Alamat Penerbit Yayasan Kita Menulis

Pada tahun 2030 terjadi sebuah penggabungan dimensi yang menggabungkan dimensi nomor 0000 yang kita tinggali saat ini dengan dimensi nomor 2037 yang sangat berbeda dari dimensi yang kita tinggali.

suatu hari seorang remaja yang menyendiri setelah jam pulang sekolah tidak sengaja bertemu cewek yang sedang melamun di taman Sekolah di tempat biasanya dia menyendiri. ia melamun karena ia telat mengayatakan cinta kepada orang yang dia sukai. mereka pun saling bercerita setiap hari setelah pulang sekolah.

> Kita deket, tapi bukan pacar. Kita saling bales chat tiap hari, tapi bukan siapa-siapa. Kita pernah sama-sama suka... tapi gak ada yang pernah ngaku duluan. Ini cerita tentang dua orang yang terlalu takut kehilangan, sampai lupa kalau rasa itu cuma kuat kalau disuarakan. Kadang, yang paling nyakitin itu bukan kehilangan... tapi kesempatan yang gak pernah diambil.

They say long ago, Bathala and the other gods walked the archipelago. Not in temples. Not in dreams. But on the soil, barefoot, bloodstained, breathing. They ruled not with mercy, but with memory. Each river bore their voice. Each mountain, their wrath. Offerings were made. Oaths were broken. Kingdoms rose and rotted in their name. Then came the silence. A silence too heavy, too sudden. Like a scream swallowed by the sea. The old names were buried. The sigils burned. And the gods... forgotten. But the islands remember. Beneath the fields, something still breathes. In the farthest provinces where the stars shine brightest, the old blood still stirs. Children vanish on moonless nights. Creatures crawl from the mangroves with bone in their teeth. And in the silence between lightning and thunder, some swear they hear voices. Ancient, mournful, waiting to be worshipped again. And on nights when the stars vanish, the old blood rises again. Maybe the gods never left. Gone, they are not, but only hidden behind the faces of men. Written by: Cadlaon Copyrights2025

Ashra Fryezgrin dulunya jenius sihir. Tapi takdir mengubahnya. Kini, ia hanya pelajar biasa di Akademi Orion-tak bisa menyihir, tak ingin terlibat, dan terus dihantui oleh peristiwa yang tak bisa ia lawan. Tapi dunia tempatnya hidup... tak berjalan tanpa sebab. Dalam diam, takdir sedang dijahit ulang. Dan Ashra-yang bahkan tak tahu kekuatan dalam dirinya-adalah benang paling ganjil dalam seluruh tenunan dunia. Dapatkah seseorang tanpa sihir... menulis ulang takdir yang telah menghancurkannya? Murni karangan sendiri - Remenn

"Kematian membawanya ke dunia lain. Kini, dia akan menulis ulang takdirnya." "Manusia fana? Atau… benih dari sesuatu yang lebih besar?"

Alisha Lushyana tak pernah berharap ulang tahunnya yang ke-26 membawa kejutan apa pun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya segelintir teman yang mengingatnya. Namun, sebuah hadiah misterius mengubah segalanya—sebuah buku kosong, tanpa judul, tanpa pengirim, hanya disertai catatan kecil bertuliskan: "Tulislah, maka dunia akan mengikuti." Awalnya Alisha menganggap itu lelucon. Tapi malam itu, saat ia menulis nama seseorang yang mengganggu pikirannya... sesuatu yang tidak masuk akal terjadi. Orang itu muncul keesokan harinya—mengulang masa lalu, berbicara seolah segalanya belum pernah berakhir. Dan ia bukan satu-satunya. Tiga orang yang pernah singgah dalam hidup Alisha, yang sudah lama ia lupakan, kini datang bersamaan. Namun anehnya, Alisha tak ingat pernah mencintai mereka. Lebih mencurigakan lagi, tiap cerita yang ia tulis, tampaknya tidak hanya mengubah dunia luar—tapi juga mengubah hati dan ingatan para tokohnya… dan bahkan miliknya sendiri. Karena buku itu tidak sekadar mencatat kenyataan—buku itu menulis ulang hati manusia. Dan bila hatimu berbohong, maka ceritanya akan menjadi mimpi buruk.

Jelita, seorang gadis desa yang polos dan baik hati, datang ke Jakarta untuk mencari kehidupan yang lebih baik setelah kehilangan orang tuanya. Dengan bermodalkan tekad dan alamat kerabat jauh, ia mencoba peruntungannya di ibu kota. Takdir membawanya bertemu dengan Arjuna, CEO muda dari perusahaan teknologi raksasa, IconPlay.

Deskripsi Cerita: Sukma Bumi: Buku I – Dunia yang Tak Pernah Kita Minta Genre: Dark Fantasy, Drama Filosofis, Adventure, Mystery/Mythpunk, Political Allegory Tone: Gelap, puitis, dan eksistensial, kisah ini meresapi konflik ideologis dan emosional yang mendalam. Atmosfernya membangun dunia yang memudar antara kenyataan dan mitos, di mana tidak ada pahlawan sejati—hanya jiwa-jiwa yang terluka mencari makna dalam reruntuhan. Sinopsis Utama: Dalam dunia Ranadipa yang menolak takdir, dan bumi yang menyimpan luka purba, sekelompok jiwa terjebak di antara kehancuran dan kemungkinan. Ribuan tahun lalu, Sihir Leluhur yang menyinari Ranadipa menghilang, meninggalkan jejaknya hanya dalam naskah kuno dan dongeng terlupakan. Kini, Sukma Bumi—kesadaran purba dunia—mulai retak, dan pertarungan bukan lagi antara baik dan jahat, melainkan antara apa yang pantas dan apa yang pernah diyakini. Brama Aksatara, anak dari garis darah yang hilang, dibesarkan di Lembah Luput, sebuah desa terpencil yang tak dikenal kekuasaan. Ia tak tahu siapa dirinya—hanya bahwa dunia ini tak pernah terasa seperti rumah. Ketika keruntuhan mulai terasa—dari bangkitnya Ragaswana, sosok reinkarnasi pengkhianat purba, hingga invasi brutal Gurnaka dari Dinasti Raksa Gunung—Brama tak punya pilihan selain berjalan menuju pusat kehancuran: Altar Sukma Bumi, tempat roh dunia terikat. Bersama Anindya Kiranamaya, putri bangsawan dengan darah murni Adikara yang mampu membuka rahasia bumi; Sekarwangi, eks-bangsawan Adikara yang tenang namun penuh rahasia dan pelindung sejarah kelam; serta tokoh-tokoh lain yang tak pasti niatnya seperti si kembar Liyan dan Kalasuta dari suku Garbanan, Brama menapaki jalan panjang. Perjalanannya bukan tentang menyelamatkan dunia, melainkan menyelami apakah dunia ini layak diselamatkan. Namun, saat kekuatan gelap yang lebih tua dari legenda mulai bergerak—Bayangkalpa, entitas tanpa bentuk dari luar batas kesadaran—mereka semua harus menjawab satu pertanyaan mendasar: Jika dunia bisa dibangun ulang, atas dasar apa ia harus didirikan? Tema Besar: * Kebenaran Tidak Absolut, tapi Konsekuensial: Cerita ini menantang gagasan tentang kebenaran tunggal, menunjukkan bahwa setiap ideologi memiliki konsekuensi yang jauh melampaui niat awalnya. * Dunia Tidak Selalu Butuh Diselamatkan—Kadang Hanya Butuh Diubah: Pertanyaan sentral yang menggantung adalah apakah intervensi manusia, bahkan dengan niat baik, benar-benar bermanfaat bagi dunia yang memiliki kehendaknya sendiri. * Mitologi Sebagai Penjara atau Jendela: Legenda dan sejarah kuno bisa menjadi belenggu yang mengikat masa kini, atau kunci untuk memahami dan mungkin membentuk masa depan. * Setiap Ide Besar Mengorbankan Manusia Kecil: Cerita ini mengeksplorasi harga yang harus dibayar oleh individu, terutama yang lemah, demi visi besar atau ideologi para pemimpin. * Tidak Semua Kelahiran adalah Harapan—Kadang Ia adalah Kutukan yang Tertunda: Mempertanyakan gagasan tentang kelahiran dan penciptaan, menunjukkan bahwa awal yang baru bisa membawa beban atau kehancuran yang lebih besar.

Wang Wei, seorang yang telah mencapai keabadian gugur di medan perang dan alam semesta runtuh ditelan Kekacauan. Namun, seberkas cahaya bersinar dan menarik jiwanya dari ketiadaan.Ia terbangun, bukan sebagai pahlawan, melainkan seorang bocah lima tahun di sebuah panti asuhan yang damai sebelum kehancuran tiba. Tujuh Pusaka Penciptaan masih tersebar di seluruh penjuru dunia. Kekacauan masih tertidur. Ini adalah kesempatan kedua. Takdir yang mungkin bisa ia ubah. Bisakah seorang anak tanpa kekuatan, dan hanya bermodal ingatan mengerikan, mencegah kehancuran? apa yang membawanya kembali? Ikuti Wang Wei saat ia bangkit dari kehancuran dan bertekad menulis ulang nasib alam semesta di bawah pedangnya. Di antara bahaya dan tipu muslihat, kunci untuk menghadapinya mungkin tersembunyi pada hal yang paling tidak terduga.

"Putih yang Selalu Kesepian" — adalah kisah seorang gadis bernama Snow: pendiam, rapuh, dan terbebani oleh trauma masa kecil yang tidak pernah ia bagikan kepada siapa pun. Ia hidup dalam keheningan, jauh dari kebisingan dunia, hanya dengan satu teman di sisinya: Rose. Rose adalah satu-satunya warna dalam hidupnya… di dunia yang tampaknya tidak mengenal apa pun kecuali hitam dan putih. Namun dunia mengikuti aturannya sendiri—setiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan. Cepat atau lambat, perpisahan akan selalu datang. Namun… entah bagaimana, aku mulai hidup kembali. Karena sebuah lagu. Sebuah lagu dari laut. Aku tidak tahu siapa yang menyanyikannya, atau mengapa. Namun aku mendengarnya… Apakah hanya aku? Atau ada orang lain... yang juga mendengarnya? Info pembaruan: Bab baru setiap Sabtu & Minggu. Pembaruan tambahan jika aku sedang mood, hehe~ P.S. Aku hanya seseorang yang menulis dari keheningan. Terima kasih telah mendengarkan kesunyianku :D

Jam dinding menunjukkan pukul 01:13 pagi saat Dira terbangun karena suara ketukan pelan dari ruang tamu. Ia tinggal sendirian di apartemen lantai 13 lantai yang seharusnya tak pernah ada. Di lift, tidak pernah tertulis angka “13”. Antara lantai 12 dan 14, tidak ada tombol apapun. Tapi saat Dira pertama kali menyewa unit itu secara online, ia kaget melihat alamat tertulis: Lantai 13, Unit 13-B. Ia pikir itu hanya typo. Tapi petugas keamanan mengantarnya ke sana tanpa ragu. “Lantai ini tidak untuk umum, Mbak. Tapi sudah diizinkan.” Dan malam ini, suara ketukan itu kembali terdengar. Kotok... kotok... kotok. Tiga ketukan. Lalu senyap. Sama seperti malam-malam sebelumnya.

Ketika Alya, seorang jurnalis teknologi muda yang jenius dan skeptis, mendapat tawaran menulis investigasi eksklusif tentang situs judi online paling misterius di Asia Tenggara, DuniaBET, ia pikir itu hanya sekadar pekerjaan biasa. Namun seiring menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa DuniaBET bukan sekadar tempat taruhan biasa—melainkan portal yang menyimpan rahasia kelam para elite, AI algoritma taruhan ilegal, dan kehidupan ganda para pemain high-stakes. Jackpot-nya bukan uang, tapi... kebenaran yang bisa membunuh.

Pada tahun 1982, terjadi kasus besar di Kota Jin yang mengakibatkan banyak korban tewas. Para pelaku melarikan diri, dan pelaku utama, Yin Jiaming, tertembak dan jatuh ke laut. Tiga puluh sembilan tahun kemudian, sebuah film yang diadaptasi dari kasus tersebut, “The Great Heist of Jin City,” menjadi hit box office, menarik perhatian ahli patologi forensik Ye Huairui. Sebulan kemudian, Ye Huairui pindah ke sebuah vila tua, hanya untuk mengetahui bahwa itu dulunya adalah kediaman Yin Jiaming. ==== Pada tengah malam, setelah badai petir, Ye Huairui menemukan sebaris tulisan di mejanya: “Siapa kau!!?” Ye Huairui berpikir, apakah tempat ini berhantu? Dia menulis balasan: “Entah kau hantu, atau kau pembunuhnya.” Pesan di meja berubah menjadi: "Aku bukan hantu, dan aku juga bukan pembunuh! Aku tidak membunuh siapa pun!!" Ye Huairui: … Hubungan luar biasa lintas waktu dan ruang mempertemukan dua orang yang terpisah tiga puluh sembilan tahun di rumah tua misterius itu. Maka dimulailah perjalanan investigasi lintas waktu. “Yin Jiaming telah dizalimi; pelaku sebenarnya masih bebas.” Dengan bantuan seorang ahli patologi forensik jenius dari tiga puluh sembilan tahun di masa depan, dapatkah Yin Jiaming membuktikan ketidakbersalahannya dan menulis ulang nasib buruknya? ==== Kebenaran tidak akan diubah, hanya dikubur. Kisah cinta melampaui ruang dan waktu tentang kematian dan penebusan, dan pada akhirnya, aku akan menggenggam tanganmu erat. ==== Kata-kata pertama yang diucapkan Yin Jiaming kepada Ye Huairui adalah: “Ruirui, kemarilah peluk aku.” Ye Huairui merentangkan tangannya: “Kemarilah. Jika kau tidak bisa memelukku, berarti kau pengecut.”

Ketika seorang penulis diremehkan, dia bisa menciptakan karakter fantasy yang nyata, bukan hanya karakter bahkan dia menulis takdir dengan penanya, menulis semua kejadian yang terjadi dengan pola pikirnya yang kuat. Dan dengan kekuatan karakter buatannya, dia berusaha keras menyelamatkan dunia.

Seuatu ketika di jam 5.23 sesaat sebelum matahari terbit,apa yang terjadi jika sebuah desa kecil, yang seharusnya di sinari matahari,tapi malah di sinari cahaya merah yang misterius,dari atas langit,itu yang terjadi di desa peaceful village, yang mungkin akan merebut kedamaian desa tersebut

"Kita sudah bersahabat sejak lama, bagaimana kalau kita sekalian jadi besan? Kalau anak kita laki-laki dan perempuan, kita jodohkan saja mereka. Setuju ya? Hahahaha."

Di atas kanvas langit yang tak pernah sepenuhnya biru, terbentang kisah seorang taruna—Noaniel Aquino Navis Naviarta—yang melangkah dalam diam, menyimpan badai di dada dan samudra di tatapannya. Ia bukan pahlawan yang menghunus pedang di tengah sorak, melainkan penjaga sunyi yang menundukkan waktu dengan keteguhan langkah dan kesetiaan tanpa suara. “ARUNIKA: Kanvas di Balik Samudra” adalah elegi tentang perjalanan batin seorang pelaut muda yang meniti lorong-lorong kedisiplinan dan kehormatan, sembari memikul beban masa lalu yang tak pernah ia biarkan karam. Ketika satu undangan reuni melayang masuk—dengan nama lama yang terukir lembut: Aneira Aluna Primadisa Vireska—Noaniel dihadapkan pada dermaga kenangan, tempat di mana luka pernah singgah, dan rindu menggantung tanpa alamat. Dengan latar dunia keras taruna, tawa getir di barak, dan malam-malam yang dihiasi doa sunyi, kisah ini mengalun bagaikan simfoni laut: tenang di permukaan, namun dalamnya menenggelamkan. Ia bukan sekadar cerita tentang cinta yang tertunda, melainkan tentang keberanian menyentuh kembali warna pertama yang pernah dilukiskan di kanvas hati—warna yang tidak pernah pudar meski badai kehidupan datang bergulung-gulung. Dalam arus waktu yang tak pernah menunggu, Noaniel menuliskan kisahnya bukan dengan tinta, melainkan dengan langkah. Bukan dengan kata, melainkan dengan keberanian menoleh ke belakang—untuk memahami bahwa kadang, yang kita cari di cakrawala jauh… justru telah lama berdiam di dalam dada.

Slot biasa? Bukan kelas kita!

Sinopsis: Seorang pemuda terlempar ke dunia One Piece dengan ingatan yang masih utuh. Dan memanfaatkan berbagai pengetahuannya tentang One Piece dan juga kekuatan buah iblis untuk memanipulasi Batasan, dia akan memulai kisah petualangannya dan menggapai puncak! ==== ===== ====== ======= Catatan Penulis: Ini adalah pertama kalinya saya menulis fan-fiksi. Dan jujur saja, saya sendiri hanyalah pemula dan bukanlah seorang penulis yang baik sebenarnya. Ada beberapa/banyak kekurangan dalam fan-fiksi ini, jadi jangan terlalu banyak berharap ini adalah mahakarya yang luar biasa!

Semua yang kita lalui tak bisa di definisikan dengan sekedar kata, namun hanya kata yang bisa menyampaikan apa yang sedang kita Jendela kata dan kita

[Disclaimer: Author-nya sendiri masih belajar dalam menulis novel, jadi apabila ditemukan kesalahan dalam penulisan, saya mohon untuk kritik dan sarannya.]

Genre: Dark Fantasy, Dark Comedy, Satir Mitologis, Slice of Afterlife Sinopsis: Setelah mati karena lembur tiga hari tiga malam, seorang pegawai kantoran perempuan bereinkarnasi ke dunia mitologi Yunani—bukan sebagai dewi, bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai tubuh sisa Medusa. Tanpa kepala. Tanpa kekuatan. Hanya versi chibi, kecil, lemah, dan sarkastik. Dunia mitos sudah berjalan. Legenda telah selesai. Tapi tubuh ini bangkit kembali, dengan ingatan Medusa... dan pikiran manusia modern yang cuma ingin cuti panjang. Saat para dewa mulai merasa terganggu, dan para pahlawan kehilangan arah tanpa musuh, "monster kecil" ini menolak naskah lama dan menulis ulang hidupnya dari Pulau Sisa—wilayah netral di luar cerita.

Malam sebelum pernikahan, tunangannya kabur bersama wanita simpanannya. Karena frustasi, ia mendekati pria yang berdiri di depan kantor Catatan Sipil, "Presiden Mo, pengantin wanitamu tidak datang dan pengantin priaku melarikan diri .... Saranku, bagaimana kalau kita menikah saja?" Sebelum pernikahan, ia berkata, "Bahkan jika kita berbagi ranjang, tidak akan ada hal yang terjadi di antara kita berdua!" Setelah pernikahan, sang pria mengatakan, "Jika kita tidak mencobanya, bagaimana kita akan tahu?"

Selamat datang di KUMPULAN CERPEN, perpaduan karya-karya terpilih dari berbagai event sastra yang saya ikuti dan menjadi buku antologi. Buku ini merupakan hasil kerja sama dengan beberapa penerbit terkemuka dan saya sudah mendapat izin untuk mempulikasikannya secara Online hanya hasil karya saya dan bukanpeserta lain. Saya berharap karya-karya ini dapat menghibur, menginspirasi, dan memperkaya dengan berbagai imajinasi. Alasan mempublikasikan secara online, karena sayang jika hanya tersimpan dan berdebu di dalam rak atau di simpan di dalam sebuah kardus dan di makan oleh rayap. Jadi, saya memutuskan untuk mempublikasikannya secara online agar banyak yang membaca dan semakin terlatih juga diri saya dalam merangkai kata. Cerita yang di bawakan beragam, ada tentang cinta, persahabatan, keluarga, teman, rival dan petualangan. Cerita-ceirita ini juga tentu akan saya revisi agar ceritanya lebih menarik.

Jack Torrance menerima pekerjaan sebagai penjaga musim dingin di Overlook Hotel. Bersama Wendy dan Danny, ia pindah ke sana saat hotel dikosongkan dari tamu dan staf. Tugas Jack sederhana: menjaga hotel selama musim dingin yang sangat bersalju dan memanfaatkan waktunya untuk menulis. Namun, hotel itu menyimpan masa lalu kelam: pembunuhan, bunuh diri, dan kekuatan supranatural. Semakin lama mereka tinggal, kekuatan jahat hotel mulai bangkit—dan memengaruhi Jack, yang perlahan-lahan kehilangan akal sehatnya.

Akankah masa sekarang dapat berubah ketika kita bs mengontrol masa lalu kita? Dimana kita bingung memilih antara cinta sejati atau kehidupan yang sebenarnya harus kita jalani (realita) yang saling bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Dimana realitanya kita masih dihantui rasa trauma di masa lalu tetapi hati kecil kita sangat ingin bersama cinta sejati kita. Itu lah yang dirasakan oleh sosok gadis pintar namun tak cantik bernama widya. Mampu kah sang pujaan hati dapat hidup bersamanya dan mengalahkan rasa traumanya atau rasa traumanya yang membuat dirinya harus kehilangan cinta sejati nya untuk kedua kalinya???!?

Di dalam kegelapan, ada yang menunggu. Ada yang mengawasi. Ada yang menulis. Sebuah pena bergerak, mencoretkan kata-kata di atas kertas. Kalimat-kalimat yang terbentuk seperti mantra, memanggil kekuatan yang tak terlihat. "Ethan" kata-kata itu berbisik. "Waktunya telah tiba. Kenyataan dalam halaman ini akan menjadi kenyataanmu." Pena itu berhenti menulis. Kertasnya terlipat, disimpan dalam sebuah buku dengan sampul coklat. Buku itu ditutup, menunggu pembacanya.