Meskipun dekan itu takut dan marah, ia tak bisa tidak merasa berbesar hati dengan betapa berpengaruhnya keturunan teman lamanya ini. Namun, ia dengan segera mengendalikan pikiran dan emosinya, dan berteriak pada para guru yang tercengang dan membeku di kursi mereka di aula makan itu, "Apa kalian semua masih makan? Ayo bergerak!"
"Ah …" Para guru sekali lagi tercengang karena keganasan dekan itu. Siapa yang tahu bahwa dekan yang biasanya lembut dan sopan bisa memiliki sisi yang keras itu padanya?