Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Anak Sering Batuk Pilek Menurut Ustad Danu

TEROR JARIK BUNGKUS

Persahabatan antara Soleh dan juga Radit yang dimulai sejak SMP, SMA hingga kuliah akhir semester. Soleh adalah anak tunggal yang hobi main game konsol, hidupnya bersama bibi atau pembantunya saja membuatnya sering merasa kesepian. Beruntung ia memiliki sahabat seperti Radit. Radit sering datang bermain dan bermalam di tempat Soleh, bermain konsol hingga begadang sampai larut malam. Kedekatan mereka mulai merenggang ketika Radit resmi berpacaran dengan Reli, seorang mahasiswi cantik semester 3 jurusan ekonomi. Dan di satu sisi Reli sedikit mencurigai Soleh karena cara pandang dia ke Radit sedikit berbeda apalagi ia sangat fokus melihat jempol Radit dan rerkadang ia memperhatikan cara Radit berjalan. Reli mulai memberitahukan hal ini ke Radit namun, Radit hanya anggap sepele dan jadi bahan candaan. Seminggu kemudian, Sebuah teror menyeruak di kalangan Mahasiswa kampus tempat Soleh, Radit dan Reli belajar. Beberapa mahasiswa mendapat direct messages dari seseorang dengan anonim yang berbeda, ia meminta para korban untuk melakukan sesuatu yang diluar akal yaitu membungkus diri mereka dengan jarik. Dengan alasan penelitian atau study. Beberapa diantaranya ada yang mau karena iming2 uang apalagi kebutuhan seorang mahasiswa cukup besar. Sebelum akhirnya ada satu orang pelajar yang tewas karena kehabisan napas. Akan tetapi, klimaks terjadi ketika Reli dikejar oleh pinjol yaitu Radit kebingungan harus mencari uang kemana, ia shock ketika Soleh menawarkan bantuan dengan syarat jarik bungkus. Apakah Soleh pelakunya selama ini? Lalu, apa yang terjadi pada Radit berikutnya? Akankah kasus ini terbongkar?
Sabrina_Nasution · 999 Views

PERJALANAN ANAK DESA

Hutan Sancang, tempat yang dikenal sebagai tanah sakral bagi para pendekar, diselimuti kabut tipis saat fajar menyingsing. Di antara pepohonan raksasa dan akar-akar yang menjalar, seorang bocah lelaki berdiri tegap, tubuhnya kecil namun penuh tenaga, matanya tajam menatap seekor kijang yang tengah minum di tepi sungai. (Cicit burung terdengar bersahutan, air sungai mengalir dengan gemericik lembut…) Namanya Wira, seorang anak yatim piatu yang sejak kecil hidup di alam liar. Tubuhnya berbalut kain sederhana yang sudah usang, tetapi matanya penuh dengan semangat tak terkalahkan. Hari ini, ia harus berburu untuk bertahan hidup. Dengan nafas teratur, ia melangkah perlahan mendekati kijang itu. Namun tiba-tiba… (Dentuman keras! Seperti petir yang menyambar…) Dari dalam semak-semak, seekor harimau kumbang meloncat menerjang kijang itu dengan cakarnya yang tajam. Wira terperanjat, tapi bukan karena takut—melainkan karena kagum. Harimau itu melirik sekilas ke arahnya, seolah memberi peringatan untuk tidak mendekat. Namun, Wira tidak mundur. “Kau hebat,” gumamnya pelan. (Hening. Angin berbisik lembut di antara dedaunan…) Tanpa diduga, langkah kakinya justru membawanya lebih dekat. Harimau itu menatapnya tajam, tetapi bukan dengan amarah—melainkan dengan ketenangan yang menggetarkan jiwa. Saat itu, terdengar suara langkah kaki berat mendekat dari balik pepohonan. (Suara ranting patah, gemuruh langkah mendekat…) Sosok berjubah hitam dengan sorot mata tajam muncul dari balik rimbunan hutan. Wira menatapnya tanpa gentar. Ia tahu siapa pria itu—Prabu Siliwangi, penguasa Pajajaran, seorang raja sakti mandraguna yang konon memiliki ikatan batin dengan harimau putih. “Anak kecil, mengapa kau tidak lari?” suara Prabu Siliwangi bergema seperti petir di langit yang tenang. Wira menatapnya langsung. “Aku tidak takut.” (Guruh menggelegar di kejauhan…) Sang Prabu tersenyum tipis. Ia melihat ke dalam diri bocah itu—bukan sekadar keberanian, melainkan juga ketulusan yang langka. “Kau tidak takut mati?” “Aku hanya takut jika hidupku tidak berarti,” jawab Wira mantap. (Desir angin berhembus lebih kencang, dedaunan berjatuhan…) Mata Prabu Siliwangi berbinar. Di usianya yang telah matang, ia jarang menemukan seseorang seperti Wira—seorang anak yang tidak hanya kuat, tetapi juga memiliki jiwa yang bersih. “Aku akan mengajarimu ilmu sejati,” ujar sang Prabu. Wira mengernyit, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Mengajarku?” Prabu Siliwangi mengangguk. “Kejujuran dan keberanianmu lebih kuat daripada pedang mana pun. Kau layak menjadi muridku.”
popyy_5435 · 365 Views
Related Topics
More