Di dalam cekungan hitam itu, angin dingin bertiup sesekali, membuat tulang belulang itu bergerak sedikit. Pemandangan ini membuat orang-orang ketakutan.
"Di tempat inilah Nine Nether Bird berada!"
Seluruh pasang mata manusia disana menyala-nyala. Tatapan mereka terfokus pada gunung api hitam yang sangat menggugah selera dan penuh dengan api.
Mata Liu Qingtian berapi-api. Ia segera berbalik dan menatap Mu Feng. Kemudian ia menyeringai ketika Spiritual Energy-nya yang pekat mengalir keluar dan mengarah lurus ke gunung berapi.
Dibelakangnya, Liu Zong, Liu Ming, Liu Mubai dan anggota lainnya mengikuti.
"Ayo berangkat!"
Mu Feng mengerang. Spiritual Energy yang pekat pun mengalir keluar dari dalam tubuhnya dan membentuk burung api raksasa. Sayap Dragonfire Bird itu bergetar dan berubah berubah menjadi kilatan cahaya. Setelahnya, Mu Feng melompat ke punggung Dragonfire Bird miliknya.
Mu Feng dan burung itu melaju. Spiritual Energy yang kuat ini menyebabkan badai secara tiba-tiba muncul di udara.
"Hmph!"
Melihat Mu Feng yang menyusulnya, tatapan Liu Qingtian berubah dingin. Ia menggeram dan sebuah
Hewan besar tersebut nampak seperti kera. Tetapi seluruh tubuhnya dilapisi sisik perak. Saat itu juga, sebuah petir menyambar dihadapan mereka. Selain itu, suara petir itu meledak-ledak mengerikan.
"Ini…
"Duaarr!"
Lightning Scale Beast itu berhenti di permukaan tanah dan petir menyambar keluar. Hal ini sengaja dilakukan Liu Qingtian untuk menghentikan pergerakan Mu Feng.
"Haha, Liu Qingtian, akhirnya kau tidak bisa menolak untuk bertarung, hah? Mari kita lihat, seberapa banyak kemampuan kita meningkat setahun terakhir!" Mu Feng tidak takut dan malah tertawa. Dragonfire Bird dibawahnya mengeluarkan jeritan dan melaju kencang menuju Liu Qingtian sambil mengeluarkan Spiritual Energy kuat, merah berapi-api menyala.
Duaarrr!
Kedua monster besar itu bertabrakan dengan sengit di udara. Dampak dari bentrokan Spiritual Energy membuat tulang belulang dibawah hancur berantakan.
Para ketua wilayah dari Wilayah Mu dan Wilayah Liu memulai pertarungan mereka. Kedua kubu tidak lagi bersikap baik satu sama lain dan tatapan mereka penuh dengan kekejaman saat menyerang lawan mereka.
"Aku akan atasi Zhou Ye!"
Wakil ketua Wilayah Liu, Liu Zong, menatap bengis ke arah Zhou Ye yang sedang mengarahkan anggota Wilayah Mu. Ia mengeluarkan teriakan dingin dan sebuah cahaya kehijauan memancar dan ilusi binatang raksasa terbentuk dibelakang Liu Zong.
Ilusi itu berbentuk sebuah kalajengking raksasa berwarna hijau yang mengeluarkan gas beracun.
"Jaded Venomous Scorpion, nomor 204 di Myriad Beast Record's Earth Ranking." Mu Chen cepat mengenali kalajengking tersebut begitu ia melihatnya.
Don!
Orang-orang dari kedua kubu akhirnya bertarung satu sama lain. Suara dari pertarungan itu memecahkan keheningan di tempat ini dan Spiritual Energy saling muncul tanpa henti dengan niat saling membunuh.
Dalam pengawasan Duan Wei dan anggota lainnya, Mu Chen juga bertarung dengan orang-orang Wilayah Liu. Namun, ia dengan cepat melewati mereka bagaikan anak panah dan bergegas cepat menuju arah gunung api hitam.
"Mubai, hentikan dia!"
Melihat pergerakan Mu Chen, Liu Ming yang sedang bertarung dengan Duan Wei langsung berteriak.
Liu Mubai mengangguk ketika ia mendengar ini dan berbalik mengejar Mu Chen.
Merasakan adanya gemuruh suara angina dibelakangnya, sudut mata Mu Chen memicing dan keningnya berkerut. Ia segera memusatkan Spiritual Energy-nya ke bagian kaki, menyebabkan kecepatan berlarinya bertambah pesat.
"Kau ingin kabur ya?!" Liu Mubai mendengus dan berlari lebih cepat dan mengejarnya.
Keduanya bergantian meloncat ke dalam cekungan hitam dan mendekati gunung hitam berapi. Dengan lincah mereka memanjat tebing gunung yang curam seperti monyet.
Wushh!
Tepat ketika Mu Chen dengan cepat akan tiba di puncak, ia tiba-tiba merasakan adanya angin kencang yang menembakinya dari belakang. Ia dengan cepat menunduk dan menekan tanah dengan telapak tangannya. Tubuhnya berputar-putar di udara.
Ding!
Sebuah belati tajam menyelip ditempat Mu Chen seharusnya mendarat. Belati itu mampu menancap di permukaan gunung vulkanik yang keras.
Wush Wush!
Liu Mubai memegang kedua lengannya dan beberapa belati tajam ditembakannya—kali ini langsung dihadapan Mu Chen. Sudah jelas tujuannya adalah untuk mendorong Mu Chen untuk mundur.
Merasakan suara angin yang terpecah, Mu Chen menggenggam tangannya dan muncullah beberapa Spiritual Seals. Ia lalu melesat keluar dan dengan cepat menyatukan dirinya dengan udara.
Chi Chi!
Sinar-sinar cahaya bermunculan. Udara menjadi tak beraturan dan gejolak Spiritual Energy berhamburan keluar dari sumbernya—menghadang seluruh belati tajam yang menyerangnya.
Saat ia mengatur Spiritual Array sederhana sebagai pertahanan diri, Mu Chen tidak melepaskan Liu Mubai dengan mudah. Ia melewati tumpukan batu vulkanik tajam dan mengeluarkan angin puyuh dalam satu tendangan.
Batuan vulkanik tajam dengan cepat menutupi langit-langit dan menghujani Liu Mubai yang berada dibelakang Mu Chen.
"Brak brak!"
Liu Mubai mengepalkan kedua telapak tangannya dan meninjunya—Spiritual Energy berwarna merah menyala bercampur dengan pusaran angin yang kencang menyebabkan batu-batuan vulkanik yang ditembakkan hancur.
Meskipun Liu Mubai menghalangi serangan Mu Chen, kecepatannya sedikit berkurang. Ia melihat Mu Chen mengambil kesempatan dan dengan lincah memanjat tebing seperti kera. Ia menggertakkan giginya lalu bergegas mengejar ketertinggalannya.
Keduanya saling menunjukkan berbagai cara untuk menghadang satu-sama lain—melakukan berbagai cara untuk memperlambat lawannya. Pemandangan ini tampak cukup menyenangkan, namun, hanya mereka berdua yang bisa merasakan betapa berbahayanya yang mereka lakukan. Keduanya sama-sama tidak memberi ampun ketika mereka menyerang.
Wusshhh!
Setelah beberapa menit saling mengejar dan berlari, Mu Chen tiba lebih dulu di puncak gunung hitam berapi. Puncaknya berupa kawah cekung yang cukup gelap sehingga Mu Chen tidak dapat melihat apa yang ada didalamnya.
"Duaarr!"
Pandangan Mu Chen menyapu kawah gunung berapi. Kepalan angin terus menembakinya dari belakang. Ia ragu sejenak sebelum memutuskan untuk terjun ke dalam kawah gunung berapi.
Liu Mubai cepat mengikuti pergerakan Mu Chen. Ia melihat Mu Chen ragu sejenak sebelum memasuki kawah gunung berapi. Tetapi, ia nekat dan mengikuti Mu Chen.
Keduanya mendarat di kawah gunung berapi dengan cepat, tidak ada cahaya dan tempat itu dipenuhi dengan batuan vulkanik berwarna hitam.
Di dalam cekungan kawah, suasananya menjadi gelap, dan penuh dengan batu-batu vulkanik hitam.
Mata Mu Chen menyapu sekitar kawah, tapi ia tidak juga menemukan jejak Nine Nether Bird. Di tempat itu hanya terdapat batu gunung berapi hitam dampak dari aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Pada saat yang sama, Liu Mubai memasuki kawah, ia tidak lantas menyerang Mu Chen. Ia memilih untuk melihat sekeliling dan mencari tanda-tanda Nine Nether Bird.
Kedua pasang mata itu mengamati sekeliling, namun gurat wajah mereka dipenuhi keraguan.
Mu Chen mengernyit. Ia bergerak dengan hati-hati di sekitar bagian kawah dan terus mencari.
Liu Mubai juga menatap Mu Chen sebelum bergerak menjauh. Dapat dikatakan bahwa mereka berdua memiliki ide yang sama.
Bagian bawah kawah gunung berapi itu tidak terlalu luas. Mereka berdua dengan cepat masuk ke dalam lingkaran, sayangnya mereka tidak mendapatkan hasil. Keduanya pun semakin ragu.
Mungkinkah yang tertulis pada potongan tembaga itu palsu?
Mu Chen menggigit bibirnya dan terus mencari sekelilingnya. Ia tanpa sadar berjalan ke tengah kawah. Di lokasi ini, ada beberapa batu vulkanik hitam besar yang terdorong keluar oleh aktivitas gunung berapi.
Ia menatap batu-batu hitam raksasa tersebut, tapi ia tetap tidak menemukan apapun. Mu Chen menghela nafas tak berdaya dan hendak berbalik. Tetapi ia tiba-tiba berhenti dan merogoh lengan bajunya. Kemudian, sebuah potongan tembaga kuno muncul di telapak tangannya. Lalu, potongan tembaga kuno itu samar-samar mengeluarkan rasa panas.
"Potongan tembaga ini… Bisakah ini merasakan lokasi Nine Nether Bird?"
Sebuah ide muncul di benak Mu Chen. Ia melirik ke arah Liu Mubai—yang sedang mencari di arah yang berlawanan—lalu bergerak menuju batuan vulkanik hitam besar.
Ia menyentuh satu persatu batuan itu selagi melewatinya. Tak lama kemudian, ia berhenti bergerak dan menatap batu hitam besar yang agak berkilau di hadapannya. Tepat ketika ia berdiri dihadapannya, potongan tembaga di telapak tangannya terasa sangat panas.