Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Line Di Pc Tidak Bisa Dibuka

Terjerat dalam Cahaya Bulan: Tidak Berubah

Menjadi cacat di dalam kawanan sudah cukup buruk. Ditolak? Oleh pasangan sejatimu sendiri? Ya. ITU adalah tingkat rendah yang baru. Ava Grey adalah cacat dalam kawanan, seorang shifter tanpa serigala. Dia berjuang dalam hidup dengan impian kebebasan yang samar. Kesempatannya datang ketika tiba-tiba dia diberi tahu bahwa dia akan menghadiri Gala Bulan, sebuah pesta dansa tahunan untuk shifters muda dewasa untuk menemukan pasangan sejati mereka. Dan dia menemukannya. Dia tampan dan intens, dan ciumannya mengirimkan keinginan melalui pembuluh darahnya seperti narkoba. Hingga dia MENOLAKnya. Ava tidak akan kembali ke kehidupan suramnya. Dia melarikan diri dan membentuk identitas baru jauh dari kawanan, dan jauh dari pasangan alpha nya. Dia berteman baru dan bahkan diadopsi secara paksa oleh seekor husky yang lucu. Tapi tepat ketika dia mulai menetap dan menemukan kebahagiaan, hal-hal aneh mulai terjadi... Husky-nya telah menyimpan rahasia. Dia mendengar bisikan bahwa kawanan shifter di mana-mana sedang mencarinya. Dan dia dapat mencium aroma familiar di apartemennya, yang tidak masuk akal sama sekali... karena pria yang aromanya itu telah menolaknya. [Entri Cupids Quill Mar 2024] --------- Ini adalah roman shifter serigala dengan banyak pemicu yang suka berdansa beriringan dengan semua tema gelap melalui sebuah padang bunga mati. Dalam buku ini Anda akan menemukan titik tertinggi dan terendah. Tertawa, menangis, marah; Anda dapat melakukannya semua saat Anda mengikuti Ava dalam perjalanan yang cukup berbahaya menjadi pemindah serigala di generasi ini dari roman werewolf. Ada adegan R18 yang disebarkan di seluruh buku ini seperti permen yang meledak dari pinata. Silakan baca dengan tanggung jawab. ------- DISCORD PENULIS: https://discord.com/invite/ApNZDux8kj
Lenaleia · 45K Views

Jodohku di Pesantren Darussalam

Titah, gadis manis berambut panjang, dan Daffa, pemuda tampan dengan senyum menawan, sama-sama dikirim orang tua mereka ke Pesantren Darussalam di Yogyakarta. Awalnya, pertemuan mereka diwarnai dengan perdebatan kecil. Titah, yang dikenal cerdas dan sedikit tomboy, seringkali beradu argumen dengan Daffa, yang kalem namun memiliki prinsip kuat. Perdebatan mereka seringkali menjadi tontonan santri lain, diselingi gelak tawa. Mereka seperti kucing dan anjing yang tak pernah akur. Suatu hari, saat mengikuti kegiatan bakti sosial di desa terpencil, Titah dan Daffa terjebak hujan deras. Mereka berlindung di sebuah gubuk kecil, hanya berdua. Di tengah guyuran hujan dan suasana yang hening, mereka berbagi cerita. Titah menceritakan mimpi dan cita-citanya, sementara Daffa mengungkapkan keraguan dan kegelisahannya. Di saat itulah, benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Perlahan, ejekan dan pertengkaran mereka berganti dengan senyum dan tatapan penuh arti. Cinta mereka tumbuh subur di lingkungan pesantren yang penuh kedamaian. Mereka saling mendukung dan menyemangati dalam menuntut ilmu. Daffa yang awalnya terlihat kaku, menjadi lebih terbuka dan humoris di hadapan Titah. Titah pun belajar untuk lebih lembut dan pengertian. Mereka menghabiskan waktu bersama, belajar bersama, dan menjalani ibadah bersama. Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren, orang tua Titah dan Daffa yang telah lama mengamati hubungan mereka, mengadakan pertemuan. Ternyata, kedua keluarga sudah lama saling mengenal dan menganggap cocok menjodohkan Titah dan Daffa. Pernikahan mereka pun digelar dengan khidmat, diiringi doa restu dari keluarga dan para santri. Kehidupan rumah tangga Titah dan Daffa dipenuhi dengan kasih sayang dan kebahagiaan. Mereka sama-sama berjuang membangun keluarga kecil yang harmonis. Tuhan pun menganugerahkan tiga orang anak yang lucu dan menggemaskan. Titah menjadi ibu rumah tangga yang teladan, sementara Daffa menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab. Kisah cinta mereka menjadi legenda di Pesantren Darussalam, kisah tentang dua insan yang awalnya saling berseberangan, akhirnya menemukan jodoh dan kebahagiaan sejati.
Titahkesumaward · 11.3K Views

Dangerous: Don't cross the line!

* At night He was rugged and untamed. That one steamy night left Grace utterly captivated. She coyly stretched out her dainty, snow-white feet, hooking them around his waist as she softly laid down her terms: For the first time, no staying overnight. The second time, the moment he got himself a significant other, she'd vanish from his side. Later on, their liaison would remain strictly on a physical level. No strings of money attached, no emotional fetters, just the most primal and unadulterated desires that flared up when night fell, entwining them like a web spun by countless spiders. And once the moment had passed, she'd straighten her skirt and turn her back on him, cold as ice. *During daytime He was the heir to a vast business empire, now impeccably dressed in a sharp suit, exuding an air of aristocratic reserve. He extended his hand to her with a polite smile, “Hello, Grace.” Grace gritted her teeth in secret dismay. She hastened to call off whatever was brewing between them, only to find herself cornered against the dressing room by the man, with no way out. In that cramped space, he was a relentless predator, and she, his irresistible quarry. His firmness pressed against her soft curves, setting every inch ablaze. Outside the door, her female colleagues were swooning over his chiseled abs. Just a thin partition away, he locked his arm around her willowy waist, seized her delicate hand, and guided it to rest on his taut abdomen, his voice dripping with a sultry allure, “Thought you could slip away? It's far too late for that.”
Katubari · 1.4K Views
Related Topics
More