sesekali ia akan bergabung dengan mereka di dalam percakapan untuk menggoda para prajurit, kemudian dia akan berbalik dan bercekcok dengan istrinya karena pelayanan yang lambat.

Lin Qian makan hingga perutnya terisi penuh; Dia makan hingga puas tanpa memikirkan apakah makan sebanyak ini di malam hari akan membuatnya gemuk. Ketika hidup sedang di atas, nikmati itu dengan penuh sukaria. Li Zhicheng duduk di sebelahnya dengan tenang, ekspresinya lembut dengan sebuah senyuman di wajahnya. Lin Qian dapat mengetahui bahwa waktu santai selepas kerja seperti ini membuatnya rileks dan bahagia.

Sekitar pukul 11 malam ketika makan malam berakhir. Kali ini, tanpa perintah dari Li Zhicheng, para prajurit dengan senang hati mengantar Lin Qian sampai ke bloknya. Li Zhicheng mengikuti di belakang, dengan kedua tangannya berada dalam sakunya. Ketika Lin Qian hendak naik keatas, Li Zhicheng berbicara dengannya dari seberang kerumunan, "Besok aku akan masuk pukul delapan."

Ini berarti dia tidak perlu bangun di waktu subuh. Lin Qian menjawab dengan girang, "Baiklah! Selamat Malam!" Kemudian dia memberi hormat kepada mereka dari jauh sebelum menuju ke atas dengan gembira.

Pasukan tentara setengah mabuk itu berjalan pulang sempoyongan. Beberapa dari mereka lupa tentang statusnya atau hal lain. Mereka melingkarkan tangannya mengelilingi pundak Li Zhicheng, meracau. "Komandan...Nona Lin sangat cantik..."

Melanjutkan berjalan ke depan, Li Zhicheng bergumam, "Yap.....lumayan."

...

Di malam yang sama, Chen Zheng berbaring di ranjang berukuran besar di vila miliknya, tak dapat terlelap.

Dia telah menerima kabar terbaru dari orang dalamnya di Grup Ming Sheng, dan dia kesal. Sialan, sayang sekali dia baru saja menghadiahkan kepada Kang Mingcong sebuah Manual GO antik, memenuhi kecanduannya pada GO, dan tiba-tiba prajurit Presiden Direktur bodoh dari Aida itu datang sebagai pemain GO profesional?

Walaupun dia telah menjalin hubungan dengan Ming Sheng untuk waktu yang cukup lama, Chen Zheng tidak pernah merasa bahwa dia memenangkan hati Kang Mingcong. Paling bagus, dia dapat mengatakan bahwa mereka telah membangun landasan kerja yang baik satu sama lain. Kang Mingcong terkenal dengan integritasnya; dia tidak pernah menerima hadiah-hadiah mahal. Dalam benak Chen Zheng, dia hanya berpura-pura. Namun Kang Mingcong membuat orang sulit untuk menebak kegemarannya. Set permainan GO yang terbuat dari batu giok? Tidak, terlalu mahal untuk kegemarannya. Perjalanan luar negeri untuk menonton pertandingan GO? Tidak, dia tidak memiliki waktu untuk itu.

Akhirnya, beberapa hari yang lalu, seorang bawahan yang paham mengenai pasar barang-barang antik memberitahu Chen Zheng sedang ada promo manual GO antik. Itu merupakan kesempatan yang baik, jadi dia langsung membelinya. Harga barang-barang seperti ini sangat sulit untuk ditaksir, jadi dia menduga Kang Mingcong pasti menerimanya, dan dia akan berhasil meraih tujuannya untuk mengacaukan rencana Aida.

Siapa yang tahu....

Dia telah menjadi orang tolol yang membelah air sehingga si pria bijaksana dapat menangkap ikan! Dia telah berada di sana untuk mengantarkan hadiahnya dan menunjukkan ketulusannya untuk berkerja dengan Mingcong. Aida berada disana untuk rapat bisnis formal. Namun Li Zhicheng telah bermain GO dengan Kang Mingcong selama dua jam berturut-turut; mereka memiliki interaksi yang alami, dalam, dan kasual. Dalam perbandingan, Chen Zheng kalah. Apakah langkah selanjutnya dari Kang Mingcong adalah menjadikan Li Zhicheng sebagai sahabatnya?

Humph! Dia memandang ke langit malam. Tidak apa-apa. Sedikit kebaikan hati dari Kang Mingcong tidak berarti dia akan memberikan proyek ini kepada Aida. Sepanjang yang dia tahu, sistem pengadaan dan alur proses di Ming Sheng sangat cermat dan objektif. Opini Kang Mingcong hanya sepuluh persen dari proses pengambilan keputusan final. Mereka akan memeriksa kemampuan perusahaan, produk, dan banyak aspek lainnya juga.

SMQ mempunyai kelebihan yang mutlak. Sangat tidak mungkin baginya untuk kalah.

...

Satu minggu kemudian.

...

Seperti yang telah diperkirakan Gu Yanzhi, mereka menerima undangan untuk melakukan tender dari Ming Sheng. Tentu saja, selain mereka ada sebanyak enam perusahaan-----termasuk New Bori dan SMQ ----yang menerima undangan itu.

Selama periode ini, para petinggi di departemen pemasaran menggunakan segala cara mereka. Perkataan Xue Mingtao adalah: "Kita sudah menjalin hubungan dengan semua orang di Ming Sheng sejauh yang kita bisa. Kita telah mencoba melakukan yang terbaik. Yang tersisa untuk dilakukan adalah menunggu hasil tender."

Gu Yanzhi memerintahkan departemen pemasaran untuk melanjutkan memperluas pengaruh mereka; persiapan tender menjadi sebuah tugas terakhir yang paling penting.

Petang ini Lin Qian di tempat duduknya. Di tangannya terdapat dokumen tender yang diterima dari Ming Sheng pagi ini.

Menilai dari informasi yang tersedia, Ming Sheng akan mengevaluasi perusahaan-perusahaan yang mengajukan penawaran berdasarkan beberapa aspek: Kemampuan perusahaan, harga produk, kualitas produk, dan tanggal pengiriman. Berdasarkan pengertian Lin Qian, biasanya, BUMN akan memiliki sesi tambahan "Evaluasi oleh Pimpinan", yang dihadiri seluruh petinggi dari anggota komite. Jadi, total ada lima aspek.

Dia membuat estimasi kasar dalam pikirannya. Mereka membuatnya gugup.

Dalam hal kemampuan perusahaan, tidak diragukan bahwa SMQ saat ini jauh di depan Aida. Dia hanya berharap bahwa Aida akan mendapatkan keuntungan dari cara mereka mengatasi skandal karsinogen.

Dalam hal harga produk, berdasarkan pemahamannya mengenai Chen Zheng, dia pasti akan menekan harga sangat rendah. Tentu saja Aida juga bisa menurunkan harganya, tapi dapatkah mereka menurunkannya serendah harga yang ditawarkan Chen Zheng? Ini membutuhkan sedikit keberuntungan.

Dalam hal kualitas produk, bicara secara objektif, kualitas produk Aida secara keseluruhan lebih baik dari SMQ. Ketika dia bekerja dengan SMQ, dia memperhatikan bahwa kualitas produk mereka sering berfluktuasi. Namun jika Chen Zheng membidik proyek ini, dia juga akan mengawasi kualitas produknya. Jadi kedua perusahaan berada di posisi yang sama mengenai kualitas.

Tanggal pengiriman tidak perlu ditanyakan lagi. Dengan pertimbangan Aida sedang menurun saat ini, SMQ pasti akan lebih cepat dan lebih baik daripada mereka.

Evaluasi pimpinan. Walaupun Li Zhicheng dan Kang Mingcong telah menjadi rekan GO, Li Zhicheng tidak serta merta memiliki pengaruh lebih terhadap opini Kang Mingcong dibandingkan Chen Zheng. Juga, jumlah para eksekutif perusahaan yang akan memilih SMQ tidak diragukan lagi lebih banyak dibanding mereka yang akan memilih Aida.

Kesempatan untuk menang tipis.

Segera setelah menerima dokumen tender, Li Zhicheng dan Gu Yanzhi mengunci diri mereka di dalam ruangan untuk berdiskusi. Lin Qian tidak memiliki ide bagaimana percakapan mereka berjalan. Namun situasinya tidak menyisakan banyak ruang bagi mereka untuk menentukan; karenanya, dia percaya bahwa keputusan mereka akan sama seperti apa yang dipikirkannya.

Ketika dia tiba di rumah malam itu, dia masih memikirkan tentang tender itu. Setelah merenung sesaat, akhirnya dia mengangkat telepon dan menghubungi Lin Mochen.

Kapan lagi menanyakan sarannya jika bukan sekarang?

Lin Mochen mungkin baru saja bangun dari tempat tidurnya. Merasa terganggu, dia berbicara dalam suara yang sedikit jengkel. Lin Qian mencoba untuk menyemangatinya. "Kak, tunggu sampai aku memiliki hubungan yang lebih dekat dengan bosku, aku akan memberitahunya bahwa kau sesungguhnya adalah gurunya-----perencana di belakang seluruh saran hebat ini!"

Lin Mochen menyeringai, namun dia masih mendengarkan Lin Qian berbicara mengenai situasi terkini. Terdiam sesaat, dia berkata, "Evaluasi kuantitatif berdasarkan lima aspek, dan yang meraih skor tertinggi akan memenangkan tender.....evaluasi kuantitatif. Evaluasi kuantitatif. Lin Qian, Bagaimanapun sifat kuantitatif pada sebuah evaluasi, skor tetap ditentukan oleh manusia. Seorang evaluator yang objektif dan netral akan memiliki bias dibawah sadar. Aturan ini benar terlepas dari terjadi di negara mana atau pada jaman apa.

Dia menambahkan, "Jadi, tender ini. Jika aku bisa memberikan saran, tendermu harus lebih persuasif, dan mengesankan. Itu harus menarik, dan mempunyai kelebihan yang tidak dapat disangkal. Sebagai contoh, dalam masalah harga, apakah mereka mengatakan yang terendah akan menang? Kau harus menunjukkan pada mereka, mengarahkan mereka untuk berpikir: 'Ah, sebenarnya, walaupun Aida tidak menawarkan harga terendah, harga mereka adalah yang paling masuk akal. Aku sangat terkesan dengan apa yang mereka tuliskan di dalam tender.'

"Sama untuk aspek lainnya. Walaupun kalian lemah saat ini, jangan biarkan kalian didominasi oleh pelanggan. Kalian yang harus mendominasi pelanggan. Tender ini adalah kesempatan terakhir kalian untuk mempengaruhi keputusan mereka. Lakukan dengan baik. Lakukan yang terbaik dan serahkan sisanya pada Tuhan."

  1. Evaluasi berdasarkan perhitungan data matematis dan statistik