Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Adam'S Sweet Agony Manhwa Raw

The billionaire’s sweet editor

"Kinky, Luke." "Necessary, babe." "Why?" Kissing her on the lips I run my hand down her body and give her a saucy wink and a smirk. "Because I want you to writhe in pleasure. I want you to call my name and no one else's, never again to fuck anyone but me. I want you to think of me every time you get wet, to have myself imprinted in the depths of your mind until you can't live without me, and I want you out of your mind as I fuck you back to reality. I want you, Iris Morris." ******* Drama and attachments. These were the two things Iris Morris never wanted to occur in her life. However, when Lucas Andrews pops up and ruins her interview, both of them unfold in all the wrong ways—like him suddenly filling her small circle of influence. . and her mind! For Lucas Andrews, getting the Adder magazine to be number one on the bestsellers chart is his top priority, even if it costs him his social and romantic life. So when Iris comes as both the perfect magazine editor and the remedy he needs to ward off the girls who keep bugging him, he takes the chance and never lets her go. But what starts as a way to avoid getting stalked soon turns to lust, and every minute they spend together soon becomes agony because the two begin growing the last thing they thought they would for each other—feelings. Add a dating deal to the mix and you have the perfect recipe for trouble. Will the two be able to hold on to themselves and their values, or will their lust win and lead them astray on a path they never imagined they would ever take? Flip the pages and find out how it will all end.
Timcarvie · 89K Views

Sweet Flower

DARAH. Aroma besi memenuhi udara, bercampur dengan wewangian mawar yang hampir tak tertahankan. Ruangan itu diterangi hanya oleh cahaya lilin yang bergetar, menciptakan bayangan yang menari di sepanjang dinding batu yang dingin. Langit-langit tinggi dan perabotan kayu gelap menambah suasana yang mencekam, seakan-akan tempat ini bukanlah bagian dari dunia nyata. Eleanor Blackwood berdiri di tengah ruangan, tubuhnya membeku dalam ketakutan dan keterkejutan. Tangannya sedikit gemetar saat menyentuh gaun sutra birunya yang ternoda merah—darah. Cairan hangat itu masih segar, merembes perlahan, meninggalkan jejak kematian di serat kain yang seharusnya sempurna. Tapi itu bukan darahnya. Tidak. Itu milik seseorang yang sekarang terbaring tak bernyawa di lantai, napasnya telah lama pergi bersama roh yang tak akan pernah kembali. Di hadapannya, seorang pria berdiri dengan tenang—Lucian Sinclair, Duke of Ravenshire. Sosoknya menjulang dalam kegelapan, dengan mantel panjang berwarna hitam yang menambah aura berbahayanya. Wajahnya tajam dan aristokratik, dilingkupi ketenangan yang mengerikan. Tidak ada bekas keterkejutan, tidak ada penyesalan. Hanya ketenangan yang sedingin batu nisan. Mata abu-abu kelamnya menatap Eleanor tanpa emosi, seolah membaca setiap ketakutan yang berputar di dalam dirinya. Namun, ada sesuatu yang lain bersembunyi di balik sorotannya—sesuatu yang lebih mengancam daripada sekadar ketidakpedulian. Itu adalah sorot mata seorang pria yang memegang kendali penuh, seseorang yang tidak terbiasa ditantang atau dipertanyakan. "Kau seharusnya tidak ada di sini, Eleanor." Suaranya rendah, dalam, dan mengandung bahaya yang terlalu nyata. Getaran dalam nada suaranya menyusup ke dalam tulangnya, membuat napasnya tercekat. Jantung Eleanor berdebar kencang, bukan hanya karena ketakutan, tetapi juga karena sesuatu yang lebih mengerikan—hasrat yang tak terhindarkan. Perasaan yang seharusnya tidak ada di sini, di tengah malam yang kelam dan berlumuran darah. Namun, ia merasakannya, sekuat ia merasakan ketakutannya sendiri. Seharusnya ia berlari. Seharusnya ia meninggalkan tempat ini sebelum semuanya menjadi lebih buruk. Namun, bukannya mundur, Eleanor justru melangkah maju, menghampiri pria yang seharusnya ia hindari. "Apa yang kau lakukan, Lucian?" bisiknya, suaranya nyaris patah. Pria itu tersenyum tipis—senyum yang lebih mirip ancaman daripada kelembutan. Sebuah permainan yang hanya ia yang tahu aturannya. "Aku melindungi milikku," jawabnya. Dan sebelum Eleanor bisa bereaksi, ia merasakan sentuhan dingin di pinggangnya. Lucian menariknya dengan mudah, membuat tubuh mereka bertemu dalam benturan yang membakar. Nafasnya hangat di lehernya, begitu dekat, begitu menguasai. Jari-jari pria itu menekan punggungnya, menciptakan sensasi yang tidak semestinya muncul dalam situasi seperti ini. Eleanor seharusnya merasa takut. Ia seharusnya memberontak, menolak perangkap yang kini telah menelannya. Namun, tubuhnya tidak bergerak, pikirannya kabur, tenggelam dalam pusaran bahaya yang dibawa Lucian Sinclair. Matanya menatap wajah pria itu dalam kegelapan. Pria yang dikenal sebagai Duke of Ravenshire, pria yang ditakuti dan dihormati dalam takaran yang sama. Seorang pria yang berbahaya, yang berdiri di antara batas moralitas dan kehancuran. "Apakah ini yang kau sebut perlindungan?" Eleanor mencoba menguatkan suaranya, tetapi yang keluar hanyalah bisikan rapuh. Lucian menundukkan kepalanya, bibirnya hampir menyentuh telinganya. "Ya, Eleanor. Ini perlindungan dengan caraku. Dan kau tidak punya pilihan selain menerimanya." Jari-jarinya yang kuat menelusuri sisi wajahnya, menghapus jejak air mata yang tidak ia sadari telah jatuh. Eleanor menutup matanya sejenak, mencoba mencari pegangan di tengah badai yang mengancam untuk menelannya bulat-bulat. Namun, bagaimana mungkin ia bisa bertahan jika badai itu adalah Lucian sendiri? Ia telah jatuh ke dalam perangkap yang tidak memiliki jalan keluar. Dan yan
Ochia_rosses · 494 Views

The Ruthless Alpha's Sweet Mate

"Hey, beautiful," she paused, "may I know your name?" Nox asked, not really believing the words that were leaving her lips at that moment. "I'm Dunamis, Aylin Dunamis. What's yours?" Aylin spoke, her sweet, soft voice sounding to Nox as beautiful as a symphony of angels. "Nox, Scarlett Nox, and I, dear Aylin, am your mate." Came the reply, Aylin's eyes widening with realization at the revelation by the Alpha before her. ------------------------------------------------------------- A random visit to a cafe` for a fresh coffee after a soulless morning in the office is the last place Alpha Scarlett Nox expected to find her mate, a sweet-looking omega called Aylin Dunamis. As they begin to explore their lives together as mates, the universe begins to stir. Unexpected encounters, unending hostilities and reunited loved ones appear, making the two wolves begin to realise that not all is as it seems. When the secrets they suffered to keep hidden finally surface, will they be buried under the skeletons they hid in their closets? One thing that is certain is that their meeting may have been fortune's favour, but the road ahead of them had no such sentiments. ----------------------------------------------------------- This is not a slow-burn romance in any way, shape or form. It contains some Futa aspects, if not comfortable, I suggest you don't read. Also, I do not take credit for any of these character images, the credit goes to pixart. This story is in the WSA Contest, so please vote and add it to your collection! Ruthless Alpha x Fiery Omega Girl x Girl
Azalea_Silver · 130K Views
Related Topics
More