Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Tacent Satis Laudant

Celestial Legacy

After killing that last man, Alex fell to the floor and started bleeding out. Alex was smiling, “I avenged you sensei, I am coming to you,” Alex whispered. These were Alex’s last words before he passed away. Alex had never experienced such bliss. In this new form, he felt no negative emotion, he was at peace with his past, and unafraid of his future. That intoxicating feeling lasted until he suddenly woke up, alive and breathing. Giant hands were holding him still while he was puking god knows what, and judging from the breeze on his butt cheeks he was naked. "I don't know what the heck is going on," He thought "but I bet I am in a deep shit." … Over the course of the past four years, Alex understood the language of this world and gained a profound understanding of the world around him, and his thirst for knowledge continued to grow with each passing day. As Alex delved deeper into the vast collection of books at his disposal, he stumbled upon a startling discovery - that the world was teeming with mages, and that he himself was born into one of the four great noble families, the Phoenix family. Alex was engrossed in '500 Years of Illios,' a book that offered a comprehensive history of the magical continent of Illios, including its unique magic system. The book explained that Illios was formed 500 years ago when three demon kings were defeated, leading to the continent getting free. The people of Illios are born with bloodlines that determine their innate abilities and potential for cultivation, which can be categorized into four types: elemental, supportive, manifestation, and summoning. In Illios, there is a cultivation system with ten ranks. Whenever a person awakens to the next rank, their power increases along with the ability of their bloodlines. Each rank heightens the physical body, magical essence storage, five senses, and all-over body stats. There are also sub-stages, which are the 1st stage, 2nd stage, 3rd stage, 4th stage, 5th stage, and 6th stage. The 6th stage is the strongest, and the 1st stage is the weakest. The names of the ranks in ascending order are Ascendant, Eon, Radiant, Zenith, Empyrean, Luminary, Apex, Mythic, Transcendent, and Celestial. *** [That particular skip (…) was only for synopsis not in the novel] Follow the journey of Alex (now Lucas). Watch him grow in power and see how he becomes the strongest bloodliner in the whole world. It is my first novel and my first time on webnovel so please take care of me. ^0^
Satis_Lues · 8.1K Views

PRAHARA DI KAHURIPAN

Pada saat Prabu Dharmawangsa Teguh Anantawikrama dari Kerajaan Medang Kemulan merayakan pesta pernikahan kedua puterinya yaitu Dewi Sri Anantawikrama dan Dewi Laksmi dengan Pangeran Airlangga dari kerajaan Bedahulu di Bali, tiba-tiba menyerbu prajurit raja Wura-wari dari kerajaan Lwaram Dalam penyerbuan itu Prabhu Dharmawangsa Teguh dan permaisuri serta seluruh menteri dan bangsawan kerajaan tewas. Istana Watu Galuh dihancurkan. Airlangga dan kedua isterinya didampingi pelayan setianya, Mpu Narottama dan beberapa pengawal berhasil meloloskan diri dan berlindung di Gunung Prawito. Tiga tahun hidup di hutan Prawito sebagai pertapa, tahun 931 Saka Airlangga kedatangan serombongan orang dipimpin oleh beberapa pendeta untuk menyampaikan keinginan rahayat Medang agar Airlangga kembali membangun kerajaan baru meneruskan dinasti Ishyana. Dengan bantuan para pendeta, reshi dan brahmana, Airlangga menyusun kekuatan membangun kerajaan Medang. Diantara para reshi terdapat Mpu Bharada penasehat spiritual mendiang prabu Dharmawangsa Teguh, dibantu oleh Ki Ageng Loh Gawe, pertapa di Gunung Anjasmara Pada tahun 931 Saka istana Wotan Mas selesai dibangun dan Airlangga diangkat sebagai raja dengan gelar Abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Kerajaan yang baru bernama Kahuripan. Atas jasanya membantu pembangunan kerajaan Kahuripan, Prabu Airlangga menghadiahkan tanah perdikan di desa Giri Lawangan kepada Ki Ageng Loh Gawe. Dalam kunjungannya ke Wotan Mas, Ki Ageng Loh Gawe mengajak muridnya bernama Ki Puger berusia 20 tahun. Mengetahui Ki Puger murid Ki Ageng Loh Gawe yang ikut membantu membangun Wotan Mas, Prabhu Airlangga meminta agar Ki Puger bersedia dinikahkan dengan sepupu raja yang bernama Dewi Centini Luh Satiwardhani atau Ni Luh Sati. Setahun setelah perkawinan itu lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Aryosetho Jayawardhana. Tahun 954 Saka atau 1032 M Giri Lawangan diserbu gerombolan pimpinan Gagak Lodra. Sehari sebelum itu Ki Puger dan keluarganya pergi meninggalkan Giri Lawangan menuju ke pertapaan Kaliwedhi untuk menghindarkan Aryosetho Jayawardhana dari penyerbuan Gagak Lodra karena ia dipilih oleh para dewa sebagai cikal bakal yang kelak akan menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa. Di Kaliwedhi Aryosetho digembleng dengan keras oleh Reshi Sethowangi. Berkat ketekunannya ia memperoleh ilmu mahadahsyat ciptaan Sang Hyang Wishnu yang bernama Bhayu Selaksha dan menerima pedang sakti Sosronenggolo Setahun kemudian Aryosetho bersama Ki Puger turun gunung membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya yang direbut oleh Ratu Arang Ghupito. Berkat perjuangannya Aryosetho berhasil membantu Prabu Airlangga merebut kembali tahta kerajaannya. Dalam perjalanan dari kraton Dhaha kembali ke Kahuripan, ia dan prajuritnya berhasil menumpas gerombolan Gagak Lodra. Selesai menjalankan tugasnya Aryosetho mengajak sahabat masa kecilnya ke Kaliwedhi menjemput calon istrinya yang bernama Dyah Ayu Rogopadmi Aninditho Prameshwari alias Dewi Condrowulan. Beberapa waktu lamanya di Kaliwedhi, Aryosetho kembali ke Giri Lawangan memboyong Dewi Condrowulan yang telah menjadi istrinya dan hidup sebagai pertapa. Setelah 93 tahun pernikahannya Dewi Condrowulan di karuniai seorang putri. Namun kebahagiaan bersama sang putri yang dinantikan selama puluhan tahun hanya berlangsung selama 40 hari, setelah hari itu Dewi Condrowulan harus menyerahkan putrinya untuk diasuh oleh orang lain seperti dirinya dulu ditemukan Reshi Sethowangi di tengah hutan. Bayi tanpa nama itu diserahkan kepada Mpu Purwo, seorang pertapa sakti yang kemudian memberinya nama Ken Dedes. Ken Dedes kelak akan melahirkan keturunannya menjadi raja besar di kerajaan Singhasari dan Majapahit. Aryosetho dan Dewi Condrowulan telah berhasil menjalankan tugas yang diberikan oleh Dewata Agung sebagai pepunden cikal bakal raja-raja besar di tanah Jawa.
Uud_Bharata · 54.5K Views
Related Topics
More