20 OBSESI
"Yakin? Ini ulang tahun gue ke 20 dan akhir bagi gue. Gue muak, semuanya ninggalin gue. Gue yang salah, semuanya salah gue. Ya udah, bentar lagi juga mati. Haha."
Seorang pria dengan tubuh tinggi menjulang tengah mengepalkan tangan. Laksana Gradiva namanya. Dari tatapannya, jelas bahwa kebencian begitu membara juga rasa haus akan perhatian publik yang begitu kentara. Semuanya menjadi runtuh ketika dirinya dengan sengaja bertaruh 1 juta rupiah dengan 2 orang temannya?
Bagaimana mungkin seorang yang begitu keras kepala juga tanpa rasa hormat sedikit pun terhadap sesama justru mengalihkan perhatian dan tertuju pada satu mata dengan embel-embel 'perhatian yang berbeda?'
Diantara kerumunan massa, seorang gadis tengah berlari dengan kencang sembari melirik ke arah alrojinya. Rambut yang tergerai pendek dengan dress berwarna hitam juga putih itu membungkukkan punggungnya. "Encok, gini amat hidup. Tapi udah lahir. Ya mau gimana lagi."
Dia. Ziena Fransiska atau Ina, gadis dengan masalah tak terlihat di bahunya. Memasuki supermarket dan mengambil sebotol kopi. Manik matanya tidak sengaja tertuju ke arah seorang pria yang sedang mendekat ke arahnya. Ia menaikkan sebelah alisnya. Pria itu mengulurkan tangannya, namun dengan cepat Ina menangkupkan kedua tangannya.
"Langsung to the point kak."
Pria itu tersenyum kecil, "Laksana. Panggil gue Aksa. Gue follow ig lo dari lama, aslinya sopan juga ya, kayak kalimat-kalimat perjuangan cewek yang lo sering masukin snapgram. Sepenting itu sampai lo masukin snapgram?"
"Penting. Buat menyuarakan hal yang gue rasain. Kalau kenal cuma buat kritik aja, mending lo jadi pemantau acc ig gue aja. Ga usah kenalan, cukup lo tau bayangan gue aja. Lagian ngerti privasi ga sih? Kritik hidup orang sesuka hati. Mulut cowok lemes juga ya."
Tanpa basa-basi Ina dengan cepat pergi meninggalkan Aksa yang tengah mengernyit heran. Aksa menatap ke arah kedua temannya sembari berjalan mendekat kearah mereka. "Gila, keras kepala, berwatak keras, manis sedikit. Lawak, tapi liat aja siapa yang menang dan tunduk nanti. Ziena Fransiska atau justru cinta yang bikin lo patuh dan ninggalin semua kalimat perjuangan sampah yang lo kirim."
Cinta, perjuangan perlawanan penindasan gender, dan isu kehidupan yang begitu kuat. Menurut anda, mana yang akan menang dari ketiga kalimat tersebut? Akankah ketiga kalimat tersebut dapat bersatu dengan embel-embel melengkapi satu sama lain dan membantu? Atau justru menjerumuskan satu pihak kedalam isu yang tak berujung untuk dikunjung?
"Tuhan, Ina juga mau dikelilingin sama orang yang sayang sama Ina. Kapan ya dia sadar? Kalau kaya gini, Ina juga butuh didengerin. Engga cuma mau menjadi pendengar Tuhan. Ina engga cape, tapi Ina juga mau punya tempat buat istirahat selain rumah yang berbentuk manusia."
-Ziena Fransiska.