Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Frasi Delle Canzoni Di Vasco Rossi

Cameraman Never Dies

In the greed-filled world of corporate empires and magic knights, Min Jae was a king in business, with pockets so deep he could drown in them. That is, until his life deemed his playthrough unfair and gave him a red card. Poison was his family's best friend, as everyone had at least tasted it once, not twice because they never could. Death was never on his calendar, neither was an offer for a divine gig. Enter the Deity of Stories, a celestial being with a fetish for plot twists, who offers Min Jae a deal he can't refuse: become her divine cameraman. No, not the kind with a lens, but one who records the tales of mortals. In return, he gets a second shot at life, in a world where his dearly departed parents are alive and well, ready to dote on him from birth. Reborn as Judge (because “Min Jae 2.0” sounded too dull), he quickly realizes this new life is no gift. This steampunk utopia, filled with airships, clockwork gadgets, and an alarming lack of Wi-Fi, thrives on manipulation. But who needs the internet when you have a divine camera and the sharp mind to control it all? Judge isn’t just here to record stories; he’s here to write them, casting himself as the mastermind behind every twist and turn. Armed with his divine powers, he navigates complex schemes, power-hungry nobles, and ruthless industrialists, all while keeping his ultimate goal hidden: to ascend to godhood and rewrite his own fate. Of course, he generally makes a glorious mess of things, all while trying to keep his dear parents blissfully unaware of his less-than-angelic schemes. But as the stakes rise and the Deity of Stories watches his every move, Judge must tread carefully. Can he manipulate his way to the top, or will he become just another character in someone else’s plot twist? --- Just a quick disclaimer: The book steers clear of any unwanted adult stuff. However, it does feature a potentially disturbing amount of violence—enough to make you wonder about the author's mental health. So proceed with caution—and maybe a shield!
CloudCatcher · 338.2K Views

Bayangan di Balik Gerbang Etheris

Genre: Fantasi epik | Petualangan | Politik sihir Tema: Keseimbangan terang dan gelap, warisan, pemberontakan, dan identitas. Ringkasan Cerita Etheris adalah negeri yang menolak malam. Selama 300 tahun terakhir, langitnya tak pernah gelap, bintang-bintang telah dilenyapkan, dan cahaya abadi menyelimuti segalanya. Di bawah kepemimpinan Istana Terang dan sihir Kristal Solis, Etheris menjunjung tinggi kesucian terang—sementara malam dianggap tabu, berbahaya, dan harus dimusnahkan. Namun, dalam terang yang absolut, muncul kehampaan: tanah mulai mati, mimpi menghilang, dan sihir alami menjadi timpang. Aera Varin, seorang remaja keturunan Penjaga Langit yang diburu karena mewarisi sihir malam, mulai mengalami penglihatan akan bintang dan suara-suara dari langit. Ia menemukan bahwa keseimbangan alam Etheris telah rusak, dan bahwa malam tidak benar-benar mati, hanya disegel—di balik gerbang rahasia yang dijaga sihir kuno. Bersama sahabatnya Elen Dross, seorang mantan pengawal istana yang kehilangan keluarganya karena fanatisme Inkuisitor Cahaya, Aera memulai perjalanan menuju reruntuhan kuno, menghadapi hutan yang hidup, roh penjaga, serta pemburu terang. Di tengah perjalanannya, Aera mulai memahami bahwa dirinya bukan sekadar pewaris sihir malam—tetapi jembatan antara dua kekuatan besar: Terang dan Gelap. Ia mendengar panggilan dari entitas misterius bernama Kael, makhluk dari bintang yang ingin membimbing (atau memanipulasi) kebangkitannya. Perjalanan mereka membawa Aera dan Elen ke jantung Istana Etheris, ke dalam Kristal Solis, tempat semua kegelapan disegel. Di sana, Aera harus memilih: Menjadi terang seperti yang diharapkan kerajaan… Atau membuka kembali malam dan memulihkan keseimbangan sejati, meski itu berarti memicu perang antara sihir malam dan terang. Pesan Cerita Bayangan di Balik Gerbang Etheris adalah kisah tentang pentingnya keseimbangan. Bahwa cahaya tanpa gelap bukanlah pencerahan, melainkan penindasan. Bahwa untuk memahami terang, kita juga harus memahami bayangan.
_yuliana18 · 536 Views
Related Topics
More