Chereads / Bebaskan Penyihir Itu / Chapter 49 - Makhluk Hibrida Iblis

Chapter 49 - Makhluk Hibrida Iblis

Roland tidak bisa mempercayai apa yang sedang dilihatnya. [Apa-apaan ini? Mutasi binatang iblis setidaknya secara biologis masih bisa dipahami dengan nalar, tapi makhluk ini begitu luar biasa sehingga tampak seperti makhluk yang keluar dari sebuah film horor.]

Dari kejauhan, makhluk itu tampak seperti kura-kura raksasa dengan dua buah kepala. Setelah dilihat lebih dekat, ternyata itu adalah dua buah kepala serigala.

[Apakah makhluk ini adalah binatang percobaan Dr. Frankenstein?] pikir Roland. Binatang iblis raksasa itu memiliki tinggi setinggi tembok kota dan panjangnya hampir enam meter, dengan enam kaki pendek dan besar yang berbentuk seperti kaki badak. Ukuran masing-masing kaki sama dengan ukuran tubuh manusia dewasa. Sedangkan kepalanya, dua kepala serigala itu tidak seperti monster berkepala dua yang ada di dalam film-film, yang melolong dan menggigit satu sama lainnya. Sebaliknya, kedua kepala serigala itu berleher pendek, dengan mata mereka yang kelihatan sayu dan gerakan tubuh yang bergerak seperti zombie.

Hal yang paling menarik perhatian adalah cangkang di punggung monster itu. Permukaan cangkangnya memiliki warna coklat keabu-abuan dan tertutup dengan lumut. Dengan sekali melihat saja kita bisa mengetahui bahwa cangkang itu pasti luar biasa kerasnya. Cangkang ini mirip dengan tempurung kura-kura, menutupi monster itu dari kepala hingga ke ekornya. Jika monster itu bisa masuk ke dalam cangkangnya seperti seekor kura-kura, pasti akan sulit untuk membunuhnya.

Tapi Roland tidak merasa khawatir karena makhluk iblis yang bergerak sangat lambat biasanya mudah untuk menjadi target. Bahkan jika senjata api tidak bisa menembus cangkangnya, akan mudah untuk mengenai kepala serigala di luar cangkang. Jika kepalanya bersembunyi di dalam cangkang, mereka bisa meledakkan monster itu dengan dinamit.

"Yang Mulia, monster ini adalah binatang hibrida iblis." Si Kapak Besi mendekati Roland dengan wajah suram. "Sekarang aku mengerti mengapa ada aksi serangan secara bersamaan oleh para binatang iblis dari berbagai jenis binatang yang berbeda-beda. Mereka semua bergerak karena binatang Hibrida Iblis ini."

[Sama seperti seekor singa yang menggerakkan kawanan domba? "] Roland berpikir dan menganggukkan kepala." Monster ini agak berbeda dari yang monster yang kamu lihat terakhir kali. "

"Ini juga pertama kalinya aku melihat binatang hibrida iblis semacam ini. Meskipun terlihat agak kikuk, Anda jangan meremehkannya. Setiap binatang hibrida iblis pasti sulit untuk diatasi."

"Hampir bisa dikalahkan," sahut Roland, "biarkan para pemanah mencoba menyerang terlebih dulu."

Salju turun sesekali, sementara tanpa diduga angin bertiup dari arah barat laut. Cuacanya tidak menguntungkan bagi para pemanah. Namun kedua pemburu yang telah dipilih oleh Si Kapak Besi tampak cukup percaya diri untuk dapat mengalahkan monster ini.

Mereka memanjat naik ke menara pengawas dan menembakkan panah mereka sesuai dengan perkiraan mereka mengenai arah angin.

Kedua panah itu melesat dengan cepat. Setelah panah itu naik ke atas, karena pengaruh angin dan gravitasi, mereka jatuh dan mendarat hampir secara vertikal pada cangkang yang sudah ditargetkan.

Seperti yang sudah diduga, panah-panah itu melenting kembali dan bahkan terdengar seperti sebuah nada peringatan dalam sebuah game di pikiran Roland.

Kedua pemburu itu terus menembakkan panah mereka dengan tenang sebanyak dua kali lagi.

Percobaan yang terakhir berhasil karena panah itu mendarat di bagian muka monster tersebut. Satu panah mendarat tepat di kepala serigala, sementara panah yang lain tersangkut di leher monster itu.

Namun, monster itu tidak meraung dengan marah atau meningkatkan serangannya. Monster itu berhenti sejenak, dan kemudian ia menyembunyikan kepala dan kakinya ke dalam cangkang sambil tetap bergerak maju.

Kejadian ini membuat semua orang terheran-heran.

Monster itu tampak seperti sebuah tank dengan rangka yang bisa diturunkan. Sisi cangkangnya hampir menyentuh tanah. Dengan cara seperti ini, bahkan pemanah yang terbaik sekalipun tidak akan bisa menembakkan panah mereka ke tubuh monster itu.

"Gunakan senjata api." Roland memerintahkan.

Sekarang monster itu berada sekitar tujuh belas meter jauhnya dari tembok kota. Bahkan senjata api tidak akan bisa meleset dari sasarannya.

Carter dan Si Kapak Besi menuju ke pinggiran tembok kota dengan cepat, mengisi senjata, mengarahkan, dan menembakkan senjata mereka.

Sementara asap dari senjata api menyebar, Roland bisa melihat dengan jelas bagaimana peluru itu menghantam cangkang monster dan membuat serpihan-serpihan kecil. Sebagian kecil cangkang itu telah retak. Namun binatang hibrida iblis itu tidak terpengaruh apa-apa dan tetap bergerak maju.

[Kekerasan cangkang monster itu menyerupai organisme berbasis karbon,] pikir Roland. Sayang sekali peluru cenderung tidak cocok untuk keadaan seperti ini. Peluru ini tidak bisa digunakan untuk menembus cangkang yang tebal. Tidak mungkin bisa untuk menghancurkan cangkang binatang hibrida ini meski menggunakan keempat senjata api. Kita harus menggunakan bahan peledak.

Si Kapak Besi juga berpikir hal yang sama seperti Pangeran. Si Kapak Besi memerintahkan Wakil Komandan Pasukan Tombak untuk membawa dinamit, sementara binatang itu sudah maju menyerang tembok kota. Ketika binatang itu sudah tidak bisa bergerak maju lagi, cangkangnya mulai bergetar dengan kecepatan yang luar biasa dan menghantam tembok kota dengan kecepatan tinggi seperti sebuah palu yang bisa berputar. Serpihan bebatuan langsung berhamburan dan beberapa retakan mulai menyebar dengan cepat di tembok.

Tembok ini memiliki kemampuan daya tekan yang tinggi, tetapi daya ketegangan dan daya gesernya sangat rendah. Untuk lebih spesifik, tembok itu hampir tak bisa menahan getaran. Orang-orang di tembok kota merasakannya. Segera, suara gemuruh yang keras menusuk telinga semua orang dan mereka menyadari bahwa cangkang binatang hibrida ini telah berhasil membuat sebuah celah di tembok.

Namun hantaman monster itu tidak juga berhenti sampai di situ. Monster itu bergerak lagi sampai seluruh permukaan bagian depan tubuhnya terbenam ke dalam tembok kota.

Pasukan Milisi melarikan diri dari bagian tembok kota yang sudah penuh dengan retakan, sementara Nightingale yang tembus pandang membawa Pangeran dengan tangannya dan melompat dari tembok - jika ada yang melihat Pangeran pada saat itu, orang itu bisa mengira Pangeran adalah hantu yang bisa berpindah tempat.

Ketika Van'er tiba dengan membawa sekotak dinamit, ia melihat bahwa bagian tengah tembok kota sudah menganga terbuka hampir tiga meter lebarnya. Binatang iblis yang tengah melubangi tembok kemudian berhenti bergetar sejenak dan melanjutkan kembali dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya.

"Cepat!" Si Kapak Besi berteriak dengan keras, "Nyalakan dinamitnya dan letakkan di bawah monster itu!"

Meskipun tangannya gemetaran, Van'er berusaha tetap berpikir dengan jernih. Ia ingat setiap detail pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan bahan peledak. Berbeda dengan bahan peledak yang digunakan dalam pelatihan, masing-masing bahan peledak ini berisi dinamit yang lebih sedikit dan disegel dengan papan kayu. Puing-puing dari limbah penambangan dimasukkan di antara bahan peledak dan papan-papan itu. Bahan peledaknya juga ditambahkan dengan ekstrak batu api dan kawat tembaga. Jika bahan-bahan ini gagal, di bagian akhir kotak masih ada sebuah sumbu. Van'er merobek kain yang telah dilumuri dengan minyak di bagian luar dengan tergesa-gesa dan menarik kawat tembaga itu dengan seluruh kekuatannya. Dari dalam kotak kayu akan segera terdengar suara berdengung. Lalu asap akan muncul — itu adalah tanda bahwa bahan peledak itu berhasil dinyalakan.

Sumbu yang telah direndam dalam garam itu terbakar dengan pelan dan membutuhkan waktu sekitar tiga puluh detik untuk terbakar sampai habis. Sekelilingnya terasa sunyi bagi Van'er ketika ia melihat asap putih yang keluar dari kotak itu. Van'er telah mengetahui betapa kuatnya bahan peledak ini. Jika kotak itu meledak di tangannya, tidak ada bagian dari mayatnya yang akan tersisa.

Dua puluh tujuh detik.

Van'er mendengarkan debaran jantungnya yang berdetak dan ia menghitung dalam hati. Ia berjalan ke arah binatang iblis itu dan meletakkan bahan peledak di dekatnya.

Lima belas detik.

Binatang itu menghancurkan kotak berisi bahan peledak itu. Tidak ada yang bisa menghentikan gerakan monster itu.

Sembilan detik.

Van'er membalikkan tubuh dan berlari.

Enam detik.

Tiga detik...

Terjadilah ledakan itu. Van'er merasakan tanah di bawah kakinya bergetar. Kemudian di sekelilingnya terdengar suara hiruk pikuk.

Van'er menoleh dan melihat ada asap putih dari bawah cangkang monster itu — asap itu adalah salju yang berada di tanah yang telah terhempas oleh ledakan dan tampak berjatuhan seperti bunga yang berkabut. Binatang iblis itu telah berhenti bergerak, seolah-olah ia tidak mampu berdiri dengan menahan beban yang dibawanya. Cangkang raksasanya jatuh berhamburan ke tanah. Darah berwarna hitam menyembur keluar dari bawah cangkang dan membasahi tanah.

"Ooh…"

Terdengar seruan kegembiraan dari kerumunan orang-orang.

Vaner jatuh dan terduduk di tanah. Saat itulah ia baru menyadari bahwa keringat dingin telah membasahi pakaiannya.

[Semua sudah berakhir.]

Ketika semua orang sudah berpikir bahwa semuanya telah usai, terdengar suara terompet yang keras lagi dari arah perbatasan.

Kawanan lain binatang iblis muncul dari garis cakrawala dan menuju tepat ke arah Kota Perbatasan.