Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Menulis Opini Untuk Media Massa Nasional

ARCHA-BOi

Di dunia yang semakin modern, permainan tradisional mulai terlupakan. Namun, di tengah hingar-bingar olahraga populer, ada satu permainan yang kembali mencuri perhatian: Archa-BOi-sebuah permainan strategi, ketangkasan, dan keberanian yang terinspirasi dari boi-boian, berkembang menjadi olahraga kompetitif di tingkat nasional. Jati, seorang siswa yang masuk SMA di Madiun Wengker, awalnya ingin berjuang sebagai Builder dan menjadi MVP ditingkat Nasional. Namun, realitanya klub sekolahnya nyaris dibubarkan karena kekurangan anggota, ia bertekad untuk membangunnya kembali. Berbekal kecerdasan dan insting strateginya sebagai seorang Builder, ia mulai mencari pemain-pemain berbakat untuk bergabung.Namun, perjalanan menuju Merdeka Cup, turnamen Archa-BOi paling bergengsi tingkat SMA di Indonesia, tidaklah mudah. disisi lain, Sahabat-sahabat lamanya semasa SMP telah memilih jalan masing-masing-beberapa bergabung dengan tim-tim besar seperti Jakarta Blades dan Yogyakarta Royals, bahkan Bali Leaks sementara yang lain harus menghadapi kenyataan hidup yang keras.Dengan tim yang dipenuhi pemain baru dan semangat yang nyaris padam, Jati harus membuktikan bahwa Madiun Wengker masih punya taji. Di hadapannya, berdiri rival-rival tangguh, termasuk sahabat masa kecilnya yang kini menjadi lawan di lapangan.Bisakah Jati dan timnya menembus persaingan ketat, menghadapi para pemain terbaik di negeri ini, dan mengembalikan kejayaan Archa-BOi di Madiun?Sebuah perjalanan penuh gairah, persahabatan, dan persaingan dimulai. Ini bukan hanya tentang kemenangan-ini tentang membangun kembali warisan yang hampir punah.
Ace73 · 1.8K Views

TEROR MAHLUK PENJILAT DARAH PEMBALUT

Malam itu, hujan turun semakin deras di kota kecil tempat Lia tinggal. Gemericik air yang menetes dari genting membuat suasana semakin mencekam. Hawa dingin merayap melalui celah-celah jendela kamar kosnya yang sederhana. Lia baru saja selesai mandi, air masih menetes dari rambutnya yang basah. Dengan cepat, ia merapatkan handuk ke tubuhnya sebelum mengenakan pakaian tidur. Namun, ketika ia hendak membuang pembalut bekas ke tempat sampah di kamar mandi, ia merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah aroma menyelinap di udara. Bukan bau darah biasa, melainkan sesuatu yang lebih busuk, seperti daging yang membusuk di tempat lembab. Lia bergidik, bulu kuduknya berdiri seketika. Ia menahan napas, mencoba mengabaikan rasa tidak nyaman yang mulai merayap di tubuhnya. Dengan cepat, ia membuang pembalut itu ke dalam tempat sampah dan menutupnya rapat. Namun, perasaan tidak enak tidak hilang begitu saja. Seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengawasi dari sudut kamar mandi. Lia menelan ludah, matanya bergerak mengamati sekitar, tetapi tidak ada yang berubah. Kamar mandi tetap seperti biasanya. Cermin di hadapannya berembun, meskipun ia tidak menggunakan air panas. Jantung Lia berdegup lebih cepat. Ia melangkah mendekat dan mengusap embun di permukaan cermin dengan tangannya. Samar-samar, tampak sebuah jejak... seperti lidah yang menjilati kaca. Lia terpaku, darahnya seakan membeku di dalam tubuhnya. Ia mengedip beberapa kali, berharap itu hanya bayangannya sendiri. Tapi tidak, jejak itu tetap ada, bahkan semakin jelas. Seolah-olah sesuatu—atau seseorang—benar-benar menjilati cermin dari dalam. Ia mundur perlahan, tangan gemetar meraih gagang pintu. Ia buru-buru keluar dari kamar mandi dan mengunci pintunya. Namun, ketika ia berbalik menuju ranjangnya, ia mendengar sesuatu. Sebuah suara isapan pelan, seperti seseorang sedang menjilati sesuatu dengan penuh nafsu. "Slepp... slepp..."
Endonesie_Media · 241 Views

The Digital Descent: A Journey Through Social Media's Nine Circles of

The Digital Descent: A Journey Through Social Media's Nine Circles of Hell In the age of likes, shares, and endless scrolling, the digital landscape has become a reflection of humanity’s darkest impulses. For Durante, a man who has always tried to navigate the treacherous waters of social media with care, the line between the virtual and the real world suddenly shatters when he’s pulled into an infernal journey unlike any other. After a single reckless action by a powerful social media influencer, Durante finds himself trapped in the heart of a twisted underworld—a place where the sins of the digital age are laid bare. Guided by a mysterious, ancient figure who understands the deep roots of this new hell, Durante must navigate the nine circles of social media’s most insidious depths. Each circle reveals a new horror: from the vanity of endless selfies to the deception of fake news, from the wrathful clashes of online trolls to the treacherous betrayals of influencers who sell their souls for fleeting fame. With each step, Durante uncovers the chilling truths about how social media has corrupted the human mind, warping reality into a nightmarish landscape of manipulation and control. But this is more than just a journey through a digital dystopia—it's a reflection on the very soul of humanity and the world’s submission to the unseen forces behind the streams. As Durante descends deeper into this hellish world, he must confront not only the demons of the digital age but also the shadows within his own heart. The Digital Descent: A Journey Through Social Media's Nine Circles of Hell is a gripping, thought-provoking exploration of the impact of social media on our lives, our minds, and our world. A modern-day Dante’s Inferno, it offers a sobering look at the consequences of our digital obsessions and the path to redemption—or destruction—that lies ahead.
Andrew_Bardsley · 13.4K Views

Beyond Time and Space Detective

Pada tahun 1982, terjadi kasus besar di Kota Jin yang mengakibatkan banyak korban tewas. Para pelaku melarikan diri, dan pelaku utama, Yin Jiaming, tertembak dan jatuh ke laut. Tiga puluh sembilan tahun kemudian, sebuah film yang diadaptasi dari kasus tersebut, “The Great Heist of Jin City,” menjadi hit box office, menarik perhatian ahli patologi forensik Ye Huairui. Sebulan kemudian, Ye Huairui pindah ke sebuah vila tua, hanya untuk mengetahui bahwa itu dulunya adalah kediaman Yin Jiaming. ==== Pada tengah malam, setelah badai petir, Ye Huairui menemukan sebaris tulisan di mejanya: “Siapa kau!!?” Ye Huairui berpikir, apakah tempat ini berhantu? Dia menulis balasan: “Entah kau hantu, atau kau pembunuhnya.” Pesan di meja berubah menjadi: "Aku bukan hantu, dan aku juga bukan pembunuh! Aku tidak membunuh siapa pun!!" Ye Huairui: … Hubungan luar biasa lintas waktu dan ruang mempertemukan dua orang yang terpisah tiga puluh sembilan tahun di rumah tua misterius itu. Maka dimulailah perjalanan investigasi lintas waktu. “Yin Jiaming telah dizalimi; pelaku sebenarnya masih bebas.” Dengan bantuan seorang ahli patologi forensik jenius dari tiga puluh sembilan tahun di masa depan, dapatkah Yin Jiaming membuktikan ketidakbersalahannya dan menulis ulang nasib buruknya? ==== Kebenaran tidak akan diubah, hanya dikubur. Kisah cinta melampaui ruang dan waktu tentang kematian dan penebusan, dan pada akhirnya, aku akan menggenggam tanganmu erat. ==== Kata-kata pertama yang diucapkan Yin Jiaming kepada Ye Huairui adalah: “Ruirui, kemarilah peluk aku.” Ye Huairui merentangkan tangannya: “Kemarilah. Jika kau tidak bisa memelukku, berarti kau pengecut.”
Elhafasya · 21.4K Views

Sialnya Jadi Pengangguran di Dunia Lain

Dunia ini aneh. Tidak, mungkin kita yang tidak cukup peka untuk mendengarnya. Seperti melangkah di atas jalan berdebu yang tidak pernah terlihat jelas ujungnya, atau seperti mencoba membaca buku yang halaman-halamannya telah terlalu lama dibiarkan terlupakan. Semua hal itu—kenapa ia ada, dan apa maknanya—terkadang lebih membingungkan daripada yang bisa diterima oleh akal sehat. Tapi, ada satu hal yang lebih membingungkan daripada apa pun di dunia ini: kenapa hidup selalu menantang kita dengan pertanyaan-pertanyaan besar, sementara jawabannya seakan terbenam di dasar samudra yang tak terjangkau. Alex, seorang pengangguran yang hidupnya seperti tak lebih dari sekadar rutinitas, selalu berpikir bahwa dia sudah tahu segalanya. Ia merasa dirinya telah melihat semua sisi dunia, dari sudut yang paling gelap sekalipun. Baginya, hidup hanyalah sekadar pergulatan dengan kenyataan yang tidak selalu ramah. Hingga suatu malam, saat langit begitu gelap dan bintang-bintang seolah enggan menunjukkan dirinya, Alex menyadari sesuatu yang lebih penting daripada sekadar perjuangan untuk bertahan hidup: takdir yang tak terhindarkan. Ia selalu menganggap dunia ini bisa dikuasai, bahwa ia adalah penguasa dari hidupnya sendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, seiring pijakannya yang semakin lelah, ia mulai meragukan apa yang pernah diyakininya. Dunia ini tidak hanya berbicara tentang apa yang kita inginkan, tetapi tentang apa yang dunia inginkan dari kita. Semua itu terjadi begitu saja, seolah takdir sudah menulis jalan hidupnya jauh sebelum ia bahkan mengerti tentang keberadaannya. Tidak ada yang bisa menduga apa yang akan datang selanjutnya. Termasuk Alex. Ia hanya tahu satu hal: tidak ada yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi, kecuali mereka yang berani berjalan jauh dan mendengarkan bisikan-bisikan dunia yang seringkali tak tampak. Hanya mereka yang berani untuk bertanya, berani untuk melihat lebih dalam, berani untuk menatap ke dalam hati yang terperangkap dalam bayang-bayang gelap masa lalu. Dan malam ini, malam yang teramat sepi itu, Alex merasakan bisikan itu. Bisikan dunia yang ingin mengajaknya ke sebuah tempat yang bahkan ia sendiri belum tahu namanya.
Ajo_Pedaww · 203 Views
Related Topics
More