Elisha Gadis Esper Sang Penjelajah Dimensi Ruang dan Waktu
Elisha, sejak dilahirkan di dunia ia sudah memperlihatkan tanda-tanda ketidak normalan pada dirinya.
Pada saat ia lahir di dunia, ia tidak menangis seperti bayi-bayi pada umumnya.
Tentu saja hal itu membuat kedua orang tuanya cemas.
Rasa cemas itu terobati, tatkala Elisha mulai menangis disaat ia kelaparan.
Namun rasa cemas itu muncul lagi, karena ketika Elisha menangis, benda-benda yang ada di sekelilingnya berterbangan.
Pada saat itulah kedua orang tua Elisha berusaha untuk tidak membiarkan dan tidak membuat Elisha menangis sedih.
Pada saat balita, Elisha sering kali bermain dengan makhluk tak kasat mata. Kedua orang tua Elisha mengira, bahwa putrinya sedang bermain dengan hantu. padahal pada kenyataannya, Elisha tengah bermain dengan anak-anak dari golongan jin yang sedang mampir ke dunia manusia.
Ketika menginjak usia anak-anak, Elisha sering menyanyikan lagu yang terdengar asing di telinga kedua orang tuanya.
Lagu yang dinyanyikan Elisha, bukanlah lagu yang berasal dari zaman ia berada. Lagu yang Elisha nyanyikan, merupakan lagu yang berasal dari masa depan.
Elisha mengetahui lagu itu, setelah ia secara tidak sengaja melakukan raga sukma atau astral projector pada saat ia tertidur.
Jiwa Elisha secara tidak sengaja masuk ke dunia masa depan, dan mendengarkan lagu indah yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
Pada saat menginjak usia remaja, kekuatan alami yang Elisha miliki terus berkembang.
Dari yang semula berupa kekuatan astral projector, berkembang menjadi kemampuan teleportasi antar dimensi ruang dan waktu.
Memasuki dimensi jin, dunia, paralel, dan dunia masa depan maupun masa lalu.
Ketika memasuki dunia Jin, Elisha bertemu dengan para manusia Esper lainnya.
Awalnya Elisha mengira, bahwa orang-orang yang terlahir seperti dirinya, akan menyambutnya dengan hangat, saling bertegur sapa, dan saling menjalin hubungan komunikasi dengan baik.
Namun kenyataannya berbeda.
Mereka saling bunuh membunuh satu sama lain, demi mendapatkan kekuatan spesial milik seseorang yang menjadi targetnya.
Elisha, mau tidak mau harus berjuang menghadapi mereka semua agar bisa bertahan hidup.
Sejak insiden inilah kehidupan Elisha berubah.
Hari-hari yang ia lalui terasa mencekam, dan penuh dengan ancaman.
Setiap ia terus berpikir dan berjuang untuk dapat bertahan hidup dari kerasnya dunia ini.