Semua teman yang tumbuh besar bersama Ji Bai memiliki pandangan yang sama, yaitu bahwa dia masih lajang hanya karena dia pemilih dan selektif.
Ji Bai menolak untuk berkomentar, tapi dia yakin akan satu hal, bahwa belahan jiwanya harus seorang yang unik seperti harta karun yang langka.
Namun demikian, dia secara tidak langsung ditolak oleh murid magang kecilnya ini, dan muridnya itu melakukan hal ini di depannya langsung tanpa keraguan.
Apa yang dia rasakan saat itu tidak kentara namun sulit untuk dijelaskan.
Dia telah membimbingnya secara pribadi selama beberapa minggu sekarang dan secara keseluruhan dia sangat puas dengan murid magangnya ini. Dia pintar, pekerja keras, tidak banyak bicara, enak dipandang mata, dan dia tidak pernah perlu mengulangi perkataan untuk kedua kalinya. Kadang dia akan mengerti apa yang dia minta bahkan sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Ditambah lagi, kadang dia menyuarakan pendapat yang membuatnya takjub.
Dia adalah sebuah batu giok yang belum dipoles yang dengan mujur jatuh ke tangannya dan sekarang menjadi tugasnya untuk membentuknya.
Saat teman masa kecilnya Shu Hang mendengar bahwa dia mengambil murid magang perempuan, dia menghela napas. "Haah ... jika tugas ini diberikan kepada orang lain, maka mungkin saja akan menimbulkan kisah cinta terlarang yang menarik, antara pembimbing dengan murid magangnya. Namun pada kasus ini, kamu kemungkinan besar akan membimbing wanita ini seperti kamu membimbing laki-laki, kan? Kamu hanya akan melukai seorang perempuan cantik, dan itu adalah tindakan yang tidak berbelas kasihan dan tdak bisa dimaafkan."
Ji Bai tertawa setelah mendengar hal itu.
Dia tentu saja harus bersikap keras, tetapi dia tidak memperlakukannya seperti seorang pria.
Di mata Ji Bai, yang berusia dua puluh delapan tahun, Xu Xu, yang berusia dua puluh empat tahun, hanyalah seorang wanita yang belum berpengalaman.
Matahari di musim semi bersinar cerah dan menyenangkan. Meja coklat itu memberikan sinar samar dan udara dipenuhi kehangatan yang kering saat seorang gadis mungil duduk tegak di kursinya dengan ekspresi serius di wajahnya yang merah dan putih. dia terlihat seperti seorang gadis yang siap untuk bertarung kapan saja ....
'Baiklah, mungkin dia bukannya benar-benar tidak menyukaiku. Dia mungkin mengatakan hal ini dengan cara Xu Xu yang khas karena pikirannya yang rumit dan hati yang lugu.'
'Di sisi lain, orang asing yang tiba-tiba muncul ini ...' Ji Bai melirik halus ke Ye Zixiao, lalu merundukkan kepalanya untuk lanjut membaca koran sambil berpikir, 'Xu Xu harusnya bisa menangani hal ini sendiri.'
Pada awalnya, Xu Xu ingin mengakhiri situasi konyol ini secepat yang dia bisa, tapi setelah mengatakan hal ini, kedua pria itu membisu.
Suasana seketika berkurang tegangnya tetapi menjadi membingungkan.
Saat itu, suara "ting ting" terdengar saat pintu toko terbuka dan Yao Meng masuk dengan tiga gelas bubble tea. Saat dia menyadari tambahan orang di meja, dia sedikit terkejut namun cepat tanggap, jadi dia tetap tenang dan melemparkan pandangan bertanya ke arah Xu Xu.
Saat melihat Yao Meng, Ye Zixiao sedikit terkejut sebelum dia kembali menoleh kepada Ji Bai.
Saat Xu Xu mengatakan apa yang dia ucapkan, amarahnya langsung memudar dan ekspresinya berubah secepat kilat. "Maaf aku sudah salah paham. Aku Ye Zixiao." Dia mengulurkan tangan untuk menyapa Ji Bai.
Ji Bai meliriknya sebentar sebelum mengulurkan tangan untuk balas menyapanya dengan wajah datar tidak terpengaruh seperti biasanya. "Ji Bai."
Ye Zixiao sedang linglung, tapi dia tidak gila. Dia melihat piring-piring di meja dan tersenyum. "Karena aku bertindak buruk hari ini, biarkan aku membayar makanan kalian." Saat dia meraih ke kantong untuk mengeluarkan dompetnya, Ji Bai menghentikannya dan tersenyum. "Kamu tidak perlu melakukannya, biar aku yang membayarnya." Dia sering makan di kedai ini dan kenal dekat dengan pemiliknya, jadi dia menaruh uang lebih di tagihannya agar tidak perlu repot membayar setiap kali dia makan.
Ye Zixiao tersenyum lalu melihat Xu Xu. Dia sedang berpura-pura bodoh sambil mencuri waktu untuk mengamatinya. Xu Xu menghela napas lalu berdiri "Ayo bicara di luar."
Itulah yang sebenarnya Ye Zixiao harapkan, jadi dia segera bangkit berdiri dan bahkan membantu Xu Xu dengan menarik bangku untuknya.
Setelah mereka berdua meninggalkan kedai itu, Yao Meng yang sebelumnya cuma diam saja tiba-tiba tersadar. "Tas Xu Xu masih disini."
Ji Bai tidak menoleh saat menjawab, "Dia akan kembali."
"Oh." gumam Yao Meng saat dia mengaduk pelan bubble tea dengan sedotannya.
Beberapa saat kemudian, Yao Meng mulai berbicara sambil tersenyum, "Oh iya, Kapten. Aku juga ingin berolahraga belakangan ini. Aku perlu berlari sebanyak berapa kali putaran?"
"Berapapun boleh."
Yao Meng melanjutkan, "Hmm, tetapi Xu Xu lari sebanyak sepuluh putaran, jadi seharusnya aku tidak lari lebih sedikit dari dia, bukan?"
Pada saat itulah akhirnya Ji Bai menatapnya.
Tidak diragukan lagi, dia adalah wanita yang sangat cantik. Kulit putih wajahnya merona seperti dilukis dengan warna merah cerah, sedangkan matanya yang besar dan cemerlang menatapnya dengan lugas. Tatapan matanya cerah dengan sejejak harapan dan rasa antusias di dalamnya.
Ji Bai tertawa dan berkata, "Seorang petugas kepolisian tindak kriminal yang baik perlu mempunyai manajemen waktu yang masuk akal. Xu Xu lemah secara fisik, jadi dia perlu meluangkan waktunya dalam hal ini, sedangkan kamu mempunyai kemampuan fisik yang hebat, jadi kamu harus meluangkan lebih banyak waktu dalam pekerjaan dan penanganan kasus. Bagaimana kamu mengatur jadwal itu terserah padamu jadi jangan tanyakan kepadaku lagi."
Xu Xu dan Ye Zixiao berjalan kembali ke lapangan olahraga dan menemukan sepetak rumput kosong. Xu Xu duduk dan segera masuk ke pokok pembicaraan, "Aku tidak akan mengubah keputusanku jadi kamu jangan membuang tenagamu lagi. Ditambah lagi, kamu menimbulkan masalah bagiku sekarang. Aku harap kali ini, kamu akan mendengarkan perkataanku."
Ye Zixiao tidak langsung menjawabnya. Dia memiringkan kepalanya ke atas lalu menyalakan sebatang rokok sambil memperhatikan orang-orang yang sedang berlari di bawah sinar matahari. Setelah berbagi keheningan, dia berkata, "Kamu bilang bahwa kamu tidak menyukai pria seperti aku, kenapa?"
Xu Xu terdiam sebentar lalu menjawab, "Tidak ada alasan khusus."
Ye Zixiao menoleh dan mendekati Xu Xu dengan tubuh tingginya. "Lalu pria yang seperti apa aku ini?"
Xu Xu tak bisa menahan untuk melangkah mundur, sebelum dia bisa menjawab, Ye Zixiao menambahkan, "Xu Xu, apakah kamu pikir bahwa kamu sangat pintar dan berpenglihatan tajam? Apakah kamu, dengan yang kamu sebut psikoanalisa itu, memutuskan bahwa aku tidak cocok untukmu?"
"Xu Xu, bagaimana mungkin kenyataan bisa sesederhana itu? Apakah seseorang yang tertutup seperti kamu memiliki begitu banyak penggemar? Lalu, berapa banyak dari mereka yang seperti aku, yang bukan cuma menyukaimu tapi juga bisa memberikan kehidupan yang hanya bisa dibayangkan oleh wanita-wanita lain? Aku benar-benar bukan pria yang buruk jadi mengapa kamu tidak meraih kesempatan ini, atau setidaknya mencobanya?"
Saat dia melihat Xu Xu memasang wajah dingin dan tidak menjawab, dia melanjutkan, "Apakah kamu tidak pernah punya kekasih sebelumnya karena kekeras kepalaan dan pendirianmu? Apakah kamu tidak merasa bahwa kamu sebenarnya gagal dalam hal itu?"
Pikiran-pikiran ini telah memenuhi benak Ye Zixiao lagi dan lagi dalam beberapa hari ini dan berisikan perasaan pribadinya yang sebenarnya. Dia bermaksud untuk mengungkapkan pemikirannya untuk mencoba membangunkan Xu Xu dari cara berpikirnya yang bodoh ....
Xu Xu merasakan rasa sakit yang tajam saat dia berpaling untuk menatap ke arah lain. "Aku tidak mau membicarakan tentang hal ini lagi."
Saat Ye Zixiao melihat ekspresi wajahnya yang acuh tak acuh, kemarahan besar bangkit dari dadanya dan tanpa berpikir, dia menggenggam tangan Xu Xu. Kulitnya terasa sangat lembut dan halus dan benak Ye Zixiao berpacu untuk mengingat bagaimana rasanya saat mereka berjabat tangan sebelumnya. Kulitnya terasa seperti giok cair, halus, cerah dan satu genggaman terasa seperti menembus sampai ke tulang.
Dia menundukkan kepala untuk melihat kulit wajahnya yang hampir transparan, matanya yang gelap juga balas menatapnya. Mereka tampak sangat tenang, sangat dingin.
Pikiran Ye Zixiao tiba-tiba kosong saat dia secara insting menundukkan kepala untuk menciumnya.
Tubuh Xu Xu membeku dan meskipun dia menggeser kepala untuk menghindarinya, kehangatan dari tepi bibir pria itu masih menyapu pipinya. Itu adalah perasaan yang aneh, yang membuat Xu Xu segera tersipu yang membuatnya merasa sangat malu.
Di sisi lain, seperti yang Ye Zixiao lihat, dia sepenuhnya benar mengenai pemikiran Xu Xu. Dia hanya tidak sadar bahwa dia terlalu kutu buku, jadi, mereka masih ada kesempatan. Jika dia tetap berusaha, maka perlahan tapi pasti, dia akan bisa melunakkan hatinya.
Namun, dia tahu perilaku impulsifnya membuat dia kehilangan kendali dirinya. Karena itu dia melepaskan tangannya dan berusaha untuk minta maaf. Akan tetapi, amarah di tatapan Xu Xu jelas menunjukkan dia sangat kesal dan suaranya membuat dia merinding sampai ke tulang belakang. "Kamu bertanya kepadaku pria seperti apa kamu? Baiklah, akan aku beritahu."
Ye Zixiao terkejut dan merasakan firasat buruk saat dia menyiapkan diri untuk menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Pertama-tama, kamu sombong. Kamu mencari resiko dan kesenangan. Aku sudah melihat data Longxi Electronics dan sebagian besar investasi yang kamu lakukan adalah proyek bernilai besar dan berisiko tinggi. Aku juga menyadari bahwa begitu proyek itu mulai mendapat keuntungan, kamu langsung mulai mengembangkan projek baru, yang lain."
"Karena kamu sudah mengambil alih perusahaan, meskipun secara umum menguntungkan, tidak ada proyek yang bisa dijadikan teladan bagi industri. Tidak ada satupun proyek yang sukses besar yang diselesaikan, semuanya hanya sedang-sedang saja. Karena sikapmu itu, kamu lebih memilih mengambil risiko daripada bersungguh-sungguh. Dari sudut pandangku, menjalin hubungan denganmu hanya berarti menanggung risiko keuangan yang lebih tinggi dari biasanya."
Ye Zixiao terkejut dan wajahnya terlihat suram. Dia menatap Xu Xu tanpa mengatakan apapun.
Xu Xu melanjutkan, "Kedua, di hari Ye Zixi terluka, kamu berdiri tepat di sampingnya, tapi kamu tidak melakukan pertolongan pertama kepadanya. Kamu ragu-ragu. Di pelajaran biologi SMA, kita diajarkan untuk menekan bagian tubuh jika pembuluh arteri berdarah, mengapa kamu tidak melakukannya?"
"Saat itu terjadi, aku menduga bahwa kamu lumpuh karena berpikir Ye Zixi bisa mati jika kamu melakukannya dengan tidak benar. Tidak sekalipun kamu mempertimbangkan keselamatan Ye Zixi. Tidak, saat menghadapi situasi hidup dan mati, kamu tidak memiliki cukup keberanian untuk bertanggung jawab ...."
Wajah Ye Zixiao berubah drastis. "Omongan tidak masuk akal apa yang kamu bicarakan ini?"
Xu Xu tidak berhenti untuk menjawabnya. "Ketiga, kamu salah paham akan hubunganku dengan Kapten Ji Bai. Kenyataannya, kami sama sekali tidak dekat, kamu hanya bereaksi berlebihan setelah mengambil kesimpulan. Mengapa bisa begitu? Ada dua kemungkinan - Satu, Ji Bai terlalu menarik - jika dia hanya orang biasa, kamu mungkin tidak akan semarah itu. Ini hanya membuktikan bahwa kamu tidak bisa mentoleransi orang lain dan kurang percaya diri. Yang kedua kemungkinan kamu sangat posesif. Apa kamu punya mantan kekasih yang putus denganmu karena rasa posesif yang berlebihan?"
"Keempat, kamu selalu menekankan soal penampilanmu. Setiap kali kita bertemu, kamu terlihat benar-benar berusaha untuk memastikan setiap helai rambut berada di tempat yang tepat. Ada juga kabar di internet yang menyatakan bahwa semua mantan kekasihmu adalah wanita cantik."
"Saat kamu melihat Yao Meng barusan, perhatianmu jelas teralihkan. Tentu saja, pria mengagumi wanita cantik, tapi kamu juga menjadi sedikit gelisah. Secara logika, perhatianmu seharusnya tidak bisa dialihkan semudah itu, tapi kamu masih terpesona oleh kecantikannya. Ini berarti ketertarikan dan perhatianmu terhadap wanita lebih kuat daripada orang biasa. Selain itu, melihat dari karakter kamu yang suka mencari kesenangan dan hal yang baru, juga pemikiran terbuka dan lingkungan hidup liberal di luar negeri, aku anggap kamu melakukan seks di luar hubungan, betul kan?"
"Jadi, mengapa aku harus menerima pria yang berbuat sesukanya, tidak sabar, tidak dapat bertanggung jawab di saat genting, dan mungkin bertindak melewati batas dengan tubuhnya?"
...
Setelah meninggalkan lapangan olahraga, Xu Xu berjalan perlahan untuk kembali ke kedai makanan Cantonese.
Dia merasa agak tidak nyaman.
Meskipun dia telah menyusun gambaran tentang Ye Zixiao dari awal, nalurinya mengatakan bahwa dia seharusnya tidak membicarakannya secara langsung - itu terlalu menyakitkan.
Semua orang memiliki kekurangan yang jika diperbesar, akan membuat mereka merasa rentan. Selain itu, Ye Zixiao sebenarnya bukan orang yang begitu jahat. Dalam beberapa hal, sebetulnya dia cukup menakjubkan.
Di saat yang sama, jika Xu Xu tidak menjelaskan kenapa dia menolaknya, maka pria itu kemungkinan masih akan melekat padanya. Di samping itu, dia hampir saja dicium secara paksa, yang membuatnya marah. Akhirnya, dia tidak bisa menahannya lagi,
Merasa sedikit kecewa, dia mendorong pintu terbuka dan melihat kedai itu sekarang ramai oleh pengunjung. Saat dia menoleh, dia melihat Ji Bai masih duduk dengan santai di tempat yang sama.
Xu Xu bertanya, "Dimana Yao Meng?"
Ji Bai membalas. "Dia sudah kembali."
"Oh." Xu Xu mengambil tasnya yang masih terletak di kursi. Dia tahu bahwa Ji Bai telah menunggunya untuk kembali. "Terima kasih."
Ji Bai berdiri dan Xu Xu mengikutinya. Mereka berdua tidak mengatakan apapun dan hanya berkomunikasi dalam diam lewat langkah kaki mereka.
Cahaya matahari pagi menyinari jalan yang rapi dan bersih saat Xu Xu menengadah dan melihat bahwa sosok tinggi Ji Bai membayanginya dari setengah sinar matahari seperti pohon yang tegak. Akan tetapi, langkah kakinya tetap dan tidak terburu-buru. Dia tidak tahu mengapa, tapi saat dia berjalan di jalan yang ramai, suasana hati yang tegang karena kejadian sebelumnya secara bertahap mereda sampai dia merasa damai dan tenteram.
Saat mereka sampai di basement, mereka masuk ke mobil mereka dan pergi ke arah masing-masing.
Xu Xu mengikuti rutinitas normalnya dan mengucapkan selamat tinggal. "Kapten Ji, sampai jumpa besok."
Ji Bai sudah menduga bahwa dia tidak akan menyebutkan atau menjelaskan rasa "tidak suka" pada dirinya. Meskipun begitu, saat dia melihat wajah Xu Xu yang tidak bersalah dan biasa-biasa saja ...
"Apa kamu pernah memikirkan bahwa kita cocok atau tidak?" Dia bertanya perlahan dengan suara pelan.
Xu Xu tercengang.
Sebelumnya, dia pernah berkata bahwa dia tidak pernah berencana untuk berpacaran dengan polisi, jadi secara otomatis Ji Bai didiskualifikasi. Akan tetapi, Ji Bai secara tidak langsung meminta penjelasan kepadanya, dan meskipun Xu Xu lamban, dia mengerti bahwa cara dia mengatakan hal itu menunjukkan bahwa dia pernah membiarkan imajinasinya berkeliaran sebelumnya.
Saat dia hendak menjelaskan, dia menengadah dan melihat jejak senyuman di kedua mata gelap Ji Bai.
Xu Xu berkata, "Soal itu ..." tetapi Ji Bai sudah berbalik dan berjalan pergi.
Ye Zixiao berkendara dengan cepat sepanjang perjalanan pulangnya. Dia melihat setiap rambu lalu lintas yang melewatinya dengan cepat, perasaannya menjadi tidak tenang. Dia merasa marah, tertekan dan kebingungan.
Tidak pernah sebelumnya mendapat kritik oleh seorang wanita seperti itu. Terlebih lagi, semua kata yang Xu Xu ucapkan begitu kejam.
Semenjak muda, dia selalu disayang. Lingkungan dimana dia dibesarkan membuatnya lebih memahami dunia daripada teman sebayanya. Dia lebih tahu daripada siapapun juga bagaimana cara berusaha mencapai kesuksesan dan cara hidup di atas rantai makanan dengan tetap tampil terhormat dan mulia.
Namun demikian, apa yang Xu Xu katakan melukainya seperti pisau tajam yang merobek topeng dangkalnya akan kekayaan dan barang materialistis, yang membuatnya mendidih dengan amarah. Secara tidak terduga, dia langsung menyadari bahwa dia tidak bisa terus bersembunyi dari keburukannya.
Xu Xu mengetahui apa yang dia katakan adalah benar dan begitupun Ye Zixiao di dalam hatinya yang paling dalam.
Satu jam kemudian, dia sampai di rumah. Semua orang ada disana, ayahnya, kakak laki-laki dan istrinya, kakak perempuannya yang kedua dan suaminya, kakak perempuan ketiga dan suaminya, dan Ye Zixi. Saat melihat wajahnya yang pucat pasi, kakak perempuan ketiganya tersenyum dan dengan bercanda bertanya, "Siapa yang menyinggung Tuan Muda kita kali ini?"
Ayahnya, di sisi lain, terdengar berkuasa dan kuat. "Duduklah dan makan."
Tapi Ye Zixiao hanya menatap Ye Zixi sebelum berbisik, "Aku minta maaf soal hari itu."
Saat Zixi masih kebingungan, Ye Zixiao sudah berbalik dan buru-buru pergi.
Di malam hari, Zixiao menerima beberapa panggilan dari teman-temannya mengajaknya untuk bergabung di bar "Night Sky". Bar itu memiliki minuman keras yang bagus dan wanita-wanita seksi, dan itu adalah tempat yang gemar dikunjungi para pangeran muda dari kalangan atas.
Saat Zixiao tiba, perasaannya kembali seperti semula, tapi dia masih tidak banyak bicara. Seorang temannya melihat bahwa dia tidak terlalu bersemangat, jadi dia memberi isyarat kepada wanita di sebelahnya. Dia adalah anak perempuan dari pengusaha di dalam kota yang sudah mengejar Ye Zixiao untuk waktu yang lama. Wanita itu mengangkat gelas untuk bersulang. "Tuan Ye, karena kamu datang untuk bermain, kamu harus melupakan semua yang mengganggumu, melihat kamu seperti ini membuatku sedih."
Ye Zixiao menatap wajah wanita itu yang terlihat kabur, dan tubuhnya yang dianugerahi lekukan untuk sementara sebelum perkataan Xu Xu secara berulang kali terlintas di benaknya. "Mengapa aku harus menerima pria seperti kamu?"
Dia memeluk leher wanita itu dan menundukkan kepala untuk menciumnya.
Setelah itu, mereka memesan kamar, dan saat mereka sedang bercinta gila-gilaan, Ye Zixiao berpikir dalam hati, 'Xu Xu, kamu benar, aku memang persis seperti yang kamu katakan. Ya Tuhan, kamu membuatku merasa sangat mengerikan, sangat buruk.'
Cuaca di hari berikutnya sangat menyenangkan, saat Xu Xu tiba di lapangan olahraga. Terutama langit yang berwarna biru terang, seperti lembaran sutera yang menyelimuti bumi.
Saat sedang berlari, perhatiannya sedikit teralihkan. Dia mempertimbangkan apakah dia harus menelepon Ye Zixiao untuk mengurangi luka yang diterimanya kemarin, tapi saat dia mempertimbangkan sifat sombong pria itu dan kenyataan bahwa dia mungkin memperburuk situasi, dia segera menghilangkan pikiran itu.
Saat dia berada di putaran kedua, dia melihat Ji Bai berhenti di depannya dan sedang berbicara pelan di ponselnya. Saat dia perlahan berlari melewati tubuhnya yang bermandi keringat, Xu Xu tiba-tiba teringat pembicaraan mereka kemarin.
Dia telah mendengar dari Zhao Han bahwa Ji Bai membenci perempuan yang suka menempel, jadi dia merasa dia perlu menjelaskan kepadanya bahwa dia tidak mempunyai pikiran tidak pantas tentangnya. Alasan dia bilang bahwa mereka tidak cocok adalah karena identitasnya sebagai seorang polisi. Akan tetapi, sebagai seorang individu, dia sangat tampan, mempunyai fisik yang luar biasa, tekad yang kuat dan cepat tanggap.
Pikiran ini melintasi benaknya ketika tiba-tiba, sebuah langkah kaki yang terburu-buru terdengar di belakangnya. Hal berikutnya yang dia tahu, dia merasa tubuh Ji Bai yang besar dan berkeringat datang mendekatinya dari belakang. Sebelum dia bisa berbalik badan, kerah bajunya ditarik, dan kakinya yang sedang berlari tidak lagi menyentuh aspal. Dia baru saja mengangkatnya.
"Apa yang kamu lakukan?" dia memberengut untuk menoleh ke arahnya dan menegurnya pelan.
Ji Bai basah kuyup oleh keringat, tapi wajahnya yang berkilau terlihat penuh dengan rasa takut yang memancar dari dirinya.
"Ikuti aku, mayat wanita ditemukan di Gunung Lin An, Jalan Yue Ma, Nomor 3."
Jantung Xu Xu berhenti sejenak saat Ji Bai melanjutkan, "Korbannya adalah Ye Zixi."