Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Solvathellam Unmai Tik Tok Mani

Moonshine made me blind to this pyramid scheme (BL)

Q. Is it hard to change one's fate? By your own strength and skills? Is it possible to reshape your own life? A. You will never know if you do not try, so just do it! Q. And if you do manage it, would it be too greedy to find someone to spend that new life with? A. Nope, not at all. Everyone deserves some loving, go for it! Q. And should you admit it, or just keep all your struggles to yourself? A. Are you actually going to do it, or you just want to talk about it? Just move on with it. Q. How about if we just go with the flow? Pretend all is fine? Do nothing? A. What kind of a story would that be? You had a good plan, so.. move on with it. Q. .... A. Really, trust me, just make one step first. Then one more. Enjoy the scenery while at it! MOVE! A. He actually did it, look at him go all out! *** Mani swirled pink liquid in his cup "This is called a moonshine right? Moonshine.. it should not make us blind right?" he drank it while still pondering pros and cons of drinking it in their current situation. "Well, did not make me blind," Yax offered his expert opinion "and I've been pilfering it from my dad since like.." he really could not remember, seemed like forever already. He reached to get another bottle and tumbled all the empty ones to the ground. Cid pulled him back by his shoulder "Sit down, I'll do it." he refilled Yax's cup on the right and Mani's cup on the left, then filled his own in the middle. With closed eyes, he enjoyed strawberry aroma wafting up from this holy drink. Mani bravely emptied his cup "Did we really saw it back there" he whispered from left "it was so much bigger than.." he trailed off in search of proper example. "Yep, we saw it" Yax's answer came from the right "it was absolutely huge." Mani leaned over Cid and looked at Yax seriously "Do you think we will need magic to move it?" He did bring along his beads. Yax also leaned over to give his most serious answer "Naah, it should have an engine somewhere in there to move it. I heard" he looked around carefully and whispered so only Mani could hear "my dad said it's technology so ancient that it was sealed away, to keep it safe. It's better than magic." At the other side of their campfire, Ivory huffed while trying to snatch last bottle of holy moonshine from Jone who gently pushed him back while seriously stating "All technology at certain point starts resembling magic to those who do not understand it." "Hear, hear" Blaze confirmed from his spot on the ground with one hand waving up and showing a peace sign for some reason. Next to him, twins were out and snoring already. Mani pursed his lips and looked up into the sky. He could not see any real moonshine, leaves blocked the sky, but it should still be up there somewhere. He stil hoped to get some magic, it would be awesome to get some real superpowers. He hiccuped, while leaning on Cindy next to him. Well, he kinda did have some already, or those do not count? Yax leaned fully on Cid and got cosy. He had to admit some parts were rather mystical. Like this holy potion. Or Mani. Mani was most definitely something magical. But he is not going to say it. And no one can know what he thinks to himself. He grinned, satisfied by himself and his skill to keep secrets. Squished between two drunks, Cid rolled his eyes, there goes Yax, spilling the beans to whoever wants to listen his 'secret thoughts'. Not like anyone was sober enough to pay any attention. "Time to end this party." Cid said while standing up and dragging Yax towards the tent he shared with Ivory. "Tomorrow is another day where we have to rise up and do our best to save the world." Even though he knew that all they were saving is themselves. And their friends. Well, that is his whole world, really. The forest was silent, darkness was endless, beasts were hiding. With closed eyes and half asleep, Blaze was sure that he can hear gods above laughing, louder and louder from that abyss they call home. ...___...
ZewaOutOfTheBox · 12.5K Views

Udara Duniaku

Kasih adalah tokoh perempuan remaja berumur 13 tahun yang duduk di bangku SMP. Kasih bersekolah di SMP Negri 3 Malang, dia berperawakan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tingginya 154cm. Dia tipikal anak yang ramah, humoris, sopan, penurut, namun memiliki sisi pemberontakan tersendiri di dalam diri nya, dia seorang anak tunggal dari Ibu Jeny, dan Bapak Bahar, Kasih memiliki rambut hitam sebahu yang tidak terlalu tebal, tubuh nya berperawakan kurus, namun sedikit berisi. Mereka tinggal di wilayah desa yang mulai bertumbuh menjadi perkotaan, karena desa tempat tinggal Kasih baru saja diresmikan menjadi kota, dan terpisah dari kota dan kabupaten yang sebelumnya menjadi satu. Kasih memiliki sosok ibu yang tegas, galak, dan bermulut pedas namun penyayang, sedangkan ayah kasih adalah sosok yang pengertian, ramah, humoris, dan mudah berbaur dengan teman sebaya maupun yang lebih muda, Kasih tinggal di rumah berlantai dua Kasih sangat suka melihat langit saat pagi dan malam, bahkan ia rela membujuk ibunya habis-habisan sehingga ibunya rela memberikan kamar lantai atas yang baru dibangun menj"Kasih! ", panggil sang ibu pada putri remaja nya yang masih berada di kamarnya. " Iya mamah, Kasih turun! ", jawabnya, sambil berdiri dari kursi meja belajar nya!.              " Iya mah, tadi kasih masih ngerjain pr matematika", jawabku sambil menuju keran air, bersiap cuci tangan lalu bersiao makan malam. "Eh ayah sudah pulang?!, biasanya kasih denger loh suara gerbang depan, kasih emang lagi ngantuk sih ?! ", ujar kasih tersenyum sambil menyalimi sang ayah yang baru pulang kerja.             " Iya!, ayah pulang karena sudah cukup omset jualan alat tulis nya hari ini, dapet bonus dari pak bos karena ngirim paket buku banyak tadi", jawab sang ayah bersemangat memberi tahuku.             "Wahh!, Kasih boleh minta ayah beliin kue banyak-banyak dong?!", ucapku senang sambil menggoyang-goyangkan tangan ayah yang aku salimi tadi !, " Udah-udah makan, terus sholat maghrib sana, ibu aja udah makan udah sholat, kalian ini ngobrol teruss! ", ucap ibuku sambil menjewer telingaku dan ayah sekaligus.             " Iya iya ibu, ampun bu ", ucapku terkekeh, sambil beralih mengambil nasi dan lauk, lalu segera makan, dan lanjut beribadah. " Ini jawabannya berapa ya?, mana aku lupa rumusnya lagi!! ", ucapku sambil menggosok-gosok dahiku mulai lelah, dan makin bingung saat mengerjakan tugasku !.            Tok tok tok        Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, aku pun menoleh dan menghela nafas sejenak, " masuk bu, pintunya ngga kasih kunci! ", jawabku , hingga ibu pun masuk dan berkata     " Sih!, ini susu vanila nya ibu taruh meja kecil sini ya!, diminum!, dikumpulin kapan itu pr matematika nya?", tanya ibu mengintimidasi!.            "Dikumpulin besok bu! ", jawabku lesu, karena memang pelajaran matematika bukan favorit ku,  dan selalu membuatku sakit kepala!, " Yaudah minta tolong bapak mu sana!, dari tadi ngga selesai-selesai ini kamu lemot apa gimana sih! ", jawab ibuku tegas!            " Iya bu!, ini kasih mau ke bapak! ", jawabku lemas karena dimarahi ibu, memang sejak tadi ada soal sulit, sehingga aku bahkan belum selesai meskipun mengerjakan nya sejak pulang dari sekolah tadi!.             " Udah!, kamu habisin dulu susu nya, sholat isya!, baru ngerjakan lagi!, ya kasih!! ", ucap ibu, " Iya bu ". Segera kuambil gelas susu dan meneguk nya hingga tuntas saat ibu menutuo pintu kamar ku, saat selesai menghabiskan susu vanila, aku pun beranjak berdiri dari kursi belajar ku dan menuju tempat cuci piring membersihkan gelas yang tadi kupakai. Kasih adalah tokoh perempuan remaja berumur 13 tahun yang duduk di bangku SMP. Kasih bersekolah di SMP Negri 3 Malang, dia berperawakan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, tingginya 154cm. Dia tipikal anak yang ramah, natural, sopan, penurut, namun memiliki sisi pemberontakan tersendiri di dalam diri nya, dia seorang anak tunggal dari Ibu Jeny, dan Bapak Bahar, Kasih memiliki rambut hit
Bunga_Kelana · 226 Views

MASKARA

Tik tak. Tik tak. Tanging tunog ng orasan ang nangingibabaw sa tahimik na bahay—isang tahimik na nakakabingi, na para bang bumabalot sa bawat sulok ng silid. Parang musika ito ng kawalan, ngunit imbes na paginhawahin, lalo lamang nitong pinapalakas ang kabog ng aking dibdib. Tik tak. Parang pinipiga ang aking puso, bawat segundo, bawat saglit, paulit-ulit, na tila pinapaalala ang bigat na matagal ko nang dinadala. Hindi ko na kayang pigilan pa. Kumawala na ang aking mga luha, kasabay ng hiningang tila mabigat na bato sa aking dibdib. Bumagsak ang mga patak na parang ulan sa pisngi kong hindi na sanay ngumiti. Minsan naiisip ko, paano nga ba ako napunta sa ganitong sitwasyon? Ang sakit—nakakapaso, nakakasakal—hindi ito basta lungkot lang, kundi isang matinding kalungkutan na nagpapahina sa aking mga tuhod. Araw-araw, pilit akong bumabangon, pilit tinatawid ang mga oras, pero habang ginagawa ko ito, lalong lumalalim ang sugat. Nasasaktan ako, hindi lamang dahil sa mga nangyari, kundi dahil sa awa ko sa aking sarili. Sino ba namang hindi maaawa kung araw-araw, pinipilit kong ngumiti kahit wala nang natitirang dahilan para sumaya? Ngunit kahit anong mangyari, kahit anong sakit ang idulot nito, isa lang ang sigurado ko: Ikaw at ikaw lamang ang aking mamahalin. Walang makakapalit sa'yo. Sa kabila ng lahat, sa kabila ng mga gabing binubulabog ng tahimik na pag-iyak, ikaw pa rin ang laman ng puso kong durog na durog na. Hays… Nawa’y dumating ang araw na ang tik tak ng orasan ay maging musika ng pag-asa. Pero sa ngayon, ito muna ang aking mundo—isang tahimik na silid, isang pusong nagdurugo, at isang pagmamahal na kahit kailan ay hindi ko kayang bitawan.
ariazmo · 3.4K Views
Related Topics
More