Guruku Adalah Istriku
"Marvel?" teriak Mila memecahkan keheningan.
"Bu Mila?" balas Marvel berteriak karena kaget juga, bahwa wanita yang akan di kenalkan denganya adalah gurunya sendiri. Namun bukan itu permasalahanya. Permasalahanya adalah Mila mengetahui segala macam keburukan Marvel selama di sekolah, juga sering menghukumnya karena bandel. Marvel pasti akan sangat malu juga jika sampai Mila menceritakan segalanya pada kedua orang tuanya.
"Hahaha benar kan kalian sudah saling mengenal?" sahut Bisma dengan bangga.
"Ternyata benar-benar saling kenal, jadi ini antara murid dan guru," kekeh Melani menyahut juga.
"Pasti keren ya, jika sampai ada seorang murid laki-laki di nikahkan dengan guru perempuanya," sahut Yustian menggoda keduanya.
"Papi!" lirih Sinta seraya menyenggol-nyenggol Yustian untuk tidak bicara ceplas-ceplos terlebih dahulu.
"Kenapa masih bengong! ayo duduk Mila, tidak sopan berdiri seperti itu!" titah Bisma yang langsung di setejui semua.
"Baik Ayah," jawab Mila dengan anggukan.
Mila pun berjalan langsung kearah kursi dan mendudukinya. Saat berjalan, Milq hanya menundukan kepalanya karena malu juga. Baru saja dia menegur Marvel, namun sekarang Marvel adalah calon suaminya? sungguh pergantian peristiwa yang tak terduga untuknya. Marvel terus menatap Mila dengan seksama karena takut jika Mila sampai membocorkan semua keburukanya di sekolah.
"Ayo sekarang salimg jabat tangan dengan calon jodohnya masing-masing!" goda Bisma pada kedua sejoli ini.
"Ayah, aku malu," lirih Mila yang di dengar semua orang. Marvel juga sedikit terkejut, Bu Mila yang biasanya terkenal paling galak di sekolah, sekarang bisa selembut ini?
"Tidak usah malu sama calon suami sendiri?" goda Yustian pada Mila yang membuat wajah Mila semakin merah karena malu.
"Apa? Apa maksud kalian?" tanya Marvel yang seolah tidak percaya dengan yang di dengarnya.
"Tidak sayang, kamu bisa memilih setuju atau tidak, karena kita tidak akan memaksamu," sahut Sinta menanggapi pertanyaan Marvel.
"Loh kenapa seperti itu? bukankah kita sudah sepakat Yus? jadi anak kita tetap harus di nikahkan!" sahut Bisma dengan nada tak suka saat menanggapi ucapan Sinta.
"Ya benar sekali, tapi kita tidak boleh memaksakan anak-anak kita, biarkan mereka yang memutuskan," jawab Yustian seraya menghela nafas.
"Yustian benar Ayah, jangan egois," sahut Melani.
"Huh, ya baiklah, kalau begitu kita langsung tanya saja kepada keduanya, apakah mereka setuju atau tidak! mumpung kita sedang bersama-sama," ucap Bisma dengan nada sedikit menekan.
Mendengar ucapan Ayahnya yang menekan, membuat Mila sedikit takut dan gugub juga. Dirinya tahu bahwa tidak mungkin menolak permintaan Ayahnya. Namun apakah benar dia akan menerima pernikahanya dengan murid sendiri? sungguh membingungkan untuknya.
Marvel sendiri hanya menatap Mila dengan seksama, dia tidak akan memutuskan sepihak. Marvel juga tidak ingin mengecewakan Papinya sendiri, walaupun begitu, Marvel juga tidak ingin membuat Mila yang statusnya sebagai guru bisa ternoda karena menikahi murid sendiri.
Ini adalah pilihan yang berat untuk keduanya, dan benar-benar harus di fikirkan matang-matang.
"Jadi bagaimana Mila? Marvel? apakah kalian menerimanya atau tidak?" tanya Bisma menekan keduanya.
Mila tidak menjawab dan hanya menundukan kepala karena tidak tahu harus menjawab apa.
"Kenapa diam?" tambah Bisma seraya menatap tajam pada purinya karena tidak mendapat jawaban.
"Anu, Ayah..."
"Om, jangan terburu-buru, lagian saya juga masih bersekolah, biarkan nanti saya dan Bu Mila yang memutuskanya setelah kita bicara berdua, jadi mohon beri kami waktu, biar kami saling mengenal terlebih dahulu," jelas Marvel memotong ucapan Mila.
Mila hanya menatap Marvel dengan tak percaya, 'ternyata anak ini bisa berfikiran dewasa juga, tidak terburu-buru dalam bertindak,' batin Mila mengagumi Marvel.