Teror Susuk Jaipong
Susuk tari jaipong diturunkan secara turun temurun sebagai tradisi dari sebuah keluarga penari jaipong. Susuk digunakan para penari sebagai alat mempertahankan kecantikan, awet muda, dan tubuh kencang yang ideal.
Adisty adalah salah satu keturunan dari keluarga jaipong yang harus mewarisi tradisi memakai susuk, tetapi Adisty menolaknya.
Atas penolakan yang Adisty lakukan, terjadilah teror susuk jaipong yang sangat meresahkan. Di mulai dari terbunuhnya anggota keluarga dengan cara yang sangat mengenaskan.
Perjanjian dengan setan yang tidak dapat terputus, menimbulkan banyak korban-korban jiwa dan semua meninggal secara mengenaskan.
Demi terus menyambung perjanjian, setan pun merasuk ke dalam raga Adisty untuk mencari mangsa. Setiap kali acara, selalu ada satu laki-laki mati mengenaskan sebagai tumbal dari keserakahan setan.
Penolakan yang dilakukan oleh Adisty, membuat setan marah. Kehidupan Adisty berubah menjadi menegangkan, tubuhnya sering kali dirasuki dan dikendalikan oleh setan tanpa keinginan Adisty.
Adisty yang sudah dirasuki oleh setan, mulai membunuh satu persatu pria yang memiliki hasrat nakal ketika menari bersama dengan Adisty yang sudah dirasuki setan sebagai penari jaipong.
Kesedihan demi kesedihan datang menghampiri Adisty. Dia harus menyaksikan orang-orang terbunuh oleh tangannya sendiri, meskipun itu semua bukanlah keinginannya.
Tubuhnya sudah dikendalikan oleh setan yang merasukinya, walaupun Adisty masih bisa merasakan hatinya sangat sedih oleh kelakuan yang tidak diinginkannya.
Suatu hari, Adisty menyukai seorang pria. Dia tergila-gila pada pria itu, tetapi setan yang haus akan darah tidak bisa menerima hal tersebut.
Setan itu kembali membuat onar dan mengendalikan tubuh Adisty. Atas perintah setan, Adisty membunuh pria yang dia sukai.
Adisty ingin melawan, tetapi kekuatan setan lebih besar di dalam dirinya. Di sinilah letak kesedihan terdalam yang dirasakan oleh Adisty. Dia tidak menyangka kalau pria yang dia sayangi terbunuh oleh tangannya sendiri.
Dengan hati yang hancur atas kehilangan pria itu, Adisty akhirnya pasrah dan memutuskan untuk menerima tradisi yang sudah berjalan turun temurun dari keluarganya. Dia bersedia untuk dipasangkan susuk di tubuhnya.
Namun, di hari ritual pemasangan susuk, ayah Adisty datang menemuinya.
Ayah Adisty berniat untuk menyelamatkan Adisty dari ilmu sesat yang akan membuat hidupnya jauh dari Tuhan. Untuk menyelamatkan Adisty, ayah Adisty harus bertarung nyawa demi keselamatan sang putri.
Pertumpahan darah pun terjadi. Ayah Adisty memutuskan untuk membawa Adisty kembali ke Jakarta, tetapi setan telah menempel di tubuh Adisty dan tidak berhasil dikeluarkan.
Setan yang telah menempel di tubuh Adisty, membuat gadis itu setiap malam menari jaipong seorang diri diiringi musik khas jaipong.
Ayah Adisty sangat sedih dan meminta bantuan pada kyai. Kyai yang diminta pertolongan, akhirnya bertarung dengan setan.
Tidak ada yang mustahil, akhirnya pertolongan Tuhan datang menyelamatkan mereka. Setan yang merasuki tubuh Adisty kalah dan menghilang untuk selamanya.
Tradisi di kampungnya terus berlanjut, warga desa Pangumbara telah kental dengan adat istiadat yang melekat sejak lama secara turun temurun.
Adisty dan ayahnya telah memutus tali rantai perjanjian susuk jaipong di keluarganya, Adisty kembali menjalani hidup normal seperti sedia kala bersama ayahnya di Jakarta tanpa terikat susuk jaipong.