Chereads / Saat Seekor Siput Jatuh Cinta / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Xu Xu biasanya seorang yang keras kepala dan angkuh, tapi sebagai petugas kepolisian, dia selalu mematuhi peraturan dan perintah secara tegas dan profesional. Meskipun Ji Bai membuat permintaan yang tidak masuk akal, dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk memberontak melawan atasannya, dia hanya menggertakkan gigi dan menanggungnya.

Karena itu, pada subuh besoknya, dia meninggalkan rumah tepat waktu. Saat dia sampai di lapangan olahraga, langit masih gelap dan lampu jalan masih menyala. Jalur berlari itu terlihat gelap dan kosong, hanya siluet beberapa orang yang terlihat sedang berlari dalam gelap.

Setelah berdiri untuk beberapa saat, Xu Xu melihat sebuah sosok berlari ke arahnya di dalam gelap.

Orang itu adalah Ji Bai. Dia mungkin baru saja tiba karena dia belum berbau keringat.

Tidak ada cukup pencahayaan, jadi sosoknya agak kabur, tapi suaranya kencang dan jernih saat dia memanggilnya, "Berapa banyak putaran yang kamu lakukan kemarin?"

Xu Xu menjawab, "Lima."

"Kamu akan lari sepuluh putaran hari ini, dan kecepatanmu tidak boleh lebih lambat dari kemarin. Aku akan menghitung waktumu." Setelah mengatakan ini, dia lanjut berlari.

Xu Xu terdiam sejenak, lalu dia minum seteguk besar air dan berlari mengikutinya.

Tentu saja, dia bermaksud untuk menyamai kecepatannya, tapi Ji Bai segera hilang dari pandangan. Saat Xu Xu menyelesaikan setengah putaran, dia mendengar suara derap kaki yang cepat namun stabil mendekatinya.

Dia bisa merasakan kekuatan yang keluar dari tubuh pria saat berolahraga hanya dengan mendengar ritme napas. Sebagai pembanding, Xu Xu yang sedang berlari tidak menunjukkan apapun, kecepatannya lambat, dan napasnya pelan. Dia menundukkan kepala saat Ji Bai mengambil satu langkah lebar untuk melewatinya.

"Putaran ini tidak dihitung, kamu terlalu lambat." Suaranya terdengar dari kegelapan. Xu Xu membeku, lalu mengejarnya lagi dengan semangat rendah.

Pada saat Xu Xu menyelesaikan putaran ke sepuluh, langit sudah terang dan dia sangat kelelahan sampai napasnya melemah. Di sisi lain, dia sudah tidak menghitung berapa banyak putaran yang Ji Bai lakukan. Ditambah lagi, dia sudah berhenti saat Xu Xu sedang menyelesaikan dua putaran terakhirnya lalu tidak terlihat lagi, jadi dia tidak tahu Ji Bai pergi kemana. Dia juga curiga apakah dia benar-benar menghitung waktunya.

Setelah beristirahat sejenak, Xu Xu akhirnya menyeret kakinya yang terasa seperti besi dan berjalan keluar dari lapangan olahraga. Saat dia melewati area persenjataan, dia melihat Ji Bai duduk bersama seorang pria. Saat mendengar langkah kakinya, dua pria itu menolehkan kepalanya dan Ji Bai melambai ke arahnya dengan senyuman di wajahnya. "Xu Xu, datanglah kemari."

Senyumannya sangat lembut, yang membuat penampilannya yang luar biasa itu bersinar dengan kilau cerah ketika dipasangkan dengan sinar matahari terbit.

Xu Xu menatap Ji Bai lalu menoleh untuk melihat pria di sebelahnya.

Pria itu kelihatannya berusia lima puluhan; perawakan tubuhnya sedang, rambutnya memutih, dan memiliki wajah yang ramah. Dia mengangguk lalu berkata kepadanya, "Halo, Xu Xu, aku mendengar bahwa unit telah merekrut orang baru yang sangat berbakat, aku tidak menyangka dia adalah seorang wanita yang begitu mungil."

Xu Xu tersenyum samar. "Halo Kapten Yan, aku banyak mendengar tentangmu."

Senyuman pria itu semakin melebar. "Pintar seperti yang kuduga. Akan tetapi, karena kamu murid magang Adik Ji, kamu bisa memanggil aku Guru."

Pria itu adalah mantan kapten kepolisian tindak kriminal yang dijuluki sebagai Yan. Dia telah pensiun tetapi sebelumnya dia adalah instruktur Ji Bai dan juga detektif terkenal di kota Lin. Xu Xu sudah mendengar tentangnya dan menebak identitasnya berdasarkan usia dan pembawaannya.

Selain itu, senyuman Ji Bai terlihat selembut kapas.

"Halo, Pak Guru." Xu Xu menyapanya dengan sungguh-sungguh.

Kapten Yan melihat bahwa Xu Xu memiliki mata jernih yang tidak sombong ataupun angkuh, jadi dia menerimanya dengan baik dan berkata kepada Ji Bai sambil tersenyum, "Murid magangmu sangat menyenangkan dan pintar, kamu harus memandunya dengan baik. Dia seorang wanita jadi jangan terlalu keras kepadanya."

Ji Bai tersenyum. "Tentu saja."

Xu Xu tetap diam.

Kapten Yan juga mendengar bahwa Xu Xu mempelajari psikologi kriminal dan dia sangat tertarik akan topik ini. Jadi, dia mengajukan beberapa pertanyaan, yang Xu Xu jawab sebagaimana mestinya. Kapten Yan memujinya lagi. Tak lama, Xu Xu tersipu karena pujian-pujian itu; biar bagaimanapun, pria ini sebelumnya adalah sosok legendaris di pasukan kepolisian.

Kapten Yan mengamati gerak-gerik Xu Xu lalu melemparkan pandangan kepada Ji Bai, 'Wanita ini terlalu lugu.'

Pada awalnya, Ji Bai mendengarkan pembicaraan mereka dalam diam, jadi dia baru memperhatikan Xu Xu setelah menangkap lirikan dari instrukturnya. Namun, saat dia menoleh untuk melihat Xu Xu, dia cukup terkejut.

Matahari sudah terbit sepenuhnya saat itu dan cahaya pagi terkesan keemasan. Xu Xu berdiri di depan mereka, dan di bawah pancaran sinar matahari, kulitnya yang pada dasarnya pucat menjadi sangat putih sampai hampir transparan. Walaupun begitu, pipinya yang kecil, keduanya berwarna merah padam. Sebenarnya warna memerah itu tidak terlalu kentara, tapi di kulitnya yang tipis dan rapih, rona merah itu terlihat sangat jelas yang membuat darah sepertinya akan menetes sewaktu-waktu. Bahkan kupingnya yang seputih salju juga memerah. Warna yang halus itu begitu menyala seolah bisa menodai tangan jika sampai tersentuh.

Sedangkan kepalanya yang sedikit tertunduk, meskipun terlihat tidak nyaman, kedua matanya masih gelap dan tenang seperti biasanya dan memantulkan sinar matahari seperti dua aliran sungai yang dangkal.

Xu Xu menyadari bahwa Ji Bai melihatnya dengan sorot kosong, tapi tampaknya dia tidak mempunyai instruksi lain untuknya, jadi dia membungkuk sopan kepada kapten Ji. "Pak Guru, kalau begitu aku undur diri dahulu. Mari kita berbicara kembali di kemudian hari."

Kapten Yan tersenyum saat dia melihat kepergiannya, lalu dia menoleh dan berkata kepada Ji Bai. "Pantas saja kamu bersedia untuk membimbing murid magang perempuan kali ini - dia cukup luar biasa."

Ji Bai menengadah dan melihat Xu Xu keluar dari lapangan olahraga. Dia tersenyum pada instrukturnya dan tertawa pelan. "Tentu saja, dia tidak menimbulkan masalah apapun."

Saat istirahat makan siang, Xu Xu tidur siang dalam waktu yang sangat lama dan nyenyak yang sepenuhnya beralasan. Dia bahkan tidak mendengar bunyi lonceng bertugas dan Yao Meng lah yang membangunkannya dan bertanya dengan manis. "Apa kamu baik-baik saja? kamu kelihatan seperti habis dipukuli."

"Bisa dibilang begitu." balas Xu Xu tanpa semangat.

Saat dia menyalakan komputernya, sebuah pesan muncul dari Internal UC (Internal Unifed Communication System) milik kantor kepolisian. Pesan itu menunjukkan pengirimnya adalah Zhao Han.

Xu Xu telah bertanya kepadanya tentang kondisi di lapangan berlatih, jadi Zhao Han tahu tentang pelatihan dari Ji Bai. Di atas itu, Xu Xu sebelumnya pernah di sandera, yang membuatnya merasa bersalah. Dengan begitu banyak hal yang dihadapinya, Zhao Han ingin memberikan dorongan semangat untuk Xu Xu.

Zhao Han bertanya, "Bagaimana latihan dari sang iblis?"

Xu Xu membalas, "Benar-benar kejam."

Zhao Han melanjutkan, "Haha, Tuhan pasti memiliki rencana besar untukmu, Kapten Ji melakukan ini untuk kebaikanmu juga."

Xu Xu menghela napas. "Aku tahu."

Zhao Han menambahkan, "Polwan yang lain tidak bisa lebih cemburu lagi."

"Mengapa begitu?"

Zhao Han mengetik kalimat itu karena iseng, jadi dia terkejut saat diminta penjelasan lebih lanjut. "Itu karena kapten sangat tampan."

Xu Xu tertawa. "Mereka ingin disiksa oleh Kapten Ji karena dia tampan? Apa mereka suka dianiaya?"

Zhao Han menyemburkan air yang sedang dia minum.

Sebenarnya, Xu Xu sangat terus terang dalam pikiran dan perkataannya, sehingga kata-katanya juga terbatas pada arti harfiah. "Penyiksaan" dalam hal ini merujuk kepada perasaannya yang sangat tersiksa karena berlari. "Dianiaya" mengacu pada kekerasan fisik yang dilakukan untuk menimbulkan rasa sakit, bukan kenikmatan. Namun, untuk pria biasa seperti Zhao Han, kata-katanya terdengar sangat tidak pantas.

Hal yang sama pernah terjadi kepada Xu Xu sebelumnya.

Kembali di masa sekolah menengah atas, semua orang masih agak malu-malu dalam hubungan laki-laki dan perempuan, dan pada suatu hari seusai sekolah, beberapa gadis pulang belakangan untuk saling bergosip diam-diam. Mereka mencurigai ada seorang perempuan dan laki-laki yang '"sudah melakukan hal tidak pantas". Karena Xu Xu juga ada saat itu, dan salah seorang perempuan itu lumayan dekat dengannya, dia dengan bersemangat menanyakan pendapat Xu Xu tentang hal itu.

Xu Xu tidak mengenal dua orang yang sedang mereka bicarakan, jadi dia hanya mengekspresikan sudut pandangnya dari apa yang dia mengerti: fakta dan pengetahuan umum. "Seks adalah naluri kebinatangan yang mendasar."

Para perempuan yang bahkan terlalu malu untuk berbicara tentang "seks" secara terbuka terkejut karenanya.

....

Kembali ke pembicaraan sebelumnya, Zhao Han membalas dengan hati-hati, "Kamu ...."

Xu Xu merespon dengan sebuah "?"

Sesudah dia mengetik tanda tanya, dia mendengar suara tegas datang dari belakangnya. "Xu Xu, masuklah ke kantorku."

Saat Xu Xu menoleh, dia melihat Ji Bai memegang cangkir yang mengepul panas, yang berarti kemungkinan dia baru saja kembali dari pantry. Dia meliriknya dari atas lalu berbalik dan berjalan masuk ke kantornya.

Xu Xu tidak memikirkan bahwa dia bicara kelewatan, tetapi karena Ji Bai melihat bahwa dia sedang berkomentar tentang dirinya, Xu Xu tau bahwa dia membuat kesalahan. Sehingga, dia segera mengikutinya masuk ke dalam ruangan.

Begitu dia duduk, Ji Bai menyorotkan pandangan mata kepada Xu Xu dan berkata datar, "Bagiku, latihan pagi itu hanya untuk pemanasan, siksaan sesungguhnya masih belum dimulai."

Xu Xu kehabisan kata-kata.

Ji Bai membalik terbuka sebuah dokumen dan mengopernya kepada Xu Xu. "Ini adalah laporan yang diminta dari para atasan. Selesaikan sebelum pulang kerja besok dan serahkan laporannya."

Xu Xu mengambil lalu membolak-baliknya, lalu dia mengajukan beberapa pertanyaan untuk meluruskan beberapa keraguan yang dimilikinya. Saat Ji Bai hendak menjawabnya, ponsel Ji Bai berdering.

Itu adalah sebuah panggilan penting, jadi dia berdiri dengan teleponnya dan memberi isyarat kepada Xu Xu untuk menunggu sebentar sebelum berjalan memasuki ruang rapat kecil di sebelah.

Karena dia tidak menyebutkan bahwa dia boleh pergi, Xu Xu tetap duduk di sana dan menunggu dia dengan sabar. Dia sudah menelusuri seluruh dokumen itu dalam waktu singkat, tapi Ji Bai masih belum kembali, sehingga dia memutuskan untuk pergi melihat-lihat sekeliling untuk meringankan rasa bosannya.

Hari sudah sore dan cahaya matahari bersinar masuk dari jendela besar, yang mewarnai lantai menjadi warna kuning yang hangat. Bahkan meja marmer dari batu air pun berwarna putih gading yang indah.

Kursi di kantor Ji Bai sangatlah nyaman daripada kursi di luar karena lega dan dibuat dengan baik. Setelah duduk di bawah sinar matahari selama beberapa waktu, dia jadi mengantuk, karena itu dia menyandar ke belakang sandaran kursi dan merenung tenang dengan mata terpejam.

Setelah Ji Bai selesai dengan panggilannya dia kembali masuk ke kantor, dan melihat Xu Xu yang jatuh tertidur di kursi.

Tubuhnya yang kecil meringkuk di kursi yang lega dan kepalanya sedikit miring ke atas. Kedua tangannya bersandar di lengan kursi, yang membuat posturnya seperti orang yang sudah tua. Meski begitu, alisnya yang gelap agak memberengut seolah dia sedang tidak bahagia.

'Sepertinya si kecil ini kelelahan.'

Ji Bai menatapnya untuk beberapa detik, lalu kembali ke kursinya sebelum menyalakan sebatang rokok.

'Aku akan memberinya sepuluh menit.'

Namun, tidak sampai semenit Xu Xu pun terbangun.

Dia terbangun karena suara gemerisik pelan dari halaman kertas yang dibalik. Saat dia membuka mata, dia melihat Ji Bai sudah duduk di hadapannya tanpa mempedulikannya sama sekali. Wajahnya sedikit merunduk dan dia memegang rokok yang dinyalakan di satu tangan sambil membalikkan lembaran dokumen dengan tangan satunya. Wajahnya tanpa ekspresi sepanjang waktu.

Dia tidak tahu berapa lama dia sudah tertidur, tapi dia merasa jatuh tertidur di depan atasan di jam kerja itu sudah kelewatan. Terutama mengingat orang ini adalah Ji Bai, yang biasanya amat galak. Seketika itu juga, butir keringat terbentuk di pelipisnya dan wajahnya berubah pucat.

Tanpa menengadah, Ji Bai bertanya dengan santai, "Apa kau puas dengan kondisi tidur di kantorku?"

Xu Xu tampak semakin pucat pasi saat dia segera meminta maaf. "Maafkan aku."

Dia menyangka akan mendapat lebih banyak kritik dan ejekan keras dari Ji Bai, tapi dia secara tidak terduga Ji Bai malah mengalihkan pembicaraan. "Apa pertanyaan lain yang kamu tanyakan barusan?"

Xu Xu tercengang, tapi dia buru-buru mengesampingkannya sebelum melanjutkan untuk bertanya kepada Ji Bai untuk mengklarifikasi keraguan yang dia miliki. Ji Bai menjawab sesuai yang diminta, tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi soal tertidur di kantornya.

Secara keseluruhan, Xu Xu merasa berada di ambang kematian di minggu pertama kembalinya Ji Bai. Dia terkuras habis secara fisik dan mental yang membuatnya langsung tertidur begitu dia sampai di rumah. Nafsu makannya juga meningkat secara jelas.

Saat Xu Juan melihatnya tampak putus asa, dia merasa kasihan kepada Xu Xu, dia juga seorang pekerja keras dan kuat dan dia merasa bahwa latihan bisa menguntungkan untuk adiknya, jadi dia tidak banyak berkomentar. Dia merasa bahwa Xu Xu harus meringankan stress di tempat kerja dengan kehidupan cinta yang sukses, karena itu dia merencanakan kencan buta untuknya hari Jumat itu: dia adalah si IT profesional, jadi Xu Xu harus memastikan untuk tiba tepat waktu.

Pada hari Jumat pagi, Xu Xu berhasil menyelesaikan tugas besarnya untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak sepuluh kali untuk pertama kalinya. Saat dia sedang makan sarapan di ruang konferensi kecil, dia bertanya kepada Ji Bai, "Apa aku harus berlatih di akhir pekan?"

Ji Bai menjawab, "Memang kamu tidak makan di akhir pekan?"

Dengan itu, Xu Xu kehabisan kata-kata.

Xu Xu menjadi sangat tidak bersemangat sepulang kerja, tapi dia masih harus pergi ke kencan buta yang sudah direncanakan sebelumnya. Karena itu, dia ingin bertemu dengan orang ini secepatnya untuk menyelesaikan tugas jadi dia bisa pulang kerumah untuk tidur.

Dia langsung menuju ke tempat parkir di kantor polisi saat Xu Juan sedang menunggu untuk menjemputnya. Begitu Xu Xu sampai di basement, dia melihat Ji Bai keluar dari pintu keluar lainnya.

"Xu Xu." sebuah suara jernih terdengar, suara Xu Juan. Dia memakai setelan jas hitam yang sangat menawan dan duduk di dalam mobil Benz dengan senyum di matanya. Akan tetapi, begitu dia melihat pakaian dan celana Xu Xu yang sederhana, dia mengerutkan kening. "Kamu pergi kencan buta dengan pakaian seperti itu?"

Xu Xu menundukkan kepala dan melihat diri sendiri. "Seperti apa?"

Xu Juan hanya menghela napas dan tidak menjawab. Lalu Xu Xu berbalik dan memanggil "Sampai jumpa, Kapten Ji."

Tanpa diduga, Ji Bai juga menatap bajunya. dia mengangguk lalu berjalan ke arah mobil di samping mereka.

Xu Xu berjalan ke mobil kakaknya dan Xu Juan membukakan pintu untuknya. Dia sedikit terkejut melihat kejadian barusan. "Atasanmu?"

Xu Xu mengangguk, lalu dia melihat Ji Bai melewati mereka mengemudikan mobil Buick hitam. Itu adalah mobil biasa dan dia tidak berhenti untuk melihat mereka.

Lampu jalanan baru saja menyala ketika mobil Benz hitam mereka memasuki lalu lintas. Saat Xu Juan memberhentikan mobilnya di depan pintu masuk dari "The Courtyard", Xu Xu mengamati dengan tajam bahwa ada sesuatu yang tidak wajar.

The Courtyard adalah sebuah klub tertutup yang sederhana, namun populer di kota Lin. Beberapa tahun lalu, saat Xu Juan memperoleh upah satu juta pertamanya, dia membawa Xu Xu untuk makan disana. Kemudian, Xu Juan menjadi pelanggan tetap, tapi Xu Juan tidak lagi pergi menemaninya kesana.

Meski begitu, ini hanyalah kencan buta dengan seorang teknisi IT. Pikirnya dalam hati, 'Bukankan The Courtyard ini terlalu mewah untuk kencan pertama?'

Saat dia melihat Xu Juan yang melangkah santai, Xu Xu menggertakkan giginya dan memerintahkan kepada kakaknya untuk berhenti. "Berhenti disana."

Tentu saja, Xu Juan tahu apa yang akan ditanyakannya, jadi dia menjelaskan dengan wajah datar. "Seorang CEO dari perusahaan IT juga bisa dibilang seorang teknisi IT juga, kamu tidak boleh membeda-bedakan dia hanya karena posisinya yang tinggi."

Xu Xu mengerutkan kening. "Pertama, seorang CEO dianggap sebagai bagian dari manajemen, yang bukan tipe pria yang aku minta kepadamu; Kedua, orang seperti ini memiliki sifat dan pikiran yang rumit dibandingkan dengan orang biasa. Belum lagi, jadwal kerjanya juga sangat sibuk. Apa kamu benar-benar mengharapkan aku memiliki pernikahan yang berantakan yang bahkan membuat kita sulit untuk bertemu dengan satu sama lain?"

Xu Juan segera berhenti tersenyum. "Pertama-tama, aku sudah berhubungan dengan orang ini selama beberapa waktu, jadi aku tahu dia bukan seperti orang kaya yang manja luar biasa - dia seorang yang bertanggung jawab. Xu Xu, berpacaran itu bukan sesuatu yang kaku, kamu tidak bisa berhasil dengan mengandalkan analisa dan prediksi; Kedua, karena kamu sudah terlanjur di sini, setidaknya kamu menghargai aku dan menyelesaikan makan malamnya."

Xu Xu tidak mengatakan apapun lagi.

Xu Juan berpikir bahwa dia marah dan bertanya-tanya apa dia sudah terlalu keras. Saat ia hampir mengalah, Xu Xu mengangguk. "Kalau kamu bilang begitu, aku akan menerima. Ayo masuk."

Xu Juan terkejut, lalu dia tersenyum dan mengelus rambut adiknya. "Bicaralah padanya lalu lihat bagaimana jadinya. Kamu boleh menendangnya ke pinggir jalan kalau dia tidak cocok. Tidak peduli dia seorang CEO atau seorang tukang servis, yang paling penting adalah adikku menyukainya."

Xu Xu menghela napas."Yang benar saja."

Mereka berdua berjalan ke arah ruangan pribadi yang dipesan sebelumnya. Dari kejauhan, mereka bisa melihat bingkai jendela kuning bergaya antik dengan tirai seputih salju. Seorang pemuda duduk di meja di tengah keanggunan dan kesunyian itu dengan sebotol sake dan wadah cendana di sebelah kanannya. Tak lama kemudian, genta lonceng keramik putih berdenting di pintu, mengisyaratkan kedatangan Xu Xu dan Xu Juan. Pria itu menengadah dan tersenyum kepada Xu Xu, menampakkan gigi putihnya, penampilan menariknya terlihat tenang dan halus di cahaya malam.

Ye Zixiao.

  1. Jaringan komunikasi khusus untuk pembagian berbagai macam data dan informasi digital yang tersentralisasi
  2. Ruang dapur kecil di kantor
  3. Tempat parkir bawah tanah