Chapter 16 - Selesai

Bagi SMQ dan Chen Zheng, hari itu tampak berlalu bagaikan angin sepoi-sepoi.

Chen Qi duduk di ruangan kantor tim proyek SMQ dan berkata dengan arogan, "Upayakan yang terbaik dan sajikan sebuah tender yang akan mengalahkan semua pesaing. Kau dapat melaporkan padaku kapanpun kau mengalami kendala. Pastikan ini adalah perjanjian terbaik yang dapat diperoleh Ming Sheng. Bahkan jika itu hal yang menyimpang, jangan ragu-ragu untuk mengatakannya padaku. Aku akan melaporkannya pada komisaris dan membuat pengecualian. Hanya sukses yang diperbolehkan!"

Semua merespon dengan antusiasme keras:

"Pasti!"

"Tenang saja, Manajer Umum!"

"SMQ pasti akan memenangkan proyek ini!"

Chen Zheng menganggukkan kepalanya dalam kepuasan dan keluar dari gedung kantor. Ketika itu sudah senja, dan orang-orang memenuhi kawasan industri yang luas, menimbulkan banyak keributan dan kerumunan. Chen, penuh dengan percaya diri, berdiri di depan gedung.

Keruntuhan mendadak Aida tahun ini, telah membuat posisi SMQ melompat dari nomor tiga ke nomor dua dalam industri. Dan kenaikan yang spektakuler ini terjadi sesaat setelah Chen Zheng mewarisi bisnis dari ayahnya. Dia telah membuka bab baru bagi SMQ.

Namun Chen ingin berbuat lebih baik.

Dia memang ingin menggunakan proyek Ming Sheng untuk membuat Aida bertekuk lutut, dan untuk membalas dendam mengenai apa yang terjadi pada skandal karsinogen. Namun, ini juga pertama kalinya bagi SMQ untuk menapakkan kakinya di proyek berskala besar yang diprakarsai oleh sebuah BUMN. Dan New Bori, sebagai pemimpin industri dengan keuntungan tinggi, koneksi yang luas, dan pengaruh yang besar, selalu telah memonopoli proyek semacam ini.

Menembus ke dalam pasar adalah apa yang dapat dipikirkan oleh Chen. Bahkan jika itu, sangat disayangkan harus membawanya pada strategi harga rendah.

Mungkin dalam waktu dekat, SMQ dapat secara resmi menyamakan kedudukan dengan New Bori.

...

Undangan tender yang sama telah dikirimkan ke New Bori. Setelah menerimanya, departemen administrasi segera menyuruh seorang kurir spesial untuk mengirimkannya ke lantai paling atas, dimana ruangan Presiden Direktur berada.

Ning Weikai, Presiden Direktur New Bori, mengenakan setelan jas baru dengan dasi berwarna merah jambu tua hari itu. Dia duduk di belakang meja kantornya yang gelap dan berkilau, manset batu ambernya bergemerlapan.

Ketika sekretarisnya membawa undangan untuk tender, Ning, yang baru saja menjadi sampul majalah Fortune, sedang berbicara di telepon. Dia berkata dengan halus dan pelan, dengan senyum lembut di wajahnya, "Apakah kau menyukai bunga? Ah ... bagaimana bisa aku lupa hari apa ini? Aku akan menjemputmu pukul tujuh petang ini. Ingatlah untuk pakai gaun yang telah aku pesan."

Setelah menutup teleponnya, sekretarisnya memujinya dengan senyuman. "Tuan Ning, kau sangat memperhatikan istrimu! orang lain sangat iri karena kau tetap dekat dengannya bahkan ketika kau sibuk seperti ini."

Ning Weikai tersenyum. "Hari ini adalah ulang tahun pernikahan kami yang berusia tiga tahun dan dia ingin pergi ke konser musik keras. Batalkan semua rapat besok pagi untukku----aku tidak akan tidur sampai tengah malam.

Sekretaris itu menganggukkan kepalanya, hatinya dipenuhi kekaguman kepada Presiden Direktur muda ini.

Ning Weikai dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang biasa saja. Tapi kini dia memimpin Grup New Bori setelah menjadi menantu komisaris Zhu. Dia adalah seorang pria dengan karir dan kehidupan cinta yang mengagumkan. Tidak ada orang yang seberuntung dirinya.

Ning Wekai mengambil dokumen itu, membacanya sepintas lalu dengan tenang dan tersenyum.

Sekretarisnya berbisik, "Berdasarkan yang kita ketahui, SMQ dan Aida yakin untuk memenangkan proyek ini dan kemungkinan akan menggunakan strategi harga rendah. Sistem penetapan harga kita selalu stabil, dan harga kita relatif tinggi. Departemen pemasaran memerlukan instruksi yang jelas apakah kita juga harus menurunkan harga atau tidak..."

"Katakan pada mereka untuk tidak mempersulit diri mereka sendiri," Ning Weikai menyela. "Kita akan menunggu kali ini."

Sekretaris itu pun ragu. Menyadari ini, Ning Weikai tersenyum, dan berkata dengan suara lembut, "Mengapa kau masih sangat kaku setelah sekian lama menjadi sekretarisku? Satu hal, 'Jangan bakar rumahmu untuk menakuti tikus supaya pergi.' Itu akan membawa kekacauan jika kita menurunkan harga kita. Dan juga, hal yang paling penting di pasar adalah untuk mengetahui sainganmu. Saat ini, Chen Zheng adalah satu-satunya yang menjadi ancaman untuk kita. Biarkan dia berkompetisi dengan Aida dengan dahsyat dan kehilangan seluruh hartanya secara finansial.

"Tetapi ... mungkin Chen Zheng ingin menantang kita untuk proyek Ming Sheng ", kata sekretaris itu.

Chen Zheng mendongak. "Maka kita akan mengalahkannya," katanya.

"Baik!" kata sekretaris itu. "Aku akan memberitahu kepada semua orang bahwa kita akan menunggu sambil memperhatikan mereka dan memberitahukan pada kita apabila ada perkembangan."

"Baik," Ning Wekai berkata dengan pelan.

...

Hari tender pun semakin dekat, Lin Qian bertambah sibuk dan semakin sibuk. Petang hari itu, Lin Qian telah pindah ke ruang akomodasi yang sama dengan tim proyek, menuruti perintah Li Zhicheng.

Dengan rambut diikat buntut kuda, Lin Qian membaca versi terakhir tender yang disusun oleh tim proyek.

Tim proyek telah menyusun tender selama berhari hari dan ketiga eksekutif telah memeriksanya berulang kali. Setiap kali mereka memeriksa dokumen itu tim proyek harus merevisi tender itu lagi, dan Lin Qian harus membacanya bersama mereka, yang membuatnya sangat lelah.

Setelah melihat sepintas lalu, Lin Qian meletakkan dokumen itu di sampingnya dan mencoba untuk beristirahat di ranjang. Namun dia tidak dapat berhenti berpikir mengenai bagaimana dia telah mengaku pada Li Zhicheng bahwa dia berpikir atasannya itu terlahir sebagai seorang pemimpin dan seorang yang jenius hari itu.

Ahh, itu sangat dramatis, pikir Lin Qian.

Namun tetap saja, itu semua benar.

Telepon berdering, dan itu adalah Xue Mingtao menelepon. "Nona Lin, kami telah membuat beberapa penyesuaian pada tender ini dan mengirimkannya ke emailmu. Apakah Tuan Li sudah tidur?"

"Dia baru saja meninjau beberapa material. Aku yakin dia belum tidur. Aku akan menunjukkan ini kepadanya sekarang." Lin Qian tersenyum seraya berbicara.

Setelah menutup teleponnya, Lin Qian teringat apa yang disaksikannya dan dapat dipastikan berdasarkan sikap mereka yang penuh hormat, Li Zhicheng telah mendapatkan reputasi baik dalam perusahaan.

Li Zhicheng tinggal di ruangan di sebelah Lin Qian. Ketika itu jam menunjukkan pukul sepuluh di malam hari dan koridor sangat sepi, kecuali lampu-lampu jalan yang berpendar. Ketika Lin Qian tiba di kamar Li dengan laptopnya, dia melihat pintu menganga.

Sepertinya seseorang lupa menutup pintu setelah pergi karena dalam beberapa hari terakhir ini, Lin Qian, Gu Yanzhi, dan yang lain telah masuk keluar kamarnya. Dia tidak memperhatikannya lagi dan langsung berjalan masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu untuk kesopanan.

Namun tidak ada seorang pun disana.

Dia berjalan ke meja, menaruh laptopnya dan mendongak, menyadari pintu kamar mandi tertutup. Dan kemudian dia memutuskan untuk menunggu di sebelah meja dengan tenang.

Tanpa menunggu lama, seseorang membuka pintu kamar mandi dan keluar. "Bos, aku membawa laporan ...." Lin Qian ragu, senyum profesional masih menghiasi wajahnya, "... tender yang baru untukmu."

Ruang akomodasi staf tidak mewah maupun luas. Li Zhicheng yang bertelanjang dada berdiri sekitar enam kaki dari Lin Qian, menggunakan sebuah celana panjang olahraga dan sebuah handuk di tangannya. Dia menengadah ke arah Lin Qian, dengan rambut dan tubuhnya yang basah, uap air menyelimutinya dan mengaburkan matanya.

Merupakan hal yang tidak biasa untuk berpapasan dengan seorang pria bertelanjang dada di sebuah wisma perusahaan yang dipenuhi oleh staf. Namun memang sedikit janggal bahwa itu terjadi pada sang Presiden Direktur muda.

Lin Qian memutar punggungnya perlahan, menyalakan komputernya sambil menjelaskan padanya, "Aku telah menandai semua penyesuaian yang baru saja dibuat. Apakah kau akan membacanya sekarang?"

Mendadak sebuah pemikiran menyambarnya: Begitu banyak pertemuan canggung dengan bos akhir-akhir ini.

"Ok," masih bersuara datar.

Kemudian diikuti sebuah suara gemerisik. Li pasti sedang berpakaian saat ini. Dan walaupun Lin Qian menatap kata-kata di layar komputernya, dia tidak dapat berhenti memikirkan apa yang baru saja dilihatnya.

Bahu yang lebar, pinggang yang sempit, dan otot-otot yang simetris, semuanya menciptakan bentuk V pada tubuhnya. bahkan yang lebih mengejutkan adalah caranya berdiri disana dengan wajah santainya yang tampak seperti sebuah pahatan. Di pinggangnya ia mengenakan sebuah celana baggy. hmm ....Pemandangan itu terlihat seperti sebuah foto seorang model pria seksi yang sengaja memperlihatkan tubuhnya dengan cara yang menggoda.

Lin Qian, itu adalah kenikmatan nyata, dia berpikir dalam hatinya.

Lin Qian merasakan ujung mulutnya melengkung, dan dia tidak menolehkan kepalanya ke samping untuk melihat Li Zhicheng sampai dia mendengar suara langkah kaki.

Dia pun lagi-lagi menjadi linglung dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Mungkin karena itu terjadi tiba-tiba, namun Li Zhicheng hanya mengenakan sebuah kemeja putih dengan kancing pertamanya terbuka, dan kerahnya dibiarkan agak berantakan.

Dia berdiri di bawah cahaya, melihat ke arah Lin Qian. Menggigit bibirnya, dia terlihat hangat.

Dia memalingkan matanya dari Li Zhicheng setelah menangkap beberapa kilasan yang mempesona dan Li fokus untuk menyalakan komputer. Dia membungkuk ke bawah dan meletakkan tangganya pada mouse dan menggulirkannya melewati halaman-halaman laporan itu.

Lin Qian mengintip bosnya dan berpikir, Bagaimana mungkin dia terlihat begitu tampan? dan setiap kali aku melihatnya, dia bertambah tampan.

Dia menarik kursi dari samping mereka dan meletakkannya di belakang atasannya, berkata, Tuan Li, silakan duduk."

"Oke." Dia memandang asistennya. "Kau juga duduk. aku akan memberitahumu bagian mana yang harus dikoreksi."

"Ya, pak."

Lin Qian tidak tahu bahwa itu akan berlangsung beberapa jam bagi mereka untuk menyelesaikannya.

Li Zhicheng membuat beberapa usulan ketika mereka membacanya. Lin Qian memberi tanda pada dokumen dan mengirimkannya kembali ke tim proyek ketika mereka selesai. Kelihatannya tim itu telah terinspirasi oleh bosnya dan mengirimkan kembali versi yang sudah diperbarui dengan cepat, berikut beberapa lampiran lain. Li Zhicheng dan Lin Qian terus membaca tanpa menyadari waktu yang berlalu.

Lin Qian akhirnya kelelahan ketika waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Walaupun begitu rajin, dia tidak pernah begadang karena dia tidak mau menua lebih cepat.

Lin Qian memandang Li Zhicheng lagi. Dia masih duduk tegak dan memandang layar komputer dengan kilauan di matanya, sepenuhnya terserap masuk ke dalam dokumen. Tidak ada kelesuan di dalamnya.

Lin Qian menguap.

"Apakah kau mengantuk?" Li Zhicheng bertanya datar.

Aku tidak dapat mengatakan aku lelah ketika bos tidak, dia berpikir dalam hatinya. Dan dia berkata dengan sebuah senyuman, "Tidak terlalu. aku akan membuat kopi dan segera kembali."

Ketika dia baru saja akan berdiri, dia melihat atasannya mengerutkan keningnya, menengadah dan berkata, "minum kopi di tengah malam?" Li Zhicheng bertanya, dengan santai namun tegas.

Lin Qian menatapnya kosong dan terdiam.

Bos tidak mau aku minum kopi? apakah dia berusaha memperhatikan aku?

Lin Qian merasakan kehangatan di hatinya. Namun ketika dia hendak berkata sesuatu, Li berkata. "Pergilah ke kasur dan tidur selama lima belas menit jika kau ingin tidur. Aku akan membangunkanmu nanti."

Lin Qian tanpa sadar memandang ke arah kasur, yang tanpa noda, rapi dan luas. Selimutnya terlipat bagaikan segumpal tahu.

Lin Qian adalah seorang yang higienis bila berkaitan dengan kasur karena dia berpikir itu adalah sebuah tempat pribadi yang bersentuhan dengan tubuhnya. Dia tidak pernah menyukai ide bahwa orang lain duduk atau tidur di ranjangnya, dan dia juga tidak suka berada di ranjang orang lain----apalagi ini adalah ranjang bosnya.

"Tidak perlu. Aku akan tidur di meja," kata Lin Qian dengan senyum.

Li Zhicheng memandangnya sesaat tanpa berkomentar, kemudian kembali melihat ke komputer. Lin Qian meletakkan tangannya di atas meja dan menenggelamkan kepalanya ke dalam tangannya.

Dia tidak dapat melihat apapun dengan cahaya yang terhalang sementara ini. Namun apa yang terjadi di sekitarnya menjadi lebih jelas.

Dia dapat mendengar suara napas Li yang stabil, bersamaan dengan gerakan lembutnya membalikkan kertas-kertas itu dan menekan mousenya, semuanya membuat malam menjadi hangat dan penuh kedamaian.

Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekelilingnya, kemudian tersenyum.

Komputer di depan Li Zhicheng telah ditutup dan dokumen telah dirapikan dan diletakkan di pinggir. Kelihatannya pekerjaan sudah selesai? Li Zhicheng masih duduk di kursi kulit disampingnya, namun dengan tangannya diletakkan di sandaran lengan dan kepalanya bersandar ke belakang. Dia sudah tertidur.

Lin Qian melihat jam tangannya dan menjulurkan lidahnya keluar. Sudah jam 5 dan dia telah tidur selama satu jam.

Bos mengatakan padanya bahwa dia akan membangunkannya, namun sebaliknya dia sendiri telah tertidur.

Ketika dia baru saja hendak berdiri dan merayap keluar, dia menyadari bahwa seseorang telah meletakkan sebuah jas mantel di atas tubuhnya. Mantel pria itu tentu saja terlalu besar baginya, hampir membungkus seluruh tubuhnya. Dia merasa nyaman dan hangat, dan aromanya sangat bersih dan menyegarkan.

Dia melihat bosnya yang berpakaian seadanya, melepaskan mantelnya dan meletakkannya di atas tubuhnya. Tubuhnya masih berada di bawah cahaya. Dia tampaknya tertidur pulas.

Hari hampir memasuki fajar. Lin Qian berencana untuk kembali ke kamarnya terlebih dahulu tanpa membangunkannya. Namun sulit untuk bergerak di sekitar tubuh bosnya yang kekar. Hanya ada lorong yang sempit diantara ranjang dan meja. Dan kursi kulitnya yang besar berada di tengah-tengah, sandaran kursi berada dekat dengan sisi ranjang; kakinya terjulur ke bawah meja dan lututnya hampir menyentuh meja, meninggalkan ruang yang sangat terbatas untuk melewatinya.

Lin Qian segan untuk melangkah di atas kasur karena dia tidak mau menyentuhnya. Dia memperkirakan dengan kasar jarak yang ada dan memutuskan bahwa dia seharusnya dapat melewatinya. Kemudian dia berjinjit dengan mencondongkan tubuhnya ke tepi meja. Kakinya cukup panjang untuk melangkahi bosnya. Selama dia tidak bangun maka semua akan baik-baik saja.

Setelah gerakan pertama, salah satu kakinya berdiri di antara kedua lutut bosnya itu.

Dengan gerakan berikutnya, dia telah berhasil pindah ke sisi lain.

Sebelum ada waktu baginya untuk merasa puas, lelaki di sampingnya tampak terganggu, dan tubuhnya bergetar. Lin Qian kehilangan keseimbangannya, dan tidak sengaja menginjak tumit bagian dalam lelaki itu.

Walaupun Lin Qian mengikuti perintah bosnya untuk tidak menggunakan sepatu bertumit tinggi, namun tetap ada tumit yang runcing di sepatunya. Lelaki itu menarik napas tajam dan tiba-tiba menapakkan kakinya.

Bagaimana Lin Qian dapat tetap berdiri dengan pergerakan macam itu? Tubuhnya segera jatuh ke lantai.

"Ah!" dia berteriak.

Mendadak, dia merasakan sebuah kekuatan di dekatnya; tangan Li menangkap tubuhnya dan menariknya ke atas pangkuannya.

Lin Qian memalingkan kepalanya dan melihat dia dalam keadaan limbung.

Li Zhicheng sudah membuka matanya, dan menatap Lin Qian dengan wajah mengantuk, karena dia baru saja bangun.

"Apa yang kau lakukan?"

Lin Qian tetap terdiam.

Bos, dapatkah kau, untuk sekali saja, tidak begitu responsif? Setiap kali aku menyentuhmu walaupun hanya sedikit, kau menghentikanku dengan remasan tanganmu.

"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya mencoba keluar," kata Lin Qian. "Apakah aku melukaimu?"

Li Zhicheng memandang ke arahnya dan berbisik "hmm....ya."

Eh.....Lin Qian tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Sepanjang percakapan ini, tangan Li Zhicheng masih mencengkeram pinggangnya, dan Lin Qian bahkan dapat mencium napasnya karena mereka sangat dekat.

Dan dibawahnya, paha Li Zhicheng hangat dan keras.

Dia keluar dari cengkeraman tangannya dan berdiri cepat-cepat, merona.

"Maaf, aku akan pergi sekarang. Selamat malam."

Lin Qian baru merasakan wajahnya setelah kembali ke kamarnya; dia merasa sangat malu.

Jatuh kedalam tangan bosnya bukan apa-apa melainkan memalukan.

...

Fajar telah tiba. Hanya setelah satu jam tidur, Lin Qian tidak dapat tertidur lagi di kasurnya sendiri.

Jantungnya berdetak cepat. Sebuah pemikiran konyol menghentaknya: Bos mungkin salah mengira dia sebagai seorang mata-mata yang sedang menyelinap di ruangannya.

Tentu saja tidak.

Ya Tuhan, itu sangat memalukan. Tidak boleh terjadi lagi.

Dua hari kemudian Gu Yanzhi sendiri memimpin tim proyek menuju kantor pusat Grup Ming Sheng. Ming Sheng tidak mengumumkan hasilnya di tempat.

Hari berikutnya Aida terlihat sama, dengan semua orang tenggelam dalam pekerjaan. Dan semua yang berhubungan dengan proyek itu menunggu hasilnya dengan cemas, termasuk Lin Qian.

Dia hanya memiliki firasat bahwa Aida akan memenangkan tender ini.

Kapanpun dia memikirkan apa yang dikatakan Li Zhicheng hari itu, dan tender dimana Lin Mochen telah mendeskripsikannya sebagai "Tidak bisa lebih baik," dia menjadi optimis.

Dan dia yakin bahwa kliennya juga akan terkesan.

Berita itu datang di waktu tengah hari di hari senin berikutnya.

Para eksekutif Aida sedang menggelar rapat mingguan, dan Lin Qian disana membuat notulen rapat. Telepon Gu Yanzhi berdering di tengah rapat. Semua orang terdiam seakan mereka sudah mengantisipasi sesuatu. Dia memberikan kedipan pada Li Zhicheng, dan mengangkat teleponnya. Setelah mengatakan beberapa ucapan, dia bergumam dan menutupnya. Dia melihat semua orang dengan tenang tanpa memberikan sedikitpun petunjuk.

"Ming Sheng telah memutuskan. SMQ memenangkan tender itu."

  1. Celana lebar yang digunakan di bawah pinggul