Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Foto Karma Akabane

The Karma System: Rise of the Celestial Ancestors

WSA 2025-Entry. The 8 Asterian Envoys and the Garuda failed to awaken. The Time nearly consumed the blood-red moon, and the Queen of the Underworld Darkness had unleashed her dark magic, commanding monsters from the three realms. The Astral Conjurers were pushed to their limits. The world teetered on the brink of total annihilation. Amidst the raging war, Kairav ascended the Eternal Snow, pleading for the Celestial Lotus's blessing. Answering his call, the lotus rewound time—pulling Kairav three years into the past. Back when he was just a young Cryptozoologist, oblivious to the special bloodline running through his veins, his ability to wield ice elemental powers, and the unicorn spirit hidden within him. With his memories erased, he now finds himself bound to a Karma System, one that dictates the balance of fate—his own and those around him. To prevent history from repeating itself, he must overcome his past ignorance, awaken the 8 Asterian Envoys and the Garuda, and stop the rise of The Time and the Queen of the Underworld Darkness before it’s too late. Author’s Notes: Hello, dear readers! Here are a few things you might want to know before diving into this story. • This is a fantasy adventure novel with a touch of the system genre. It features elements of mystery and strong bonds of friendship. You won’t find any harem here. • Hero/MC: Intelligent, rational, a skilled problem-solver, and shrouded in mystery. • This story is filled with grand adventure— From exploring the Forest of Lost Souls to uncovering the secrets of an ancient Stepped Pyramid, to searching for the Eternal Sacred Water on a prehistoric island within the Everlasting Three Lakes Mountain. • Each journey demands wits, puzzle-solving skills, and the unraveling of deep mysteries. • The creatures and monsters in this novel are drawn from mythology, bringing unique and fascinating encounters throughout the story. I hope you’ll enjoy it! Thank you, and happy reading!
EternalSaga · 1K Views

The Lone Star's Epilogue

Suffering is the instrument of existence, and sin is the melody of life. Now, negative karma is spreading throughout the Omniverse. To bring karma into balance in the cosmos, divine judgment must be bestowed upon every civilization within the Divine Omnistream. On the planet Tellus, divine judgment was delivered in SE 20 of Humanity's Space Era calendar following a series of devastating attacks by a mysterious terrorist organization that spread chaos across the planet. They orchestrated a survival game, forcing people to participate in senseless killings that fueled negative karma and sparked a war similar to the one between androids and humanity 90 years ago. Einsamer Stern is an 18-year-old high school student and orphan who has undergone backlash all of his life because his appearances are similar to an android, the enemy of humanity. The young protagonist must struggle to come out on top in the constant battle against intergalactic threats and earthly foes. But he soon learns that this happens to be the least of his concerns as the truth, about his identity and the history of mankind, slowly unravels, with the arrival of divine judgment on his planet. Initially driven by the simple desire to survive, Einsamer Stern's purpose evolved into a loftier ideal: "To cleanse humanity of sin and suffering." --------------------------------------------------- Daily Update: 4-7 chapters a week. Chapter length: 1500-3000 words Romance is not the primary focus, but explicit sexual scenes involving other characters that serve the plot can be expected. This story progresses at an intentionally slow pace, as I meticulously detail every fight scene and interaction to immerse the reader deeper into the world. There is no harem! @ALL RIGHT RESERVED @VISAL_WORD_SMITH
Visal_Word_Smith · 72.5K Views

My Friend's Father

Rencananya, Selin dan sahabatnya Maxi malam itu mau menginap di rumahnya Lucian, bersama Aria (pacarnya Lucian) dan juga Dylan (sahabatnya Lucian) untuk mengerjakan tugas kelompok dari kampus. Mereka sudah kenal Lucian dari semester pertama, tetapi memang tak pernah main ke rumahnya. Hanya saja, mereka tahu bahwa ibunya Lucian sudah lama meninggal dan ia diurus oleh ayahnya seorang. Mereka juga sudah pernah melihat foto ayahnya Lucian, tetapi hanya sebatas selfie. Itu pun foto berdua dengan Lucian. Nah, hari itu mereka sepakat untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah Lucian karena infonya, ayahnya Lucian akan kembali besok malam karena masih berada dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Jadi, ketika Selin menumpang mandi di dalam salah satu kamar mandi tamu rumahnya Lucian, Selin benar-benar tak berekspektasi bahwa dia akan melihat wujud ayahnya Lucian yang ternyata bertubuh tinggi dan kekar itu tengah berdiri di depannya, hanya memakai boxer dan membawa handuk, sedikit terkejut karena melihat Selin keluar dari kamar mandi tamunya. Orang yang seharusnya kembali besok malam, mengapa bisa ada di sini?! Lagi pula, buat apa mandi di kamar mandi tamu?! Tapi....sialan. Selin baru sadar bahwa dirinya saat ini hanya memakai handuk! "Astaga! Astaga ya Tuhan, maaf, Om!" teriak Selin sembari berlari terbirit-birit ke luar kamar. Sial, ini luar biasa memalukan! Saat Selin sudah mulai tenang, Selin berjalan di koridor seraya membatin. Bukannya Selin mau berpikiran mesum, tetapi astaga, itu betulan ayahnya Lucian? Ya Tuhan, seksi sekali. Pria dewasa yang matang. Gagah...dan...punyanya juga terlihat besar di boxer itu- -eh, sebentar. Baju ganti Selin ketinggalan di kamar tamu tadi!
jihanvelia · 960 Views

Ingin Selalu Bersamamu

Pria bersetelan formal menjeda langkah, memandang isi kamar putranya. Berantakan. "Tidak biasanya kamar kamu seperti ini, apa yang terjadi sampai hati mengobrak-abrik barang-barang?" tanyanya. Rakha menoleh sendu ke ambang pintu dengan perasaan hancur berkeping." "Papa sudah pulang," Rakha menggumam pelan. Miko melangkahi bantal tergeletak di sisi pintu, memindahkan gulungan selimut ke tempat tidur dan banyak lagi kegiatan dilakukannya membereskan kamar. "Belajarlah menjadi lelaki dewasa. Jangan melampiaskan emosi ke benda-benda di sekitar, ini mencerminkan sikap kekanak-kanakan," tegur Miko. "Papa tidak tahu alasan aku marah," lirih Rakha. Selesai merapikan isi kamar, Miko duduk di sofa. "Kemari. Ada sesuatu penting ingin Papa bicarakan," ucap Miko sungguh-sungguh. Rakha menolak bangkit. "Prihal bisnis lagi? Aku tidak semangat diskusi lain kali saja membahasnya." "Bukan. Ini tentang perjodohanmu dengan putri teman Papa," jelas Miko. "Hatiku sedang patah tidak sebaiknya Papa menghibur aku dengan gurauan atau lelucon, bukan menambah beban pikiranku dengan memberitahu aku hendak dijodohkan," miris Rakha. Miko merogoh saku jas kantornya, beranjak mendekat dan menyodorkan sebuah foto kehadapan Rakha. "Perhatikan baik-baik. Dia yang akan menjadi istrimu," kata Miko. Rakha mengambil foto tersebut, menatap datar gambar perempuan berwajah anggun yang tengah tersenyum lembut. "Armala satu-satunya putri tunggal Adinata dan Farah. Kamu dan dia sama-sama anak pertama bedanya kamu memiliki adik. Armala tidak. Kalian dijodohkan tanpa sepengetahuan Mama dan adikmu agar pernikahan kalian berjalan lancar tanpa hambatan," terang Miko. "Papa tidak ada bedanya dengan Mama dan Luna, mengatur aku sesuka hati," sedih Rakha. "Berhenti protes. Terima pilihan Papa. Jika Aqeela mencintai kamu mana mungkin dia meninggalkanmu untuk Fattah. Jika Aqeela tulus mencintai, seratus lelaki yang datang menawarkan cinta sudah pasti ditolak demi menjaga perasaanmu. Tetapi kenyataannya Aqeela tidak menolak Fattah," sambung Miko. "Dari mana Papa tahu Aqeela mengkhianati Aku? Apa mungkin dibalik kandasnya percintaanku ada campur tangan—" "Menuduh Papa?" sela Miko. "Aku tidak menuduh hanya saja terasa janggal di saat hubunganku dan Aqeela rusak, Papa mengungkapkan perjodohan ini seperti jauh hari sudah direncakanan tapi kalau Papa tidak terlibat dalam hal ini dari mana Papa mengetahui semuanya?" terheran Rakha. "Dimas memberitahu segalanya," jawab Miko. Rakha merosotkan bahu, usaha menyembunyikan masalah dari Papa berakhir percuma karena Dimas suka rela membocorkannya. "Selama ini kamu memberikan yang terbaik kepada Aqeela, tidak perlu menyesal ditinggal pergi. Tidak ada gunanya meratapi kepergian cinta. kamu pantas hidup bahagia, membuka lembaran baru dengan Armala," lanjut Miko. Rakha mengusap air mata, mengangguk siap menjalani kehidupan baru bersama Armala.
Penabiru · 8.6K Views
Related Topics
More