Crazy In Love With A Neighbor
Di dunia ini tidak ada yang begitu menarik buatku selain belajar, kecintaanku pada ilmu tehnologi informatika mengantarkanku menjadi tim cyber di Interpol dan membuatku tergabung dalam Tim Arktik. Tim yang luar biasa karena ada aku di dalamnya.
Aku sombong? Ah ... tidak, setiap misi akan sulit berjalan tanpa adanya diriku, alat penyadap, retas meretas, menjadikan setiap misi menjadi lebih mudah. Hingga suatu hari Tim Arktik diskorsing tanpa batas waktu karena kami membuat kekacauan. Aku menyesal? Tidak, kami membantu seorang teman. Si Beruang Kutub, dia mencintai seorang wanita, dan wanita itu sangat pantas diselamatkan, dia menyelamatkan banyak nyawa. Aku menyukainya, tanpa tanda kutip.
Namun, aku sedikit merasa terganggu dengan kemesraan mereka, aku iri kapan aku bisa menemukan seseorang yang begitu kucintai hingga aku bersedia mati untuknya agar dia bisa hidup. Saat ini, cinta mati matiku adalah komputerku. Aku terus berusaha untuk membuatnya hidup karena tanpa dirinya dunia ini terasa gelap bagiku. Komputerku adalah cahaya hidupku.
Hingga suatu hari aku melihat seorang wanita duduk sambil menangis bersandar di pintu, dia membenamkan wajahnya di kedua lututnya yang terlipat merapat ke dada. Flat apartemen kami bersebelahan, dia tetangga baruku, hum ... aku tidak begitu yakin, apakah dia tetangga baru? Atau aku baru melihatnya? Yang pasti dia terlihat sedih.
"Hei ... kau baik-baik saja?" tanyaku sambil menyentuh bahunya.
Wanita itu mengangkat wajahnya, "Astaga! Dia cantik!" aku terpikik di dalam hati, tapi ... tunggu dulu mana kacamataku? Siapa tau aku salah lihat karena aku tidak mengenakan kacamataku. Aku menyentuh bagian wajahku, kacamataku ada di sana. Ok ... berarti dia memang cantik. Aku tertegun sesaat.
Wanita itu berdiri dan mendekat ke arahku.
Dadaku berdebar cepat saat menatap matanya yang berwarna biru, tapi kelopak matanya terlihat sayu dan sembab. Sepertinya dia mabuk, mungkin dia baru putus dari kekasihnya sehingga dia mabuk lalu menangisinya.
"Bisa kau menolongku?" tanyanya sambil menatap dalam ke arahku.
"Tentu, apa?" tanyaku memastikan keinginannya.
Dia semakin mendekat, wajah kami hanya berjarak lima centimeter, tiba-tiba hidungku terasa gatal, aku menggosoknya kuat-kuat.
"Huaciimm!!" aku bersin dengan suara yang keras. Dia memundurkan langkahnya, mungkin dia takut terkena virus, tapi aku tidak sedang flu.
"Huaccim!! Ha... ha... ha... Huaccimm!!" Aku kembali bersin. Ah ... ada apa ini? Hidungku seperti ada yang memasukkan bulu ayam ke dalamnya lalu memutar-mutar di dalam sana. Mataku tiba-tiba berair dan hidungku .... hidungku gatal luar biasa. Kepalaku tiba-tiba sakit dan berdenyut-denyut. Aku butuh obat sakit kepala.
Aku meninggalkannya masuk, kupikir ... aku alergi kepada wanita itu.