Penderitaan suami yang bisu dan tuli
Aku adalah seorang pria desa yang sangat sederhana dan mengalami kesusahan hidup dalam kesehariannya.
Aku hanya hidup berdua bersama adik perempuanku yang menderita penyakit sirosis, dimana dia harus menerima donor hati agar bisa kembali sehat seperti semula, dan biaya pengobatannya sangatlah besar , dengan keadaanku seperti sekarang, menabung seumur hidup pun, aku tidak akan bisa membayar biaya operasi tersebut.
hingga suatu hari temanku datang dan memberi tawaran menarik padaku.
temanku adalah seorang biro jodoh atau agen perkawinan.
dia berkata kalau ada seorang wanita kaya yang sedang mencari suami.
dan aku adalah kriteria yang sangat cocok untuk sayarat-syarat yang telah di tetapkan oleh wanita tersebut.
aku adalah seorang yang memiliki kasta terendah dalam masyarakat, miskin, tidak berpendidikan tinggi, tidak suka bicara, jujur, dan hanya laki-laki rendahan.
dan syarat itu memang cocok untuk ku, kecuali ada beberapa syarat yang masih membuat aku ragu untuk menerimanya.
wanita itu ingin kalau suaminya itu haruslah bisu dan juga tuli, selain syarat diatas yang sudah ada padaku.
sejenak aku berpikir, tapi temanku tersebut kemudian berkata, kalau mahar perkawinan ini sangatlah besar.
aku pun semakin tertarik, bukan karena aku bersedia dianggap Bisu dan tuli, tapi ini semata-mata untuk membiayai pengobatan adikku setiap tahunnya, yang menelan biaya yang sangat mahal.
temanku bilang, berpura-pura sementara itu tidak masalah. dia yakin kalau wanita ini hanya ingin memiliki keturunan, dan tidak ingin berurusan dengan pria yang banyak bicara, agar semua sandiwara ini bisa selamanya tertutupi.
dia mengatakan jadilah pria tuli yang mengenal huruf, setidaknya aku masih bisa berkomunikasi melalui tulisan. dalam waktu lima bulan atau setahun, dia rasa ini adalah harga yang patut untuk dicoba, setelah wanita tersebut memiliki keturunan, ketahuanpun tidak akan jadi masalah .
akhirnya aku menyetujuinya.
dengan harapan bisa mendapatkan uang sebanyak-banyaknya demia pengobatan adikku.
----
akhirnya hari pertemuan dengan wanita tersebut telah tiba.
kita bertemu di salah satu cafe di pinggiran kota. dia melihatku dengan pandangan dingin dan seperti merendahkanku.
kemudian mengambil selembar kertas untuk menuliskan beberapa kalimat dan pergi begitu saja, seperti tidak menginginkanku.
Namanya Claudia , dan 2 tahun lebih tua dari aku.
tidak kusangka setelah beberapa hari, aku mendapat pemberitahuan kalau dia bersedia menikah denganku.
hati ini berdebar dan kepala ini serasa melayang diudara.
apa yang menarik dariku ?
aku seperti bermimpi.
lalu Claudia membawaku bertemu dengan orangtuanya.
aku hanya menemui ibunya, dia terlihat sangat muda dan menarik siapa saja laki-laki yang melihatnya, kulitnya putih mulus dan terawat.
Claudia dan ibunya sebenarnya bisa disebut sebagai kakak beradik, dan orang akan percaya itu.
ibunya memandangiku dari ujung kaki sampai kepalaku, seakan memberi pandangan mengejek dan menghinaku.
Claudia berkata, kalau dia bertemu aku beberapa bulan yang lalu, dan telah menyelamatkan hidupnya.
dia menyukai karena kebisuan dan ketulian ku ini, sehingga dia bisa lebih memiliki waktu untuk dirinya sendiri.
ibunya diam beberapa saat dan seolah tidak setuju dengan pilihan anaknya.
dia mengatakan aku sedikit tampan dan kekar, mengira aku benar-benar bisu dan tuli, lalu berkata sembarangan. seolah-olah aku adalah sebuah barang pajangan saja disana.
malam itu kami makan malam bersama, aku hanya diam dan seolah tidak mengerti apa-apa yang mereka bicarakan.
seminggu kemudian kami menikah.
tidak ada acara yang berlebihan, karena hanya ada beberapa tamu undangan untuk menghadiri pernikahan kami.
dari sinilah kisah penderitaan dan penghinaan terhadap diriku bermula.