CHAREL DAN CARLA
Charel Cesario Ramosa, menganggap bahwa sebuah pernikahan tidak penting. Baginya untuk apa membuang waktu bersama orang yang hanya membutuhkan pengertian atas ketidaksempurnaan. Charel selalu berpikir bahwa tidak ada gadis sempurna yang bisa bersanding dengannya. Dirinya bahkan sudah muak melihat gadis-gadis anak konglomerat yang selalu berusaha mendekatinya, Charel mengibaratkan para gadis itu seperti vas bunga kosong, terlihat mewah namun tak ada isinya. Memangnya apa yang para gadis itu bisa lakukan selain memakai pakaian seksi dan bersikap manja?
Sungguh merepotkan!!!
Dan ya, satu lagi, Charel tidak percaya bahwa cinta bisa mengubah pandangannya.
Namun keputusan kakeknya yang terlihat depresi setelah neneknya meninggal beberapa bulan yang lalu membut Charel harus berurusan dengan makhluk yang paling dihindarinya, yaitu wanita.
"Kakek akan menyerahkan seluruh harta kekayaan keluarga Ramosa padamu, tapi kau hanya memiliki dua pilihan. Menikah dengan Casandra atau menikah dengan wanita pilihanmu, tapi untuk opsi kedua kakek hanya menberikan waktu dua minggu. Jika lewat dari itu maka bersiaplah untuk menghabiskan sisa hidupmu dengan Casandra."
Casandra adalah wanita yang paling Charel hindari di dunia ini, wajah cantik dan tubuh seksinya justru membuat Charel muak. Dan jangan lupakan, Casandra memiliki otak bodoh di atas rata-rata wanita bodoh. Dia hanya sangat beruntung menjadi putri dari keluarga kaya yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan, delapan tanjakan, dan sembilan tikungan.
Tapi untuk memilih opsi kedua, Charel rasanya tidak bisa menemukan wanita yang akan membuatnya jatuh cinta secepat itu.
Tapi, cinta bukan menjadi syarat utama terjadinya sebuah pernikahan bukan?
Carla Moria, gadis dengan mimpi besar yang selalu percaya bahwa suatu saat dirinya akan menjadi penari balet terkenal.
Balet adalah seluruh hidupnya.
Namun ternyata mimpi besarnya tidak di dukung oleh kondisi keuangan yang membuatnya sempat mundur dari angan-angannya.
Dia hanyalah seorang gadis yang dibesarkan oleh tantenya yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri, sedangkan omnya hanyalah pensiunan TNI.
Setelah lulus SMA Carla nekat pindah dari Bandung ke Jakarta dan mendaftar di Namarina Ballet School, sekolah balet terkenal dan tentu saja mahal.
Mempertaruhkan uang asuransi peninggalan ayah dan ibunya yang meninggal dalam kecelakaan pesawat waktu dirinya duduk di bangku SMP.
Carla berpikir hidup semudah itu, sekolah balet sangat menyenangkan.
Sampai akhirnya uangnya semakin menipis dan dia masih memiliki malu untuk meminta sokongan dana dari om dan tante. Namun kemudian Andra muncul, menawarkan solusi yang mungkin akan mempermudah hidupnya.
"Aku ingin menawarkan pekerjaan padamu, hanya saja ini mungkin terdengar aneh," ucap Andra setelah muncul secara tiba-tiba di depan sekolah balet Carla.
"Aneh? Tapi sepertinya itu menarik."
"Kau yakin ingin mendengarnya?"
Carla mengangguk yakin.
"Pekerjaan ini memiliki gaji yang tinggi, kau bisa mendapatkan ratusan juta dalam sebulan."
Carla membetulkan posisi duduknya, terlihat sangat tertarik.
"Tuanku membutuhkan seorang istri, dia harus menikah sebagai syarat untuk bisa mendapatkan seluruh kekayaan dari kakeknya. Dan aku pikir kau cocok untuk pekerjaan ini."
Carla mendengus, sejak kapan menjadi istri dijadikan sebuah pekerjaan.
Namun, ternyata otaknya bekerja lebih cepat dari itu.
Jika dengan bekerja menjadi istri maka itu bisa memenuhi impiannya untuk melanjutkan pendidikan baletnya di perancis, maka itu adalah harga yang pantas.